Hadila.co.id – Gaya bicara memang tidak terlalu menjadi perhatian para pasutri (pasangan suami istri). Namun melalui gaya bicara, kekuatan cinta bagi suami istri akan lahir dan menguat. Seperti kata seorang ahli bijak, “Kebiasaan-kebiasaan sederhana yang kita lakukan secara disiplin pada setiap hari akan sanggup menghadirkan cinta besar dan kuat dalam jiwa.”
Sayangnya, acapkali kita menemukan komunikasi suami istri yang tidak efektif bahkan cenderung tidak memiliki standar. Hadila merangkum 10 kesalahan gaya bicara suami istri yang sering terjadi dalam rumah tangga dari buku Ya Allah Bahagiakan Keluarga Kami oleh Muhamad Yasir:
Pertama, tidak fokus pada masalah. Banyak pasutri yang mengobrol tetapi pandangan dan pikiran tidak relevan. Terkadang ada yang sambil membaca koran, menonton berita, dan kegiatan lainnya sehingga membuat percakapan terasa menyebalkan.
Kedua, Timing yang tidak pas. Pepatah Arab mengatakan, “Likulli maqaamin maqaal.” Artinya setiap kejadian ada waktu pembicaraanya. Kesalahan pasutri dalam hal ini yakni seringkali salah memilih waktu yang pas saat menyampaikan pesan. Misalnya, istri minta membeli barang baru sewaktu suami sedang tidak memiliki uang.
Ketiga, tiba-tiba memotong pembicaraan. Memotong pembicaraan tidak baik dilakukan, meskipun sebenarnya ingin mendemonstrasikan kepada pasangan hidup bahwa kita leih unggul dan mengetahui segala hal. Jangan sampai pasutri terbiasa saling memotong pembicaraan hingga menimbulkan percekcokan.
Keempat, suka berbicara negatif. Pasutri akan merasa kurang suka ketika mereka saling membicarakan perasaan negatifnya hingga timbul ungkapan yang mengandung pesimis. Berbicaralah soal harapan dan pencerahan.
Kelima, berbicara tidak layak di hadapan pasangan. Berbicara tidak layak melalui gestur akan merusak kehangatan pembicaraan dan diskusi.
Keenam, konsen saat berbicara, tetapi lalai saat mendengar. Kebiasaan banyak orang saat berdiskusi adalah memerhatikan dengan baik apa yang diucapkan, berupaya menghadirkan kosa kata agar terlihat cerdas dan fasih. Namun sayangnya, saat tiba waktu mendengar, dia memilih untuk tidak konsentrasi.
Ketujuh, keliru menafsirkan kata. Tidak sedikit para istri atau suami yang mengarahkan makna kata-kata pasangan hidupnya ke makna negatif. Seorang istri berkata, “Saat suamiku bicara, kata-katanya kebanyakan kurang jelas, membuat saya bingung dan bertanya-tanya, ungkapannya butuh penafsiran.” Oleh karenanya bersabarlah, jelaskan hingga benar-benar sang pasangan paham.
Kedelapan, mengumpulkan kesalahan lawan bicara. Pasutri seperti tidak menerima jika lawan bicaranya melakukan kesalahan bahkan mengungkit kesalahan yang telah lalu. Walaupun sebenarnya orang lain tidak sengaja melakukannya.
Kesembilan, suka menyamaratakan. Tidak sedikit orang yang ketika berbicara dan berdiskusi dengan pasangan hidupnya sering menggunakan ungkapan dengan kesan menyamaratakan. Padahal, tanpa disadari ungkapan penyamarataan akan melahirkan perselisihan dan membuat pihak yang diajak berbicara menolak melakukan diskusi di lain waktu.
Kesepuluh, menjadi diktator. Artinya ketika berbicara, orang lain harus duduk manis dan diam mendengarkan atau dia suka mengharuskan ini dan itu sementara yang lain harus meyakininya dan tidak perlu membantah.
Itulah sepuluh hal yang sering membuat diskusi antara suami dan istri menjadi tidak berjalan bahkan membuat salah satu pihak tidak ingin melakukan diskusi di lain waktu. Semoga kita selalu terlidung dari ungkapan mencela pasangan. Aamiin.<Fitria Julestri>