Oleh Psikolog dari UM, Pravissi Shanti MPsi
Bunda, masih ingat cerita Bawang Merah Bawang Putih? Atau dongeng Cinderella dan Sepatu Kaca? Atau kisah Nabi Khidir As? Cerita-cerita itu adalah cerita yang paling saya ingat dari masa kecil saya, di antara semua cerita yang pernah didongengkan oleh Eyang Putri saya. Beliau tinggal bersama keluarga kami saat saya kecil, dan sebelum tidur, beliau selalu mendongeng untuk saya dan adik saya. Ibu saya pun pernah nimbrung untuk bercerita, tetapi bagi kami yang saat itu sudah SD, dongeng yang dibawakan Eyang Putri lebih mengasyikkan karena disertai dengan ekspresi yang lucu dan suara yang menarik. Kenangan yang sangat indah.
Di balik kesederhanaan dongeng, sangat banyak manfaat yang bisa diambil lho, Bunda. Bahkan, mendongeng sudah bisa dilakukan sejak bayi. Meski bayi masih belum paham, tetapi dongeng tidak hanya soal cerita saja, Bunda. Hal yang terpenting dalam mendongeng justru adalah kedekatan dan komunikasi yang terjalin antara Bunda dengan Ananda.
Seiring berjalannya waktu, dengan usia anak yang semakin bertambah, tentu keahlian mendongeng ini dapat diasah, agar dapat “bersaing” dengan teknologi seperti televisi atau game di ponsel. Berikut adalah hal-hal yang bisa Bunda lakukan untuk membiasakan diri dengan dongeng.
Pertama, jadikanlah mendongeng sebagai rutinitas harian. Luangkan waktu untuk mendongeng setidaknya satu kali dalam sehari. Misalnya sebelum anak tidur. Tidak usah terlalu lama, 5-10 menit pun sudah cukup.
Kedua, tentunya Bunda harus punya juga tabungan cerita untuk didongengkan kepada Ananda. Banyak membaca cerita dan kisah-kisah akan membantu Bunda memiliki cerita yang bervariasi. Sesuaikan cerita dengan usia Ananda ya, Bunda. Bunda juga bisa mengkreasikan sendiri cerita, misalnya tentang kehidupan sehari-hari Ananda. Bunda juga bisa menyelipkan sedikit nasihat untuk Ananda di saat ini.
Ketiga, boleh menggunakan bantuan seperti boneka jari atau boneka tangan. Bunda bahkan bisa juga mengajak Ananda untuk membuatnya sendiri dari bahan-bahan sederhana seperti kaus kaki yang sudah tidak terpakai atau kain handuk bekas. Belajar tentang suara-suara berbeda pun akan sangat membantu.
Keempat, saat Ananda sudah masuk usia SD, Ananda sudah bisa diajak untuk mendiskusikan dan mengambil hikmah dari cerita yang Bunda sampaikan. Sesekali, mintalah Ananda untuk menceritakan dengan bahasanya sendiri. Selamat mendongeng! <Dimuat di Majalah Hadila Januari 2018, Sumber foto: mta.or.id>