Assalamu’alaikum, saya seorang istri dengan 1 anak yang berusia 2 tahun, saya dengan suami jarang berkumpul karena suami bekerja luar kota dan komunikasi kami kurang lancar! Ketika suami pulang, kami sering diam seperti tidak ada bahan pembicaraan, sekali berbincang selalu saja cekcok! Bagaimana cara mengubah keadaan tersebut? Dan apa yang harus saya lakukan? Syukron. (085713XXX)
Konsultan: Ustazah Farida Nuraini (Konsultan Majalah Hadila)
Bunda yang baik, idealnya suami istri yang lama tidak bertemu apalagi sampai berminggu-minggu tentu akan kangen sekali. Begitu ketemu, benar-benar dimanfaatkan untuk melepas rindu, melampiaskan kasih sayang, dan menumpahkan segala kecintaan. Hari pertemuan adalah hari yang sangat dirindukan.
Jika pertemuan kok malah menjadi ajang pertengkaran, pasti ada sesuatu yang tidak beres. Inilah yang harus menjadi introspeksi berdua. Benar yang Bunda sampaikan, ada yang harus diubah. Ada cara yang harus dilakukan agar kondisi membaik. Bagaimana caranya?
Pertama, evaluasi diri bunda. Bagaimana cara bunda menyambut suami? Idealnya, kalau suami mau pulang, segera bereskan rumah. Tata tempat tidur yang indah. Sediakan makanan dan minuman yang suami suka. Dan yang paling penting, sediakan diri sepenuhnya untuk suami. Dandan yang cantik dan wangi. Jika sudah hari H tiba, segera sambut suami. Abaikan yang lain. Layani suami dengan sepenuhnya. Mulai dari keperluan perut sampai yang di bawah perut. Puaskan suami dengan segala pelayanan yang prima. Kalau cara menyambutnya begini, suami pasti akan sering pulang. Gak betah lama-lama pisah sama istri.
Kedua, untuk bisa melakukan poin pertama tadi, harus diberesin dulu hati Bunda. Cek dulu, seberapa cinta Bunda untuk suami. Apakah masih sama seperti dulu atau sudah berkurang? Jika berkurang, karena apa? Apakah ada rasa cemburu di hati? Apakah ada rasa tidak percaya pada kesetiaan suami? Jika ada sesuatu yang masih mengganjal di hati, bereskan dulu. Ganjalan di hati inilah yang menjadi sumber masalah, sehingga Bunda belum bisa melakukan poin pertama tadi. Dan usaha membereskan hati ini butuh energi, kekuatan hati untuk menyelesaikan.
Ketiga, untuk bisa melakukan yang kedua, ajak suami bicara. Ajak saling introspeksi. Saling mengakui kekurangan masing-masing. Hilangkan ego diri. Merasa benar, merasa sudah berkorban, merasa sudah melakukan usaha terbaik. Sebaliknya, kedepankan evaluasi diri. Apa yang kurang dari diri. Kurang hormat sama suami, kurang taat, kurang menghargai suami, kurang bisa menjaga diri, kurang bisa menjaga amanah selama suami tidak di rumah, kurang bisa mengaja hubungan baik dengan mertua, kurang bisa melayani di saat suami pulang, dan sebagainya. Kedepankan “apa yang kurang dariku?” dan “apa yang harus aku perbaiki”. Jika bunda sudah mau mengakui kekurangan diri insya Allah suami juga akan mengakui kekurangan dirinya. Kemudian, bersama-sama melakukan perbaikan. Jika suami belum mau melakukan, yakinlah suatu saat nanti suami juga akan berubah. Mengalah itu belum tentu salah. Mengalah itu trik. Cara untuk memperbaiki kondisi. Bundalah yang pertama harus mengalah. Jangan menunggu suami. Lakukan saja perbaikan, insya Allah suami juga akan mengikuti.
Keempat, perbaiki cara bicara. Nada suara istri tak boleh lebih tinggi dari suami. Kalau istri nada suaranya lebih tinggi dari suami itu termasuk istri yang membantah suami. Nada suara saja dijaga, apalagi pemilihan kalimat. Jaga benar pilihan kata-kata yang keluar dari lisan. Allah benar-benar murka kepada orang yang tidak memikirkan akibat dari perbuatannya. Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang menjamin untukku apa yang ada di antara dua rahangnya dan apa yang ada di antara dua kakinya, niscaya aku menjamin surga baginya”. [H.R. Bukhari].
Jaga benar apa yang keluar dari lisan. Sebelum berbicara, pikirkan dulu. “Kalau aku bicara begini, apa reaksi suamiku nanti? Jika aku bicara begitu, apa yang akan dilakukan suami?” Ini benar-benar memerlukan latihan. Latihan mengendalikan omongan agar ucapan yang kelar dari lisan tidak membuat suami marah. Kenapa setiap kali pembicaraan justru bertengkar? Karena tidak bisa mengendalikan ucapan. Bicara sembarangan, bicara dengan emosi, bicara untuk cari menangnya sendiri.
Kelima, perbanyak ibadah, terutama tilawah. Banyaklah baca Al-Qur’an. Insya Allah akan melembutkan hati. Hati yang lembut akan mengontrol lisan, sehingga lisan pun akan lembut juga.
Keenam, solusi termudah adalah hiduplah serumah. Mengalahlah, Bun. Datangi suami. Ini solusi paling indah dan paling tepat. Tinggalkan semua dan pergilah menuju suami bersama anak. Jadilah keluarga yang sesungguhnya.
Bunda, terima kasih sudah bertanya. Ini pertanda Bunda mau memperbaiki diri. Maka, bersegeralah melakukan perubahan. Jangan sampai ada ucapan yang membuat suami marah. Jagalah benar posisi bunda di mata suami, karena suami adalah surga dan neraka Bunda. Wallau a’lam bishowab. <>