Hadila – Asalamualaikum, Ustazah. Saya ingin bertanya, dari pandangan konsultan keuangan, orang yang hidup terlalu hemat itu apakah normal/wajar? Tolong dijelaskan, hidup hemat, tapi tetap normal itu yang seperti apa? Saya sering dikatakan terlalu hemat, karena jarang jajan. Kadang sengaja menahan tidak beli, jika tidak penting banget. Saya menyimpan uang untuk kebutuhan mendadak suatu saat nanti. Saya punya kekhawatiran ketika menggunakan uang, khawatir setelah uang terpakai, lalu saya ada kebutuhan mendadak. Mohon masukannya, Us. [Nisa, Yogyakarta]
KONSULTASI KEUANGAN: Dr. Laily Dwi Arsyianti (Dosen Departemen Ilmu Ekonomi Syariah, FEM, IPB University)
Wa’alaikumussalam Wr. Wb. Masyaallah, barakallahu fiik untuk Mbak Nisa, alhamdulillah sudah mampu menahan belanja. Hidup hemat dan sederhana bukan berarti pelit. Sekiranya tidak diperlukan, tidak semestinya dibeli. Bisa jadi, hemat karena sudah memiliki rencana dan tujuan yang ingin dicapai, sudah memahami apa yang dibutuhkan, sehingga tidak melirik hal lain yang tidak masuk rencana dan tujuan.
Namun perlu dipertimbangkan, kebahagiaan dunia dan akhirat yang ingin dicapai. Tidak pula berarti menahan untuk memberi kepada keluarga dan orang-orang terkasih.
Sebagai contoh, di bulan Ramadan, bulan penuh berkah melimpah, perlu kita sedikit me-loose-kan atau mengendurkan hemat untuk lebih dapat memberi dan berbagi kepada keluarga, tetangga, teman, dan orang-orang terkasih di sekitar kita. Meski dengan sebutir kurma atau segelas air minum, upayakan agar kita dapat lebih banyak berbagi.
Di luar bulan Ramadan pun, jika menyangkut hal berbagi, maka upayakan untuk lebih loose. Jadi, batasan hemat adalah menyangkut pemenuhan hak diri. Ketika menyangkut hak orang lain, maka hemat tersebut di-loose-kan agar dapat memberikan lebih banyak, berkontribusi lebih banyak, dan mengasihi lebih banyak.
Threshold atau rujukan kita dapat menggunakan rasio termudah 50-30-20, yaitu: 50 bagian untuk keperluan sehari-hari, 30 bagian untuk investasi, dan 20 bagian untuk hobi.
Atau yang paling sederhana 80-20, yaitu 80 bagian diperoleh dari 20 bagian. Jadi 20 bagian adalah investasi yang diputarkan dan menghasilkan serta dimanfaatkan untuk 80 bagian.
Antara investasi dan hobi dapat di-loose-kan jika menyangkut berbagi untuk orang lain. Selain itu, beberapa poin penting terkait pengeluaran dapat merujuk indikator berikut:
- Perencanaan membeli rumah sebaiknya pada harga yang tidak melebihi lima kali penghasilan kita setahun. Misal, penghasilan per tahun Rp200 juta, maka nilai rumah yang dibeli maksimal Rp1miliar.
- Kendaraan diupayakan dibeli secara tunai karena nilainya yang menurun. Jika mampu dibayar tunai pun mampu menyisakan dana cair sejumlah 12 kali pengeluaran an. Misal, pengeluaran bulanan Rp10 juta, maka dana cair Rp120 juta sudah secured sesudah dikurangi pembelian kendaraan.
- Setoran tabungan haji secara tunai, tidak dengan utang, karena jelas keringanan dari Allah Swt adalah bagi yang mampu.
- Pergantian barang baru decluttering hanya ketika lemari sudah mencapai ¾ volume total.
Perlu juga bear in mind melihat kondisi berikut:
- Pakaian pesta seharga Rp2,5 juta dibeli seorang wanita berpenghasilan Rp12 juta per bulan, dipakai sekali untuk menghadiri pesta pernikahan.
- Pakaian kerja seharga Rp2,5 juta dibeli seorang wanita berpenghasilan Rp40 juta per bulan, dipakai untuk bekerja dan awet selama 5 tahun.
Kedua kondisi tersebut, meskipun berharga sama, tetapi berimplikasi berbeda. Kondisi (a) akan jatuh pada kondisi “boros”, sementara kondisi (b) akan menambah nilai. Bisa saja kondisi (b) juga termasuk hemat karena pakaiannya sangat bermanfaat di tempat kerjanya dan menjadi tujuan.
Tidak lupa selalu bersyukur dan berdoa agar selalu merasa cukup. Semoga bermanfaat. Wallahua’lam bishshowab. <Dimuat di Majalah Hadila>
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *