Hadila.co.id — Wajahnya kerap muncul di televisi, membawakan sebuah acara religi. Wahyu Soeparno Putro, pria kelahiran Skotlandia, 28 Juli 1963 yang memiliki nama asli Dale Andrew Collins-Smith memutuskan memeluk Islam pada tahun 1999.
Lelaki yang sempat tinggal di Australia ini sebelumnya beragama Budha karena terkesan pada pribadi Gandhi. Kedua orangtua Dale ateis, makanya urusan agama sepenuhnya urusan dirinya sendiri. Dale kemudian memilih Islam karena merasa mendapatkan ketenangan jiwa.
Dale mengawali kisah hidupnya di Indonesia ketika bekerja di sebuah perusahaan kerajinan di Yogyakarta (1999). Dia kemudian bertemu dengan Soeparno, ayah lima anak yang bekerja sebagai satpam. Singkat cerita Dale yang yatim piatu sejak usia 20 tahun ini kemudian diajak menetap di rumah Soeparno sebagai anak angkat dari keluarga besar Soeparno.
Rumah Soeparno letaknya dekat dengan masjid, sehingga setiap hari suara azan terdengar cukup keras. Awalnya, Dale begitu terganggu dengan suara azan, khususnya azan Subuh. Suara azan Subuh adalah musuh bebuyutan Dale karena menggedor-gedor gendang telinga dan mengusik kenyamanan tidurnya. Selama tinggal di Skotlandia dan Australia, dia tak pernah mendapatkan situasi seperti itu.
Karena setiap hari mendengarkan suara azan Subuh itu, Dale kemudian menjadi terbiasa. Dia menjadi kerap terbangun di pagi hari. Bahkan, setelah menetap cukup lama Dale terbiasa bangun 5-10 menit lebih awal dari azan Subuh. ”Ini membuat saya heran. Padahal sejak kecil saya tak pernah bisa bangun pagi, tapi di sini saya mampu merubah pola hidup saya untuk bangun pagi.”
Suara adzan itu menjadi awal pertemuannya dengan Islam. Perlahan hidayah merasuk ke dalam jiwanya. Dale mulai bertanya-tanya tentang Islam. Diawali dengan pertanyaan sederhana mengenai salat dan puasa. Tanpa malu, dia menanyakan itu kepada teman-teman Muslim-nya. Di saat Ramadan, Dale pun ikut-ikutan berpuasa. ”Awalnya saya cuma ingin mengetahui saja seperti apa sih rasanya puasa. Tetapi selanjutnya, puasa saya full hingga puasa tahun kemarin,” sambungnya dengan penuh bangga.
Eksperimentasi dalam menjalani ibadah puasa maupun rutinitas bangun pagi menjelang azan Subuh itu kemudian memberikan pula semacam perasaan tenang yang menjalar di dalam diri Dale.
Tak merasa cukup terjawab tentang Islam pada rekan sepergaulan, Dale memberanikan diri bertanya kepada ketua pengurus masjid dekat tempatnya tinggal. Namun hasratnya untuk mengetahui Islam masih belum terpuaskan. Maka pada suatu ketika, bertemulah dia dengan seorang ustaz bernama Sigit. ”Waktu saya ceritakan tentang pengalaman saya, dia malah berkata kepada saya, ‘Sepertinya malaikat mulai dekat dengan kamu’,” kata Dale menirukan ucapan Sigit.
Mendengar ucapan itu, Dale merasakan seperti ada yang meledak-ledak di dalam dirinya. ”Semuanya seperti jatuh ke tempatnya,” kata dia menggambarkan situasi emosional dirinya ketika itu. ”Saat itu saya juga sudah bisa menangkap secara akal sehat tentang Islam,” tambahnya. Dari sosok ustaz itu, dia mengaku mendapatkan sebuah buku tentang Islam dan mualaf. Dan pada saat itu pula, niatnya untuk mempelajari salat kian menggelora.
Di saat dirinya merasa semakin menuju Islam, pria yang begitu berharap bisa menjadi warga negara Indonesia ini kemudian bertanya pada Soeparno. ”Saya merasa lucu karena sudah seperti merasa Muslim. Tetapi bagaimana caranya?” kata dia kepada ayah angkatnya. Mendengar ucapan Dale, Soeparno terkejut lalu menyarankan agar Dale masuk Islam melalui bantuan Sigit.
Dale Andrew Collins-Smith kemudian mengucapkan syahadat sekaligus berganti nama menjadi Wahyu Soeparno Putro. “Saya begitu terharu, sampai menitikkan air mata. Saya merasa seperti ada yang menyentuh kepala saya,” ujarnya. Prosesi ‘hijrah’ itu dilakukannya di masjid yang mengumandangkan azan Subuh, yang dulu dianggap telah mengganggu tidurnya. [Sumber: Majalah Hadila Edisi April 2014]