Hadila.co.id — Rasulullah Saw bersabda; Dari Ibnu Umar berkata, “Rasulullah Saw bersabda, ‘Sesungguhnya di antara pepohonan ada satu pohon yang tidak pernah rontok daunnya dan itu seperti muslim. Ia adalah pohon Kurma’.” [Muttafaq Alaih]
Dalam riwayat lain, “Beritahukan kepadaku sebuah pohon yang menjadi perumpamaan bagi seorang mukmin.” [Muttafaq Alaih]
Nabi juga menjelaskan, “Dan tidak… memberikan buahnya setiap saat.”
Ibnu Hajar menjelaskan lebih detail, “Dalam Al Mushonnaf di Bab Tafsir dari jalan Nafi’ dari Ibnu Umar berkata: Kami sedang bersama Rasulullah Saw beliau bersabda: ‘Beritahukan kepadaku sebuah pohon yang perumpamaannya seperti muslim, tidak pernah rontok daunnya, tidak… tidak… tidak…’ Disebutkan kata tidak tiga kali. Dikatakan dalam tafsirnya: ‘Tidak terputus buahnya, tidak hilang bayangannya dan tidak putus manfaatnya’. Ada pun dalam riwayat Muslim kata tidak disebutkan hanya sekali.” [Fathul Bari]
Nabi membuat Al Matsal (perumpamaan) untuk muslim dan mukmin diibaratkan dengan kurma. Perumpamaan yang dibuat oleh nabi, apalagi tersurah dalam Alquran, pasti merupakan perumpamaan tingkat tinggi. Kita dimudahkan untuk memahami hal tersebut.
Muslim Ibarat Pohon Kurma
Seperti dalam hadis ini. Untuk memahami bagaimana seharusnya hidup kita sebagai seorang muslim dan mukmin, tinggal melihat pohon kurma, bukan buah kurma (yang berarti membahas daun, dahan, ranting, akar, mayang, buah dan segala hal yang berhubungan dengan pohon kurma). Apa saja kelebihan pohon kurma, begitulah seharusnya kehidupan kita.
Berikut nukilan kalimat dua ulama besar (An Nawawi dan Ibnu Hajar) dalam mengali perumpamaan ini. An Nawawi berkata, “Para ulama berkata: beliau mengumpamakan kurma dengan muslim pada banyaknya kebaikan kurma, terusnya naungan bayangannya, enak buahnya dan keberadaannya yang terus menerus ada. Dari sejak buahnya muncul pertama terus bisa dimakan hingga mengering. Setelah kering, masih ada manfaat yang banyak dari kayu, daun dan dahannya yang bisa dijadikan tiang, kayu, tongkat, tikar, tali, bejana, dan yang lainnya. Dan yang paling terakhir dari kurma adalah bijinya yang masih bermanfaat untuk makanan bagi unta.
Kemudian kurma itu indah pohonnya, bagus bentuk buahnya. Kurma semuanya bermanfaat, baik dan indah. Begitulah orang beriman, semuanya baik karena banyaknya ketaatan, mulianya akhlak, selalu menjaga salat, puasa, tilawah, zikir, sedekah, silaturahmi, dan semua bentuk ketaatan yang lainnya. Inilah yang benar dari kesamaan antara kurma dan muslim.
Ada yang mengatakan sisi kesamaannya adalah jika pohon kurma dipotong bagian atasnya, ia akan mati berbeda dengan jenis pohon yang lain. Ada lagi yang mengatakan bahwa kesamaannya adalah pohon kurma tidak bisa berbuah sampai dibuahi (diserbukkan). Wallahu A’lam.”
Ibnu Hajar berkata, “Sisi persamaan antara pohon kurma dan muslim adalah tidak rontoknya daun. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Al Harits bin Abi Salamah dari jalur lain dari Ibnu Umar berkata: Kami sedang bersama Rasulullah Saw suatu hari dan beliau bersabda: perumpamaan mukmin seperti pohon yang tidak rontok satupun daunnya, apakah kalian tahu pohon apa itu? Mereka menjawab: tidak. Beliau berkata: pohon kurma, tidak rontok daunnya dan orang beriman tidak pernah rontok doanya.
Adapun dalam Al Mushonnaf di bab makanan dari jalur A’masy berkata aku diberitahu oleh Mujahid dari Ibnu Umar berkata: ketika kami sedang bersama Nabi shallallahu alaihi wasallam beliau diberi Jummar (bagian dalam pohon yang bisa dimakan) kemudian beliau berkata: di antara pohon ada yang keberkahannya seperti keberkahan muslim.
Yang kedua ini lebih umum/luas dari yang pertama. Keberkahan pohon kurma ada di semua bagiannya, terus menerus pada semua keadaan, dari sejak muncul buahnya hingga mengering, bisa dimakan. Kemudian setelah itu bisa dimanfaatkan semua bagiannya hingga biji untuk makanan binatang, anyaman untuk tali dan sebagainya. Demikian juga, bukan hal yang tersembunyi, keberkahan seorang muslim luas pada setiap keadaan, manfaatnya terus berlangsung untuk dirinya dan untuk orang lain hingga setelah ia meninggal.”
Generasi Pohon Kurma
Dari 2 penjelasan ini kita mendapat petunjuk bagaimana seharusnya kita dan generasi kita hidup, belajar dari pohon kurma. Pertama, hidup kita harus berkah (manfaat) bagi diri kita sendiri dan orang lain. Jangan malah menjadi beban. Kedua, keberkahan (kemanfaatan) itu bisa dirasakan pada setiap jengkal diri kita; ilmu, keluarga, harta, pemikiran, ide, kalimat, dan semua lini kehidupan kita. Ketiga, keberkahan hidup kita harus terus mengalir pada setiap keadaan. Masyarakat bisa mengambil manfaat dari kita kapan saja, setiap saat.
Keempat, keberkahan hidup kita bahkan terus ada ketika kita telah tiada. Ini menjamin kita untuk berhati-hati mengukir peninggalan. Jangan tinggalkan kecuali yang bermanfaat. Kelima, tak kan rugi kita berdoa. Mintalah apa saja. Sebesar dan sekecil apapun. Karena doanya orang beriman pasti dikabulkan Allah, walau dengan berbagai bentuk pengabulan, dan keenam, orang beriman tidak cukup manfaat saja, tetapi juga harus menunjukkan penampilan yang indah dalam batas syariat tentunya. Bukan hanya fisik, tetapi penampilan rumah, kendaraan, jalan, sungai, kota dan sebagainya.
Keberadaan kita menjadi tempat bernaung yang nyaman bagi siapa pun yang berjalan diteriknya padang kehidupan, rehat dari kepenatan. Jangan justru menambah kepenatan masyarakat atau menjadi sumber panas yang membakar keadaan. [Oleh: Budi Ashari, Lc. | Dimuat dalam Hadila Edisi Juli 2014]