Sumber gambar: dreamstime.com
Hadila.co.id — Ada satu hal yang cukup mengganjal hati saya terhadap sikap anak pertama kami yang saat ini tengah belajar di pesantren. Yaitu saat dia telepon dan meminta kiriman uang bulanan. Kami segera transfer ke rekening salah seorang ustaz sejumlah uang yang diminta dengan konfirmasi kepada beliau bahwa kami minta tolong untuk menyampaikannya kepada putra kami.
Namun beberapa pekan kemudian tidak ada kabar dari putra kami apakah uang tersebut telah dia terima atau belum. Hingga datang telepon pada bulan berikutnya dan meminta kiriman kembali, dan tanpa kabar berita tentang uang yang kami kirim. Semula kami memaklumi mungkin karena kesibukan pesantren maka dia tidak punya waktu untuk konfirmasi kepada kami.
Tetapi saat meminta, mengapa dia selalu mempunyai waktu untuk menelepon? Akhirnya kami mengambil asumsi bahwa putra kami tidak melakukan konfirmasi karena dia belum mengetahui bahwa hal tersebut harus dia lakukan. Dan cara yang paling bijak adalah dengan memberitahu kepadanya.
“Mas, Abi sangat senang jika setelah menerima uang Mas memberitahu bahwa uangnya telah Mas terima dengan baik. Dengan konfirmasi ini maka Abi lebih tenang, sebaliknya jika tidak ada konfirmasi maka masih ada rasa ragu apakah uang yang Abi kirim telah Mas terima dengan baik.” Subhanallah, dalam dua bulan ini dia selalu melakukan konfirmasi setelah menerima kiriman dari kami.
Budaya konfirmasi adalah budaya baik yang kadang beberapa anak dengan sendirinya memahami dengan mengamati orang-orang di sekelilingnya yang selalu membiasakan konfirmasi, kemudian dia mencobanya. Namun banyak anak yang tidak mampu menangkap budaya tersebut, maka di sinilah peran orangtua untuk menjelaskan, memberitahu dan membiasakannya.
Dalam hidup ini banyak kesempatan untuk mempraktikkan budaya konfirmasi. Saat seorang anak meminjam buku perpustakaan selama 4 hari, tetapi hingga hari yang ditentukan dia belum dapat menyelesaikan membacanya, sebaiknya sebelum waktu pinjam habis dia melakukan konfirmasi kepada petugas perpustakaan bahwa belum dapat mengembalikan buku yang dipinjamnya.
Ada banyak karakter yang dapat tumbuh dari budaya konfirmasi, di antaranya adalah amanah, bertanggung jawab, dan disiplin. Mari kita membangun budaya konfirmasi pada anak-anak kita. Mungkin di antara kita merasa tidak nyaman, tetapi yakinlah dengan ketulusan hati dan cara yang bijak, maka mendidik anak untuk konfirmasi jauh lebih baik daripada menunggunya mendapatkan pencerahan tentang konfirmasi dari orang lain.