SUKOHARJO – Mengasuh dan mendidik anak zaman now itu memang susah. Maka perlu adanya keromantisan dalam keluarga. Keromantisan antara ibu dan anak misalnya, jangan terburu buru untuk mengantarkan anak ke sekolah. Berikanlah keromantisan saat pagi ketika si anak persiapan untuk berangkat ke sekolah dengan menyuapinya, mengecup keningnya, dan usahakan ketika si anak bersalaman, sampai mencium tangan ibunya. Ketika ia pulang sekolah maka sambutlah dengan senang hati. Ibu yang romantis adalah ibu yang ekspresif.
Hal itu disampaikan pakar keluarga asal Solo, Ustazah Rabiah Al Adawiyah, saat menjadi pembicara talkshow parenting bertema Membangun Kesalehan dengan Keromantisan yang digelar SD Muhammadiyah Program Unggulan (SDMPU) Colomadu, di Assalaam Hypermarket, Jumat (12/10). Kegiatan itu utamanya diikuti wali murid SDMPU Colomadu.
Vida, panggilan akrabnya, bertanya kepada wali murid “kenapa kita sebagai orangtua perlu romantis?” Menurutnya karena romantis itu manis dan anak-anak akan bahagia apabila orangtuanya romantis.
Terkait hubungan suami istri, Vida menerangkan seorang istri suka dengan hal-hal yang romantis. karena pada dasarnya perempuan itu akan lebih cinta melalui pendengaran. Berbeda dengan laki-laki. Seorang suami akan lebih cinta melalui penglihatan. “Sudah seharusnya kita memperlakukan pasangan itu dengan baik. Kalau kita sebagai suami, maka cobalah untuk sesekali memuji istrinya, memanggil dengan panggilan mesra. Kalau kita sebagai seorang istri, maka cobalah untuk memberikan penampilan yang terbaik untuk suami. Kalau kita ingin pasangan kita taat sama kita, maka cobalah untuk membantu mereka agar bisa taat sama kita,” terangnya.
Pembicara lainnya yang juga suami Ustazah Rabiah Al Adawiyah, Ustad Hatta Syamsudin menambahkan tentang bagaimana caranya agar bisa romantic. Menurutnya hal itu sederhana sekali. “Yaitu sering sering dandan untuk suami dan sering-sering gombali istri,” ujarnya.
Dia mengungkapkan sakinah adalah ketenangan, dan pernikahan itu menjadikan seorang laki-laki dan perempuan menjadi tenang. Ada 3 hal yang membuat seseorang yang sudah menikah, atau suami istri tidak tenang. Pertama, adalah suami istri belum mampu memahami kekurangan masing masing. Bukankah menikah itu untuk saling melengkapi, maka sudah seharusnya seorang suami istri itu berusaha untuk memahami kekurangan masing masing. Fokus saja pada kelebihan pasangan.
Kedua, suami istri belum mampu memahami tugas masing masing. Seorang bapak terkadang menjadi pahlawan karena sudah menafkahi keluarganya, kemudian tidak menghargai seorang ibu yang di rumah mengurusi anak anaknya. Atau ketika bapak pulang ke rumah setelah bekerja tidak disambut dengan baik.
Ketiga, suami istri belum mampu memahami fitrah seorang laki-laki dan perempuan. Sebagai contoh, seorang laki laki itu ketika sedang menghadapi masalah maka ia lebih banyak diam, menyendiri. Berbeda dengan seorang perempuan, ia akan lebih banyak cerita dan lebih banyak ngobrol. “Jadi jangan kaget, semisal bapak pulang kerumah, tiba tiba diam. Di sinilah kemampuan memahami itu diterapkan,” terang Ustaz Hatta.
Menurutnya keromantisan orang tua insya Allah akan menjadi hal yang juga menular ke anak karena ke depan keromantisan itu menjadi kenangan untuk anak-anak kita. Maka. Ketika saat ini kita menjadi seorang bapak, maka dekatlah dengan anak perempuan. Seorang anak perempuan apabila masa kecilnya tidak dekat dengan bapaknya, besok ketika ia dewasa bisa jadi ia akan tumbuh menjadi wanita yang genit, dan mencari sebuah perhatian dari seorang laki-laki. Ajarkanlah kepada anak laki-laki bagaimana menjadi seseorang yang tegas, berwibawa dan bijaksana,” pungkasnya. <Hadila/m01>