Hadila.co.id — Mendidik anak dalam Islam yang baik adalah dengan menanamkan akhlak yang baik secara kuat dan kokoh ke dalam jiwa anak, sehingga dia mampu menolak syahwat yang jelek, dan menjadikan jiwanya tidak akan merasa nyaman kecuali dengan hal-hal yang baik, dan jiwanya akan membenci apa pun yang bertentangan dengan akhlak baik.
Umumnya, akhlak jelek sesuai dengan syahwat dan hawa nafsu seseorang, sehingga seorang anak akan melakukannya tanpa perlu disuruh atau susah-susah.
Sebaliknya, akhlak baik membutuhkan latihan bagi jiwa serta pengendalian dari syahwat yang merusak dan merugikan jiwa. Akhlak baik berarti mengikuti jalan yang bertentangan dengan hawa nafsu, sehingga merupakan suatu proses yang membutuhkan usaha dan perjuangan.
Maka, setiap anak perlu mendapatkan nutrisi cinta. Namun, untuk menanamkan rasa cinta terhadap suatu hal dalam diri anak tak dapat dilakukan secara sembarangan. Perlu kiat-kiat khusus untuk mewujudkannya. Rasa cinta atau senang atas suatu hal bukanlah sesuatu yang bisa dipaksakan. Cinta tak dapat ditanamkan dengan kekerasan, melainkan kelembutan.
Mendidik Anak dalam Islam dengan Mengajari Secara Lembut
Terdapat sejumlah hadis yang mengajarkan kita untuk menggunakan kelembutan saat berinteraksi dengan orang lain, seperti berikut, Dari ‘Aisyah, istri Nabi Saw, semoga Allah meridai beliau, berkata, Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya Allah mencintai kelembutan dalam segala hal.” [H.R. Bukhari, 6024]
Muslim (2592) meriwayatkan dari Jarir bahwa Nabi Saw bersabda, “Barang siapa yang terhalangi dari kelembutan, maka dia akan terhalangi dari kebaikan.”
Di antara tabiat anak-anak adalah mereka mencintai orangtua yang lemah lembut kepada mereka, membantu mereka, dan yang perhatian kepada mereka, sebisa mungkin tanpa teriak dan amarah, bahkan dengan penuh hikmah dan kesabaran.
Anak usia dini membutuhkan hiburan dan permainan, sebagaimana juga usia dini adalah usia yang tepat untuk menanamkan adab-adab dan pendidikan yang baik. Oleh karena itu, orangtua harus mampu menyeimbangkan antara keduanya.
Saat anak-anak mencintai orangtua yang penuh kelembutan, maka cintanya ini akan memotivasi mereka dengan kuat untuk menaati orangtuanya. Sebaliknya, tidak adanya kelembutan pada orangtua, bahkan adanya kekerasan, akan menyebabkan anak menjauh, yang pada gilirannya akan menyebabkan keras kepala dan ketidaktaatan, atau menyebabkan ketakutan yang akan menumbuhkan sifat dusta dan tipu daya pada diri anak kepada orangtua.
Kelembutan tidak berarti meniadakan hukuman pada saat diperlukan. Namun, perlu dicatat bahwa hukuman, ketika membesarkan anak-anak, harus digunakan secara bijak.
Tidak benar jika anak selalu dihukum untuk setiap pelanggaran yang dilakukan. Hukuman diterapkan saat kelembutan tidak lagi berpengaruh, dan ketika nasihat, perintah, dan larangan telah diabaikan.
Mendidik Anak dalam Islam dengan Hukuman Bermanfaat
Kemudian, dalam mendidik anak dalam Islam, hukuman juga harus memberikan manfaat. Misalnya, Anda memiliki masalah pada kebiasaan anak-anak Anda menghabiskan waktu yang lama di depan televisi. Maka Anda dapat membatasi program yang mereka tonton, yakni yang bermanfaat dan tidak membahayakan secara umum, dan bebas dari perkara mungkar sebisa mungkin.
Jika mereka melampaui waktu tonton yang telah ditentukan, Anda dapat menghukum mereka dengan melarang mereka menonton televisi selama satu hari penuh. Suatu ketika mereka melanggar lagi, maka Anda dapat melarang mereka dari menonton televisi untuk jan