Hadila.co.id — Dalam hidup ini, kita harus tahu bagaimana cara untuk bisa hidup bahagia. Hidup di dunia yang hanya sebentar ini tidak akan lepas dari goncangan dan godaan. Karena goncangan, kita bisa menangis. Karena godaan, kita bisa terlena.
Selama kita masih hidup di dunia, maka kita tidak bisa berharap untuk tidak pernah merasakan sakit. Namun, karena sakit kita bisa menemukan indahnya nikmat Allah. Rasulullah bersabda, “Dua nikmat yang membuat manusia banyak teperdaya olehnya; nikmat sehat dan waktu luang.” [H.R. Bukhari No. 6412]
Terkadang seseorang terlena dengan kesehatan dalam waktu yang panjang, sehingga ia lupa bertafakur tentang kebesaran nikmat dan lalai bersyukur kepada Allah. Kemudian ia diuji dengan sakit, sehingga mengenal kadar yang besar tersebut, karena sakit membuatnya tidak bisa memperoleh kepentingan agama dan dunia.
Terkadang manusia mendapat kesempatan, tetapi ia tidak bisa memanfaatkan karena disibukkan oleh sakitnya. Kesempatan adalah nikmat yang tidak sempurna kecuali disertai kesehatan. Adanya ingatan saat sakit, akan meningkatkan rasa syukur terhadap kesehatan yang diberikan Allah.
Orang beriman bukanlah orang yang tidak pernah sedih. Orang beriman bukan orang yang tidak pernah marah. Orang beriman bukan orang yang tidak mungkin tergelincir. Namun, orang beriman adalah orang yang selalu berusaha menyandarkan permasalahan dan kebutuhannya hanya kepada Allah.
Orang beriman selalu hidup bahagia dan enteng menjalani hidup karena dia taat, istikamah, rendah hati, dan baik sangka. Allah berfirman, “Adapun hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati, dan apabila orang-orang bodoh menghina mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka membalas dengan ucapan doa salam.” [Q.S. Al-Furqan (25): 63]
Dalam ayat lain Allah menegaskan, “Sesungguhnya setan tidak pernah dan tidak akan pernah mampu menguasai orang-orang yang beriman dan bertawakal kepada Allah.” [Q.S. An-Nahl (16): 99]
Empat Kunci Hidup Bahagia
Taat, istikamah, rendah hati, dan baik sangka merupakan cara-cara yang bisa membuat seseorang hidup bahagia. Syaratnya, keempat cara tersebut harus berjalan beriringan.
Taat adalah bentuk ketundukan (patuh), dalam hal ini senantiasa tunduk pada perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya
Istikamah adalah sikap teguh pendirian dan selalu konsekuen, dalam hal ini senantiasa teguh berada di jalan Allah dan tidak pernah menyimpang dari segala ketentuan-Nya.
Rendah hati adalah sifat tidak sombong atau tidak angkuh, dalam hal ini senantiasa tidak pernah memandang rendah kepada orang lain dan tidak merasa mampu meraih segala yang dimiliki sendiri, karena semuanya terjadi berkat campur tangan Allah.
Baik sangka adalah selalu berpikir positif atas setiap kejadian yang terjadi, dalam hal ini senantiasa percaya bahwa selalu ada hikmah dibalik setiap kejadian. Jika keempat hal ini dimiliki oleh seseorang, insya Allah ia mampu menciptakan kehidupan yang penuh dengan kebahagiaan.
Namun demikian, ada orang yang taat, tetapi dalam menjalani ketaatannya tidak istikamah. Apalagi buruk sangkanya selalu dituruti. Sudah pasti hidupnya menderita.
Orang yang buruk sangka, maka dunia yang luas seakan menjadi sempit. Jalan ke sana, bertemu orang dengan wajah sedikit kusut, ia akan berpikir, ‘pasti dia begini, pasti dia begitu’. Melihat orang yang tiba-tiba tertawa di depannya, mendadak hatinya langsung kemrungsung, ‘dia pasti begini, dia pasti begitu’.
Kalau ia taat, istikamah, baik sangka, tetapi tidak rendah hati, maka hidupnya juga tidak mungkin bahagia. Bagaimana mungkin orang sombong bisa bahagia? Orang sombong tidak tahan celaan, tidak tahan hinaan, terlebih lagi ia tidak tahan pujian.
Sesungguhnya hanya Allah sajalah yang bisa memberi dan mencabut kenikmatan, termasuk yang menentukan seseorang bisa hidup bahagia atau tidak. Namun, di samping itu Dia tetap memberikan kebebasan manusia untuk memilih nasibnya sendiri, sebagaimana difirmankan dalam Alquran Surah Ar Ra’d ayat 11, “…Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri…”
Kadang, saat Allah memberi sakit gigi, berhari-hari kita mengeluhkan sakit giginya saja. Berobat kemana-mana. Muka dan hati kusut. Seakan-akan kalau gigi tidak sembuh, maka hidupnya tidak nyaman, tidak betah, tidak suka, dan tidak rida.
Kita lupa bahwa Allah masih menjaga jantung kita agar tetap berdegup, darah masih bisa mengalir, sehingga kita masih bisa hidup. Kita lupa bahwa Allah masih menyehatkan kaki agar bisa berjalan ke dokter. Kita lupa dengan nikmat Allah yang lain. Masyaallah, semoga Allah selalu memberi nikmat sehat yang manfaat. Semoga kita semua bisa bersyukur atas segala nikmat-Nya, dan selalu bisa hidup bahagia. <Dari Berbagai Sumber>