Hadila.co.id – Merasa pasangan orang lain lebih baik dari pasangan kita, muncul dari sifat tidak puas. Apakah hal ini bisa mengusik keharmonisan rumah tangga? Berikut wawancara kami dengan ibu enam orang anak yang sangat aktif dalam edukasi keluarga. Ida Nur Laila, S.Si. Apt, Konselor Sosial dan Trainer Jogja Family Center (JFC).
Memandang orang lain lebih baik dari diri sendiri jika dilihat dari sisi manusiawi, wajar saja. Artinya mungkin terjadi pada diri manusia. Namun apakah ini benar atau tepat, ini yang perlu ditelisik lebih lanjut. Saat sebagai pribadi kita memandang orang lain lebih baik, dan kita pun ingin menjadi lebih baik, terpacu tingkatkan amal, saya kira ini adalah hal yang positif. Iri kepada kebaikan orang lain, yang melahirkan sikap positif dibolehkan. Itu yang disebut fastabiqul khairat.
Jangan Bandingan Pasangan Anda dengan yang Lain, karena Ia adalah yang Terbaik
Setiap manusia mencintai dirinya sendiri dan menginginkan yang terbaik. Saat memilih sesuatu, ia akan mencari yang terbaik untuk dirinya. Demikian pula saat memilih pasangan, tentu ia berusaha memilih yang paling baik untuk dirinya.
Namun manusia juga memiliki sifat tidak pernah puas. Ia akan melihat pada perolehan orang lain dan membandingkan dengan miliknya Sementara itu ada makhluk lain musuh manusia yang bernama syaithon. Syaithon ini diantara pekerjaannya adala tazyin atau memperbagus sesuatu untuk menarik hati manusia. Terutama terkait semua yang menyimpang dari kebaikan. Setelahnya ia menghembuskan rasa iri untuk mengingini kenikmatan orang lain dan kufur apa yang digenggamnya.
Dalam hal lebih jauh kecenderungan untuk tidak puas terhadap diri sendiri dan menginginkan yang lebih baik lagi banyak terjadi dalam kehidupan rumah tangga. Bahkan kecenderungan ini bisa mencapai taraf pada tidak puas pada pasangannya karena melihat adanya orang lain yang lebih baik dari suami/istrinya.
Sudah Berkeluarga namun Tertarik dengan Orang Lain? Coba Renungkan Ini
Wah berbahaya sekali. Allah perintahkan untuk manusia menundukkan pandangan bukan tanpa sebab. Allah Maha Tahu bahwa pandangan yang tidak diatur bisa berujung madharat. Melihat orang lain yang bukan mahram dengan leluasa, lalu membandingkannya secara fisik, sifat dan seterusnya akan mempengaruhi pemikiran, perasaan dan terekspresi pada ucapan atau tindakan.
Saya ingat cerita seorang sahabat sebelum ia menikah. Gadis ini lumayan cantik, dengan profesi yang menjadi idaman banyak orang dan dari kalangan terpandang. Dalam proses nikahnya yang ‘bersih’, ia berjodoh dengan seorang lelaki yang cukup jauh berpaut usia. Lelaki yang sungguh biasa saja. Gadis itu tak pernah mengenalnya secara pribadi, bahkan hanya dari selembar foto buram.
Ibunya agak terkejut melihat calon menantu saat datang melamar. Sebagai ibu yang bijak, beliau berpesan. “Nduk, kamu sudah mantep betul dengan calonmu? Ketahuilah sebelum engkau memutuskan, maka bukalah matamu lebar-lebar memilih orang yang terbaik. Ada banyak pilihan dan engkau yang memilihnya untuk dirimu. Jika engkau telah memilih, maka tutuplah matamu. Anggaplah suami itu adalah lelaki terbaik dan paling tepat untukmu.”
Saya sungguh terkesan dengan kisah nyata ini lantaran pasangan itu kemudian menikah dan mereka dikaruniai samara hingga hari ini. Pesan sang bunda itu selalu saya ingat dan saya pesankan pada anak gadis saya.
Menjadi Ibu Tangguh untuk Mencetak Generasi yang Lebih Baik
Kecenderungan di atas bisa saja sangat mengganggu dan bahkan dapat merusak keharmonisan sebuah rumah tangga. Oleh karena itu wajib bagi setiap orang untuk menundukkan pandangan dan selalu menjaga perasaan untuk pasangannya. Jangan pernah biarkan terbersit sedikitpun di otak kita bahwa ada seseorang yang lebih baik dari pasangan kita.
Pada awalnya hanya berfikir, lama kelamaan mengganggu perasaan. Jika sampai terucap sanjungan, kekaguman atau mulai membandingkan pasangan, pasti akan menyinggung perasaan.dan mengganggu keharmonisan keluarga. Tidak ada orang yang suka dibandingkan, apalagi oleh pasangannya sendiri.
Rasa tidak puas terhadap pasangan adalah bentuk dari kurang bersyukurnya diri kita terhadap karunia dan pemberian Allah Swt. Maka tanamkanlah dalam diri rasa syukur atas setiap nikmat yang telah Allah berikan pada kita. Termasuk dalam hal pasangan, bersyukurlah bahwa kita telah diberi pasangan, bersyukurlah bahwa suami/istri Anda mau menerima Anda apa adanya.
Paham Kepada Takdir Allah, Kunci Membentuk Anak Jadi Pribadi yang Beriman dan Percaya Diri
Orang yang selalu menginginkan nikmat yang dimiliki orang lain adalah orang yang kurang bersyukur. Dia mengira kehidupan orang lain lebih menyenangkan dan lebih beruntung. Saat sibuk menghitung nikmat orang lain, ia melupakan kehidupannya sendiri, kenikmatan yang diperoleh. Padahal janji Allah: Barang siapa yang bersyukur maka Allah akan menambah nikmatnya. Barang siapa kufur maka azab Allah sangat pedih.
Ikhlas menerima pasangan, syukur nikmat pada takdir Allah atas pasangan kita, mengetahui adab-adab bergaul dalam rumah tangga dan adab pergaulan dengan sesama manusia. Terus saling membaguskan kepribadian pasangan, keimanan, ibadah dan akhlak dengan nasihat yang baik. Berusaha melihat sisi-sisi positif yang dimiliki oleh pasangannya dan memaafkan kekurangan pasangannya. Tidak ada orang yang sempurna.
Dengan menerapkan hal di atas maka kita akan senantiasa menjaga perasaan pasangan kita dan juga rumah tangga kita. Dengan selalu bersyukur maka keharmonisan di dalam keluarga akan selalu tercipta karena suami dan istri sama-sama menerima takdir Allah dengan senang hati.
Pengantin Baru Wajib Terapkan Ini agar Rumah Tangga Tidak Mudah Kandas
Sementara itu pasangan suami dan istri perlu melakukan langkah kongkrit berikut ini agar mereka terhindar pada kecenderungan tidak puas terhadap pasangan. Pertama, untuk para istri jangan pernah menceritakan kelebihan lelaki lain di hadapan suami Anda. Untuk para suami jangan pernah menyebut perempuan lain dengan kekaguman di hadapan istri Anda. Kedua, masing-masing menjaga dan menerapkan adab pergaulan dan menjaga agar tidak terjerumus dalam fitnah. Ketiga, masing-masing selalu meningkatkan kualitas dirinya dan memberikan yang terbaik kepada pasangan agar terawat saling cinta jangka panjang. Keempat, lebih memperhatikan sisi kebaikan pasangan dan memaafkan kekurangannya. Kelima, selalu menyukuri nikmat Allah dengan rizki jodoh yaitu pasangan kita sendiri.
<Sumber: Majalah Hadila Edisi September 2014>