Hadila.co.id – Salat adalah kewajiban seorang muslim, salat juga merupakan bentuk komunkasi seorang muslim dengan Allah Subhanahu wa ta’ala. Saat salat, terutama ketika sujud adalah saat paling dekat antara hamba dengan Allah Subhanahu wa ta’ala. Selain itu Salat sebagai penolong bagi seorang muslim.
Salat sebagai penolong bagi seorang muslim baik, penolong di dunia maupun di akhirat. Dengan menjaga salat kita, maka Allah juga akan menjaga kita baik dari segala keburukan dunia, sekaligus dari api neraka kelak.
Salat sebagai penolong di dunia juga telah aku rasakan, dengan salat aku merasa Allah telah menjagaku dari marabahaya.
Salat Tarawih di Masjid atau di Rumah, Mana yang Lebih Afdal?
Aku, mahasiswa di salah satu universitas negeri di Solo asal Magetan. Sore itu aku hendak menuju Solo dari Magetan, dengan menggunakan bus umum. Di Terminal Maospati, saat menunggu bus jurusan Magetan-Solo, aku ingat bahwa dari rumah aku belum Salat Asar. Aku pun bergegas menuju musala yang ada di terminal itu.
Belum sampai ke musala aku ragu. “Salat sekarang atau nanti saja? Jangan-jangan nanti ketika salat, busnya lewat. Jika itu bus terakhir, aku bakal kerepotan mencari angkutan umum yang lain,” raguku berkecamuk.
Akhirnya kuputuskan untuk tetap Salat Asar di musala itu. Aku berpikir pasti Allah tidak akan menyia-nyiakan hamba-Nya yang mengutamakan ibadah.
Selalu Ada Allah dalam Hati agar Hati Tak Pernah Kosong
Selesai salat, kekhawatiranku terjadi! Bus yang kumaksud sudah lewat dan aku tidak tahu apakah masih akan ada bus yang lewat lagi atau tidak. Saat itu aku sangat kesal sekaligus menyesali keputusan mendahulukan salat. “Jadi apes deh,” pikirku saat itu.
Sempat mempertanyakan Allah dalam hati, “Bukankah seharusnya jika kita taat dan berusaha melaksanakan salat segera akan mendapatkan keberuntungan?” Rasanya seperti mendapat perlakuan tidak adil, ingin marah, namun tak ada yang bisa kulakukan.
Aku pun menanti, berharap setidaknya masih ada bus terakhir yang lewat. Lama menanti, akhirnya bus terakhir lewat, dengan penumpang yang sudah penuh sesak tidak karuan. Sungguh menyebalkan. Dengan terpaksa aku masuk ke bus sambil bergelantungan, berdesakan dengan penumpang lain yang begitu banyak.
Safar yang Diperbolehkan untuk Tidak Puasa saat Ramadan
Rasa kesal dan menyesal terus saja memenuhi pikiranku. “Tahu begini mending tadi ikut bus awal, kalau waktunya gak cukup kan bisa salat di dalam bus. Kalau saja aku ikut bus awal, mungkin saat ini dapat tempat duduk nyaman dan bisa santai sampai ke Solo,”gumamku dalam hati.
Masuk daerah Ngawi, suasana makin pengap, jalanan macet. Kekesalanku memuncak. Sampai setibanya di sebuah ruas jalan, kulihat bus awal yang meninggalkanku saat aku salat tadi terlihat mengalami kecelakaan parah. Karenanya jalanan menjadi macet. Deg! Aku sempat terdiam.
Jangan ‘Merasa Paling’ karena Kita Hanya Makhluk Allah
Tak lama, bibirku spontan mengucap hamdalah berkali-kali. Bersyukur pada Allah. Penyesalan, kekesalan dan prasangka burukku pada Allah hilang seketika. Berubah seratus delapan puluh derajat.
Ternyata Allah memilihkan yang terbaik untukku, menggerakkan hatiku untuk memilih salat saat itu, dan menyelamatkanku dari kecelakaan itu. Astaghfirullah, malunya aku pada-Mu ya Allah.<Ari, Magetan>