Oleh: Siti Faizah (Ketua PP Salimah)
Hadila.co.id – Setiap keluarga hendaknya mengatahui cara menyelamatkan keluarga dari fitnah. Sebagaimana Allah Ta’ala menetapkan bahwa pada harta dan anak terdapat fitnah, “Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu). Di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (Q. S. At Taghabun: 15). Sebuah peringatan dari-Nya agar keluarga mewaspadainya, sehingga selamat dari ujian dan cobaan. Layaknya ungkapan indah, “Bagaimana seseorang bisa menjaga diri dari suatu bahaya, jika ia tidak mengetahui bahaya apa yang ia harus jaga dirinya darinya.”
Ketika Allah Ta’ala memberikan ujian dan cobaan pada keluarga, Alquran menyampaikan petunjuk, memberikan solusi dan contoh keluarga yang selamat dari fitnah. “Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran melebihi umat (pada masa masing-masing).” (Q.S. Ali Imran: 33)
Keluarga Ibrahim dan keluarga Imran menjadi teladan dalam memilih pasangan, agar mengutamakan kebaikan pada agama dan akhlaknya, baru nasab, paras, harta, dan lainnya. Dari benih yang baik akan tumbuh pohon dan buah yang baik. Imran telah memilih perempuan bertakwa yang mendapatkan ilham dari Allah Ta’ala. Menitipkan Musa dan Harun untuk dididik, kemudian diangkat menjadi utusan-Nya (Q. S. Al Qashas: 13-14). Ibrahim As telah memilih pasangan hidup seorang muslimah yang baik, Siti Sarah dan Siti Hajar. Lahir dari ahim keduanya keturunan yang baik, Ismail dan Ishaq As.
Ibrahim dan istrinya sangat kompak dalam mewujudkan visi, misi keluarga muslim. Keberhasilannya bukan tanpa ujian dan cobaan yang sangat berat, melainkan bisa melampauinya dengan selamat. Ketika ia mengajak orang tua dan umat kepada agama tauhid, mereka berbondong-bondong membakarnya hidup-hidup sampai datang perintah-Nya untuk menyembelih putra yang sangat dicintainya, Ismail As.
Puluhan tahun pernikahannya tanpa keturunan. Dengan penuh kesabaran dijalaninya, terus berusaha dan berdoa kepada Zat Yang Maha Pencipta. Sebab ia sangat membutuhkan keturunan yang mewarisi kebaikan dan melanjutkan estafet dakwah di jalan-Nya. Ibrahim As menjadikan iman kepada Allah sebagai fondasi dalam membangun keluarga dan mendidik anak (Q.S. Ash Shaffat: 99-100).
Dalam berkomunikasi dengan keluarga menggunakan pendekatan dialogis dan persuasif. Sebagaimana terlihat pada cuplikan pembicaraan yang diabadikan dalam Surat Ash Shaffat ayat 102 antara Ibrahim dengan Ismail ‘alaihimassalam.
Muhammad Saw sebagai keturunan Nabi Ibrahim mengajarkan orang tua supaya memenuhi hak anak, “Apakah kau izinkan aku memberi minum mereka terlebih dulu?”. Al Fadhl bin Al Abbas, si kecil “Tidak wahai Rasulullah, aku tidak akan mengutamakan siapa pun setelah aku mendapat bagianku darimu.” Rasul menyerahkan air minum itu kepadanya.
Rasulullah Saw juga sangat senang mendampingi aktivitas anak, membelikan mainan anak, bersikap adil dan tidak pilih kasih, “Bersikaplah adil di antara anak-anak kalian dalam pemberian sebagaimana kalian suka berlaku adil diantara kalian dalam kebaikan dan kelembutan.” (H.R. Ibnu Abid Dunya)
Hendaknya orang tua menyertakan anak dalam berd’a, “Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang yang tetap melaksanakan salat. Ya Tuhan kami, perkenankan doaku.” (Q.S.Ibrahim: 39-40). Bahkan malaikat turut mendoakan keluarga orang saleh, “Wahai Rabb kami, masukkanlah mereka juga ke dalam surga ‘Adn yang telah Engkau janjikan dan orang-orang saleh dari bapak-bapak mereka, istri-istri, dan keturunan mereka, sesungguhnya Engkau adalah Zat yang Maha Luhur lagi Maha Bijaksana.” (Q.S. Al Mukmin: 8)
Dari kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir dalam Alquran Surah. Alkahfi ayat 82, saat membangun rumah anak yatim yang roboh menjadi bukti bahwa kebaikan dan kesalehan orang tua tidak pernah sia-sia. Bahkan akan mengalir dan berdampak baik pada keturunannya. Layaknya buah akan jatuh dekat pohonnya. Salafus shalih berkata, “Wahai anakku, ayah banyak melakukan amal saleh ini adalah demi kebaikanmu.”
Keluarga sukses di masa lampau berbagi solusi dan memotivasi keluarga dalam melaksanakan perintah Allah Ta’ala, seperti salat, sedekah, dan perbuatan baik lainnya sebagai cara dalam menanggulangi fitnah dalam keluarga, seperti perkataan Said bin Musayyab, “Setiap kali saya salat dan teringat anak saya, saya bertambah semangat untuk memperbanyak salat. Sebab ada riwayat yang menyebutkan bahwa Allah memelihara hingga tujuh keturunan orang saleh, sebagaimana tersirat dalam Alquran Surah. Al A’raf ayat 196, “Sesungguhnya penolongku adalah Allah yang telah menurunkan Al Kitab dan Dialah yang akan melindungi orang-orang saleh.”
Agar keluarga selamat dari fitnah, Rasulullah Saw bersabda, “Fitnah (ujian bagi) seseorang itu terdapat pada istri, harta, anak, dirinya dan tetangganya. Itu dapat ditanggulangi dengan berpuasa, salat, shadaqah, melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar.” (H.R. Bukhori, Muslim, Tirmidzi dari Hudzaifah) <>