Hadila – Asalamualaikum. Saya suami umur 48 tahun, menikah sudah 27 tahun. Selama 25 tahun saya ditantang cerai sama istri. Namun karena saya punya anak dua , permintaan cerai enggak saya tanggapi. Tapi sekarang saya sudah tidak tahan dan sudah enam bulan ini kami berdua pisah ranjang dan tak tegur sapa. Semua ini terjadi karena banyak faktor antara lain gaya hidup. Istri ingin hidup mewah sedangkan saya sebagai suami ingin sederhana, yang penting anak-anak bisa sekolah. Bagaimana sikap saya menghadapi istri yang begini dan menurut agama Islam status kami berdua ini bagaimana. Atas sarannya saya ucapkan terima kasih.
Jawaban oleh Ustazah Farida Nur’aini (Konsultan Keluarga Majalah Hadila)
Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Saya menjawab dari pertanyaan kedua dulu bahwa status pernikahan Bapak dengan istri masih sah. Hak dan kewajiban sebagai suami istri masih tetap berlaku.
Dari masalah yang Bapak sampaikan sebenarnya masalah intinya adalah masalah komunikasi. Karena antara Bapak dan ibu masih berada pada posisi masing-masing. Bapak melihat istri ingin bergaya hidup mewah,di sisi lain istri melihat Bapak belum bisa memenuhi keinginan istri. Sebenarnya di dalam rumah tangga kunci keharmonisan itu adalah keterpaduan. Memadukan dua budaya, dua karakter, dua kebiasaan , dua gaya hidup , dua selera. Jika sudah berumah tangga maka suami istri harus meleburkan diri. Tidak ada lagi aku dan kamu. Yang ada adalah kita.
Meleburkan diri ini seperti kita menelungkupkan kedua tangan kita. Tangan kiri bertemu dengan tangan kanan kemudian bersatu dalam satu genggaman. Masing-masing jari mengisi celah yang kosong dari pasangannya sehingga terjadi kemelekatan, peleburan. Jika kita melihat secara sekilas hampir-hampir kita tidak bisa membedakan mana jari tangan kanan dan mana jari tangan kiri.
Bagaimana aplikasi cara meleburkan diri atau memadukan dua orang yang berbeda ini ?
Saya ambil contoh sederhana misalnya dalam hal selera makan. Bapak menyukai makanan pedas sedangkan istri tidak suka. Maka ketika sudah berumah tangga solusinya perlahan-lahan suami menurunkan level pedasnya. Misalnya yang semula menyukai level pedas 10 mulai menurunkan ke level 8. Istri pun demikian, dari level 0 naik ke level 2. Ini bisa dilakukan dengan melonggarkan hati, demi orang yang dicintai.
Karena jika cinta, apa pun akan dilakukan. Apalagi hanya menurunkan atau menaikkan level pedas. Jika sudah terbiasa si level 8, Bapak menurunkan lagi ke level 5. Sedangkan istri menaikkan lagi ke level 5. Maka di titik level 5 inilah yang disebut dengan keterpaduan. Di sinilah titik keharmonisan itu didapatkan.
Hal ini juga berlaku untuk hal lainnya. Seperti yang Bapak sampaikan terjadi perbedaan pandangan tentang gaya hidup antara Bapak dan istri, artinya Bapak masih berada di sebelah kanan dan ibu masih berada di sebelah kiri. Belum bertemu pada titik yang sama. Apa yang seharusnya dilakukan agar terjadi keharmonisan ?
Pertama, jemputlah istri. Bersatulah kembali dalam satu rumah. Ini adalah langkah pertama untuk bisa menyatukan hati dan melekatkan kembali jiwa yang terpisah. Tentu saja tidak sekadar fisik yang dijemput tapi juga hatinya. Mungkin butuh usaha untuk bisa meraih hatinya. Maka sebagai suami yang berkewajiban menjaga istri dan keluarga, mintalah maaf kepada istri.
Walaupun mungkin Bapak merasa tidak bersalah, tetapi ini adalah trik dan cara untuk bisa meluluhkan hati istri agar mau kembali bersatu dalam rumah tangga. Bersabarlah dengan sikap istri sebagaimana sabarnya Umar Bin Khattab yang ketika istrinya memarahinya Ia hanya diam saja , mengalah. Hal ini beliau lakukan untuk menjaga keutuhan rumah tangganya. Jika istri marah jangan diladeni tapi diamlah. Tunjukkan kesabaran sebagai laki-laki tangguh. Lakukan komunikasi yang baik dengan mertua. Mohon bantuan mertua untuk membujuk istri agar mau kembali dengan Bapak dan anak-anak.
Kedua, lakukan kewajiban Bapak sebagai seorang suami yaitu mendidik istri, membimbing, dan mengarahkan istri. Karena ini adalah hak istri. Dengan usia pernikahan yang sudah berjalan 25 tahun pasti Bapak sudah mengetahui cara-cara berkomunikasi yang tepat untuk bisa masuk dan bisa dipahami oleh istri. Memang membutuhkan kesabaran dan kekuatan tekad dari Bapak untuk bisa memulai.
Ini juga perlu ada caranya, yaitu sentuh dulu hati dan perasaan istri. Ini titik lemah istri. Ini saya sampaikan rahasia kelemahan para istri-istri yaitu bahwa istri itu mudah ditaklukkan oleh pujian. Mungkin ini jarang dilakukan Bapak sehingga istri menjauh dari Bapak.
Maka sebelum memberi nasihat, bimbingan, dan masukan kepada istri, taklukkan dulu istri dengan memujinya. Pujilah istri dengan tulus. Bisa memuji masakannya, penampilannya atau hal lainnya yang menurut Bapak itulah kelebihan istri. Jadi kalau saya urut dari tahapan awal yaitu carilah kelebihan istri, pujilah kelebihan istri, berilah nasihat, bimbingan dan arahan
Tentu tiga tahap itu tidak bisa dilakukan dalam satu waktu, berilah jeda, antara nomor dua dan tiga. Taklukkan hati istri secara pelan-pelan. Jika hati istri sudah takluk maka ia akan mudah dinasihati
Ketiga, mulailah mendekati istri untuk mendapatkan keharmonisan, mendapatkan titik temu. Pahamilah apa sebenarnya keinginan istri dan berusahalah untuk bisa mendekatinya secara perlahan. Yakinlah dengan Bapak mengubah diri, istri juga akan merubah dirinya. Bersikap santai saja. Ajak istri bercanda. Insya Allah suasana lebih nyaman.
Mulai juga untuk menaikkan gaya hidup seiring dengan gaya hidup yang diinginkan istri. Perhatikan dari yang paling sederhana yaitu penampilan diri. Bukan berarti harus membeli baju, tetapi perhatikan kerapian diri. Mulai dari rambut , kebersihkan wajah, keserasian baju.
Mungkin bagi Bapak ini sesuatu yang remeh, tidak penting. Namun bagi istri ini hal yang penting. Sebagaimana istri berkewajiban menjaga penampilannya di depan suaminya, maka suami pun harus menjaga penampilannya di depan istrinya. Untuk hal yang lainnya silakan dikomunikasikan dengan istri.
Insya Allah bila sudah terjalin komunikasi yang baik maka urusan akan menjadi lebih lancar. Untuk hal yang lainnya silakan dikomunikasikan dengan istri. Yang penting Bapak tetap bersabar menghadapi istri. Bapak makin mendekati istri, istri makin mendekati Bapak. Maka nanti akan bertemu di tengah-tengah dalam keharmonisan. Demikian yang saya sampaikan. Semoga bermanfaat. <Dimuat di Majalah Hadila Edisi Januari 2020>