Hadila – Assalamualaikum Ustazah, mohon dijelaskan, bagaimana ‘cara yang baik’ untuk memarahi anak? Anak sudah dinasihati masih tetap melakukan kesalahan yang sama berulang kali. Mohon sarannya. (08564513xxxx)
Jawaban oleh Ustazah Farida Nur’aini (Konsultan Keluarga Majalah Hadila)
Ibu yang berbahagia, kita sepakati pembahasan kita adalah “cara menasihati anak secara bijak” bagi anak-anak usia sekolah dasar. Berikut ini ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan.
Pertama, pemilihan waktu yang tepat saat akan menashati anak. Ketika akan mengingatkan anak, jangan dilakukan saat anak “tantrum” karena ibaratnya anak sedang “panas” jika kita beri sesuatu yang juga panas, maka bisa kita bayangkan apa jadinya. Biarkan dulu anak meluapkan “tantrum”nya (selama tidak membahayakan diri dan orang lain), setelah reda lalu kita dekati, kita peluk lalu sampaikan nashat.
Kedua, nasihat kita disesuaikan dengan kadar kemampuan usia anak menerimanya. Pemilihan kata dan bahasa juga kita sesuaikan, dicari keyword yang simpel, sederhana, mudah dipahami, dan lakukan secara perlahan. Jika terlalu panjang dan berulang berulang dalam satu waktu, maka bisa jadi nasihat tersebut justru malah tidak didengar dan akan dianggap angin lalu.
Ketiga, kita kendalikan diri saat emosi memuncak agar dapat manghindari kata-kata negatif terlontar. Kita tarik napas perlahan dan dilakukan beberapa kali untuk meredakan gejolak emosi kita, baru kita mendekati anak dan ucapkan kata-kata baik saat menasihatinya. Misalnya, “Anak saleh, ibu tidak suka dengan apa yang adik lakukan, itu lihat tangan adik jadi terluka, kan? Adik sebaiknya berhati-hati, pisau ibu itu bukan untuk alat bermain adik, karena itu tajam” kita sampaikan respons ketidaksukaan kita atas perbuatannya, lalu sampaikan pula efek dari apa yang dia perbuat lalu baru kita masuki dengan nasihat mengapa dan kenapanya.
Keempat, sampaikan secara bertahap dan berkelanjutan. Ada yang mengatakan janji anak-anak itu “palsu”. Setiap kali dinasihati anak kita berkata “iya” tetapi berapa waktu kemudian dilanggar lagi. Memang demikianlah anak-anak, jiwanya masih labil. Akan tetapi tugas kita adalah terus menasihati anak ketika dia keliru, ingatkan lagi dan lagi, Insya Allah akhirnya akan terekam dalam orak anak akan nasihat kita. Dan suatu saat nanti anak akan spontan melakukan nasihat kita.
Kelima, setelah menasihati, kita beri jeda waktu kepada anak untuk berbenah. Jangan sampai kita terlalu terburu dan memaksa anak untuk segera berubah, tentunya perlu waktu dan perlu proses. Bimbingan dan kontinyuitas nasihat kita kepada anak akhirnya akan membekas pada diri anak. Jangan lupa beri apresiasi ketika anak melakukan kebaikan. <>