Oleh: Solikhin Abu Izzuddin (penulis buku, motivator)
Shalih dan shalihah adalah rezeki. Rajin ibadah adalah hidayah dan anugerah. Bila keduanya bergabung maka jadilah hamba yang penuh berkah. Insya Allah.
Kita bisa menemukan taman surga dalam hidup kita ketika ibadah ditunaikan dengan sepenuh keyakinan, sehingga menikmati keberkahan rezeki dan dibukanya pintu solusi. Bahkan karena ibadah, pencuri bisa tertangkap basah. Keyakinan, itu kuncinya. Sebagaimana janji Allah.
“Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (Q.S. Ath-Thalaq: 2-3)
Ditulis oleh Ibnul Jauzy dalam kitab Ahla al Hikayah min Kitabi al Adzkiya’ bahwa Abu Ja’far Muhammad ibn Fadhl ad Damiry menceritakan, di negeri kami ada seorang wanita tua yang shalihah, dia rajin beribadah, menunaikan puasa sunah, dan menghidupkan salat malam. Sementara itu, anaknya adalah seorang shairafi atau jasa penukaran uang asing yang memiliki kebiasaan minum-minuman keras serta berfoya-foya dan gemar berhura-hura. Setiap hari sang anak menghabiskan waktu siangnya di toko. Dia pulang ke rumah pada petang harinya untuk menitipkan kantong uangnya kepada ibunya dan kemudian pergi lagi untuk begadang sepanjang malam. Begitulah kebiasaan yang dia lakukan.
Suatu malam, beberapa saat sebelum dia pulang ke rumahnya, seorang pencuri menyatroni rumahnya. Pencuri kemudian mencari tempat persembunyian di area rumah tersebut. Dan seperti biasanya sang pemuda hanya pulang sebentar untuk menitipkan kantong uang kepada ibunya dan kemudian pergi lagi. Rupanya sang pencuri melihat dia menyerahkan kantong uang itu kepada ibunya.
Setelah dia pergi, wanita tua itu masuk ke dalam sebuah kamar khusus yang tertutup rapat dengan kayu yang kuat dan pintunya terbuat dari besi. Di dalam ruangan itulah dia menyimpan kain dan kantong uang anaknya. Setelah menyimpan kantong uang itu di belakang pintu kamar, wanita tua itu duduk menghadap ruangan penyimpanan tersebut sembari menyantap hidangan berbuka puasa.
Usai berbuka, dia langsung menunaikan salat. Cukup lama dia menunaikan salat hingga memasuki tengah malam. Hal ini membuat sang pencuri bingung dan gelisah. Pencuri khawatir jika pagi akan segera tiba. Akhirnya sang pencuri itu berjalan-jalan mengendap-endap berkeliling di dalam rumah. Saat itu dia menemukan secarik kain sarung dan sebuah kayu pengharum semacam dupa yang biasa dibakar untuk wewangian.
Dia lantas mengenakan kain sarung itu dan menyalakan dupa sembari berjalan menuju pintu rumah, lalu berteriak dengan suara lantang agar wanita tua penghuni rumah itu terkejut. Namun wanita tua ahli ibadah itu tampak tenang dan menyadari bahwa yang berteriak itu adalah seorang pencuri.
Dengan nada agak bergemetar dan ekspresi terkejut, dia bertanya, “Siapa itu?”
Si pencuri menjawab, “Aku adalah malaikat Jibril, utusan Tuhan semesta alam. Aku diutus kepada anakmu yang fasik itu untuk menasihati dan menyadarkannya agar tidak lagi melakukan kemaksiatan.”
Wanita tua itu menunjukkan seakan-akan dia gugup lantaran ketakuan sembari balik mengiba kepada pencuri itu, “Wahai Malaikat Jibril, aku mohon kepadamu agar engkau mengasihinya. Sebab dia itu anakku satu-satunya.”
“Wahai ibu, aku tidak diutus untuk membunuhnya,” begitu jawab sang pencuri.
“Lalu untuk apa engkau diutus?” tanya sang ibu.
“Aku diutus untuk mengambil kantong uangnya dan membuat hatinya gelisah karena kantong uangnya hilang. Jika dia sudah bertobat, kantong uang itu akan aku kembalikan kepadanya,” jawabnya.
Lantas, wanita tua itu berkata, “Wahai Jibril, jika memang demikian, lakukanlah apa yang menjadi tugasmu itu.”
“Baiklah, dan minggirlah kamu dari pintu kamar itu,” pinta sang pencuri.
Si pencuri langsung melangkah ke arah pintu kamar dan membukanya untuk mengambil kantong uang anak wanita tua tersebut. Begitulah, sang pencuri terlihat sangat sibuk untuk membungkus barang-barang curiannya tersebut. Sementara itu, wanita tua itu mengendap-endap mendekati pintu dan menutupnya dengan paku besar. Setelah itu dia mengambil gembok untuk menguncinya. Maka betapa terkejutnya si pencuri begitu menyadari bahwa wanita tua itu telah menjebaknya.
Karena tak mau kalah, pencuri itu pun mencari siasat dan mencari celah untuk bisa meloloskan diri. Namun usahanya itu sama sekali tidak membuahkan hasil. Setelah itu akhirnya dia berkata, “Wahai ibu, bukakan pintu itu. Aku mau keluar. Karena anakmu sudah aku nasihati.”
Wanita tua nan shalihah itu menjawab, “Wahai Jibril, aku khawatir, bila aku membukakan pintu, maka kedua mataku akan menjadi buta karena memandang cahayamu.”
“Aku sudah memadamkan cahayaku supaya tidak membuat kedua matamu buta,” jawab sang pencuri mulai bimbang dan semakin gelisah.
“Hai Jibril, aku rasa tidak sulit bagimu untuk keluar melalui atap atau menembus dinding dengan bulu sayapmu. Dan janganlah engkau membuat mataku buta karena melihatmu,” begitu jawab sang ibu.
Mendengar jawaban tersebut, si pencuri semakin menyadari bahwa wanita itu adalah orang yang tegar. Dia pun memohon belas kasihan, membujuk dan berjanji kepadanya bahwa dia akan bertobat.
“Aku tidak butuh kata-katamu itu. Yang jelas, tidak ada jalan keluar untukmu kecuali pada siang hari nanti.” Jawab sang ibu dengan tegas.
Setelah itu dia langsung melanjutkan salatnya, sementara si pencuri terus memohon belas kasihan agar dikeluarkan hingga matahari terbit. Esok paginya ketika anaknya pulang, wanita tua itu menceritakan apa yang terjadi. Lantas, anaknya itu pun memanggil polisi. Akhirnya si pencuri yang malang itu pun ditangkap dan dipenjara.
Saudaraku, ibadah sejatinya akan memberikan ketenangan sehingga mampu meloloskan diri dari jebakan ruang dan waktu. Dari ibadah itulah akan lahir ketegaran dalam menghadapi keadaan. Ketegasan dalam menghalau musuh. Kemenangan dalam setiap permasalahan.
Pertanyaannya, sudahkah kita menikmati ibadah yang kita lakukan sebagai taman qalbu dan taman surga yang dirindu sehingga hanya kepada Allah kita bersandar selalu?
Semoga masih ada waktu untuk kita menikmati taman qalbu itu. “Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.” (Q.S.. An-Nahl: 128) <>