Hadila – Akang : Neng, tadi Akang test golongan darah, hasilnya B…

Eneng : Neng yakin, kalo Akang berusaha lebih keras, pasti hasilnya bisa A. Lebih semangat ya Kang….

Akang : Semangaaaattttt Neeeng….

Kadang suasana komunikasi suami istri terasa tidak ‘menyambung’, suami ngomong A, dan istri ngomong B, tetapi tidak ada konflik di antara mereka. Bagi orang lain yang mendengarkan, mungkin akan terasa aneh dan ada hal yang mengganjal dari obrolan tersebut. Namun bagi mereka, itu hal yang biasa saja. Sudahlah, aku tidak perlu mengerti amat omongan kamu, tetapi aku selalu percaya dan cinta kepada kamu. Kira-kira begitu pikiran dan perasaan suami istri tersebut. Tidak ada hal yang perlu mereka ributkan.

Sementara itu ada pula pasangan suami istri yang setiap kali mengobrol tampak sedemikian ilmiah dan akademik, tetapi kehidupan mereka selalu diwarnai konflik dan pertengkaran. Kedua pihak selalu berusaha untuk ‘menjadi pemenang’ dalam setiap perbincangan. Diskusi mereka sering memanas, tidak ada yang mau mengalah, disertai sindiran dan cemoohan. Dari segi materi diskusi, terasa sangat menyambung dan tampak sama-sama pintar berargumen. Sayang, keluarga mereka sering dilanda keributan, justru karena keduanya ingin tampak lebih pintar dan lebih menang dibanding yang lain.

Sambungan Lahir

Suami dan istri selayaknya selalu memiliki sambungan lahir, yaitu hal-hal yang secara fisik atau lahiriah yang bisa membuat mereka selalu terikat dan tersambung satu dengan yang lain. Termasuk kategori sambungan lahir adalah kemampuan komunikasi baik verbal maupun nonverbal. Hal ini bukan hanya terkait dengan kemampuan berbicara, menyampaikan pendapat, menyatakan keinginan, menumpahkan perasaan, atau mengungkapkan harapan satu dengan yang lain dengan kata-kata, tetapi juga menggunakan segala bentuk komunikasi.

Misalnya menggunakan bahasa tubuh, mimik wajah, sentuhan fisik, dan ‘bahasa’ lain yang bercorak fisik dan tampak. Bahkan bahasa isyarat yang hanya bisa dipahami oleh suami dan istri itu sendiri. Semua bentuk sambungan lahir ini diperlukan oleh suami dan istri agar mereka bisa selalu terhubung dalam kehidupan sehari-hari secara efektif. Khususnya yang bercorak ‘langsung’, sehingga interaksi mereka benar-benar berada di dunia nyata.

Kadang ada pasangan suami istri yang lebih mengandalkan sambungan ‘tidak langsung’ seperti komunikasi melalui telpon, atau chatting melalui berbagai jenis fitur komunikasi. Gadget telah memudahkan mereka selalu tersambung, tetapi tidak boleh dijadikan sambungan utama. Itu hanya sambungan tambahan, atau untuk membuat ketersambungan di saat mereka terpaksa berpisah oleh jarak dan waktu. Suami dan istri yang tengah menjalani kehidupan jarak jauh, karena tugas atau pekerjaan, mereka tetap bisa tersambung secara lahir walaupun hanya menggunakan teknologi komunikasi. Ini karena berada dalam situasi yang khusus atau ‘tidak normal’.

Sambungan Batin

Suami istri tidak cukup hanya dengan sambungan lahir, mereka juga harus memiliki sambungan batin. Bahkan ini yang lebih kokoh dan kuat, menjadi fondasi bagi ketersambungan mereka secara lahir.  Yang dimaksud dengan sambungan batin adalah semua bentuk ketersambungan hati, perasaan, jiwa, yang sedemikian lekat dan kuat antara suami dan istri. Perasaan cinta, kasih, sayang, rindu, bangga, hormat, percaya, kagum, tenteram, nyaman, gembira, senang, dan lain sebagainya, adalah sebentuk sambungan dan kanal secara batin. Tidak kasat mata, tidak fisik, tidak tampak, tetapi sangat nyata.

Berbagai perasaan positif tersebut membuat kelekatan yang amat kuat pada suami dan istri. Mereka tersambung secara suasana kebatinan, atau kejiwaan, atau perasaan. Ini yang menjadi fondasi bagi mereka untuk bisa terus-menerus tersambung tanpa khawatir terputus. Meskipun sesekali waktu harus terpisah jauh karena tugas, tetapi suasana kebatinan mereka tetap terjaga. Mereka menyambung secara tidak kasat mata melalui doa, melalui rasa percaya, melalui rasa rindu, melalui rasa ingin bertemu. Itu semua yang selalu bisa menjaga kelekatan hubungan, sehingga selalu merasa dekat, walau realitasnya tengah terpisah jarak yang jauh.

Sambungan Lahir Batin

Yang paling bahagia adalah mereka yang memiliki sambungan lahir dan batin. Sambungan yang membuat mereka memiliki kelekatan baik secara jiwa, hati, pikiran, perasaan, tetapi juga badan. Ada perasaan cinta, kasih, sayang, rindu, bangga, hormat, percaya, kagum, tenteram, nyaman, gembira, senang, dan lain sebagainya, yang diwujudkan dalam bentuk aktivitas fisik yang nyata. Mereka sangat dekat secara lahir, karena adanya kedekatan secara batin.

Jika suami dan istri sudah tidak mau lagi bersentuhan secara fisik, bisa diduga dalam hati mereka ada yang terluka, ada yang tidak pada tempatnya. Jika suami dan istri memilih tidur sendiri sendiri, pada waktu dan tempat yang berbeda; memilih makan sendiri-sendiri, pada waktu dan tempat yang berlainan; ini semua menandakan adanya batin yang sedang sakit. Kanal sambungan batin mereka tengah mengalami gangguan atau masalah, sehingga berdampak pula secara lahir. Apa yang tampak, mencerminkan apa yang tidak tampak.

Sebenarnya dasarnya adalah dari kondisi batin. Jika sambungan batin masih terjaga dengan baik, walaupun ada salah-salah atau kurang-kurangnya dalam komunikasi lahiriah, tetapi batin mereka tetap berlekatan dengan kuat. Mereka merasa nyaman saja dan merasa tidak perlu mempermasalahkan adanya ketidaknyambungan dalam pembicaraan. Sambungan lahir kadang bisa mengalami gangguan, tetapi masih bisa diatasi dengan sambungan batin.

Hendaknya pasangan suami dan istri pandai untuk menjaga sambungan lahir dan batin. Jangan memilih salah satu dari keduanya. Namun pilihlah kedua-duanya sekaligus. Harus selalu menyambung secara lahir, dan menyambung secara batin. Ini yang menjadi modal terbentuknya suasana sakinah mawadah wa rahmah dalam hidup berumah tangga. <>

[Penulis: Cahyadi Takariawan, Trainer dan Konselor di Jogja Family Center. Dimuat di Majalah Hadila Edisi Mei 2021]