Hadila – “Hal yang paling menyakitkan hati saya sepanjang sepuluh tahun pernikahan adalah, seringnya suami membentak saya. Untuk kekurangan dan kesalahan kecil yang saya lakukan, dia langsung marah dan membentak saya. Akhirnya saya ketakutan setiap bersama suami. Saya merasa lega jika jauh dari suami,” ujar Mawar, seorang istri, di ruang konseling.
Lihatlah, bentakan yang dilakukan suami ternyata telah membuat Mawar menjadi ketakutan dan sekarang mengalami depresi. Dia membayangkan hal-hal buruk akan terjadi terhadap dirinya setiap kali bertemu suami. Bahkan kondisinya semakin memburuk. Karena ketakutan kepada suami, situasi mencekam ini membuat Mawar lebih sering melakukan kesalahan. Dampaknya ia lebih sering mendapat bentakan kemarahan suami.
Peristiwa suami marah dan membentak istri, ternyata bukan hanya fenomena di Indonesia saja. Perilaku suami suka memarahi istri ternyata menjadi perilaku banyak masyarakat dunia, termasuk di Amerika. Bahkan di Amerika telah dilakukan sejumlah studi ilmiah untuk meneliti hubungan antara sikap emosional suami dengan kondisi kejiwaan istri. Hasilnya, sangat buruk.
National Institute of Mental Health (NIMH) mencatat, hampir 10% penduduk Amerika menderita depresi. Salah satu penyebab depresi adalah perilaku kemarahan suami kepada istri. Hal ini lebih diperjelas dengan hasil dari sebuah penelitian di University of Missouri, yang mempelajari hubungan suami pemarah dengan tingkat depresi istri. Para peneliti mengamati interaksi kegiatan kehidupan 416 pasangan suami istri melalui sebuah video berdurasi 20 menit.
Menurut Christine Proulx, seorang peneliti dari University of Missouri, studi itu menunjukkan permusuhan suami berkaitan langsung dengan kenaikan gejala depresi istri. Semakin besar sikap permusuhan dan perilaku antisosial yang ditunjukkan suami akan membuat istri merasa lebih tertekan dalam rentang waktu tiga tahun. Hal ini menandakan, pengaruh kemarahan suami sangat buruk dan negatif bagi istri. Apalagi ketika kemarahan itu bercorak permanen dan terjadi dalam waktu yang panjang.
Sebaliknya, ternyata tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara kemarahan istri dengan tingkat depresi suami, kecuali ketika tengah ada peristiwa besar pada waktu itu, seperti kematian dalam keluarga atau kehilangan pekerjaan. Menurut Prolux, perempuan tampak lebih rentan dibanding laki-laki ketika ada permusuhan dalam perkawinan. Bisa jadi hal ini terkait pula dengan cara suami dan istri yang sangat berbeda dalam mengapresiasi dan menyikapi kemarahan pasangan.
Jadilah Suami yang Lembut dan Penuh Pengertian
Setelah memahami betapa besar dampak negatif dari sikap marah suami terhadap istri, hendaklah para suami tidak membentak istri. Ya benar, jangan pernah membentak istri. Walaupun ada sikap istri yang tidak disukai suami, atau bahkan ada kekurangan dan kesalahan istri, sampaikan serta bicarakan semua dengan cara yang baik-baik. Nasihati istri dengan ungkapan yang halus dan lembut serta penuh kasih sayang. Ingat, perempuan adalah makhluk yang sangat halus hatinya. Sangat peka perasaannya.
Sekali saja Anda membentak istri, itu akan menorehkan puluhan luka. Bukan satu luka. Tapi puluhan luka di hatinya. Istri Anda akan merasa terhina, dilecehkan, disepelekan, dibenci dan dijauhi. Ia akan sakit hati dan merasa tidak dimengerti. Ia bisa mengalami rasa sedih yang berkepanjangan, membuat dirinya tidak bersemangat dan tidak berseri-seri. Wajahnya mendung, hatinya murung. Dampaknya akan cenderung negatif bagi dirinya dan diri Anda.
Memangnya, apa yang akan didapatkan suami yang suka membentak dan memarahi istri? Apakah semua akan menjadi lebih baik sesuai harapannya? Tentu tidak. Kemarahan tidak mengubah apa pun, tidak memperbaiki apa pun. Demikian pula bentakan, tidak akan mengubah dan memperbaiki apa pun. Nyatanya, yang terjadi justru sebaliknya. Alih-alih mendapatkan perbaikan, yang terjadi justru menimbulkan depresi berkepanjangan.
Jadilah suami yang pemaaf dan penuh pengertian, agar istri nyaman berada di samping Anda. Jika dirinya bahagia, ia akan bisa memberikan apa yang Anda minta, bahkan lebih dari itu. Bentakan kemarahan menandakan kurangnya pengertian suami terhadap kekurangan dan kelemahan istri. Ingatlah, para suami juga memiliki banyak kekurangan dan kelemahan, maka jangan mudah memarahi istri hanya karena ada sisi yang tidak Anda senangi dari dirinya.
Sebaliknya, walau penelitian tersebut menunjukkan kemarahan istri tidak berdampak terhadap gejala depresi suami, bukan berarti istri boleh membentak dan memarahi suami. Istri yang suka memarahi dan membentak suami adalah istri yang tidak bisa memosisikan diri dan menandakan kelemahannya dalam mengendalikan emosi. Semestinya istri menghormati dan menghargai suami walaupun ada kekurangan dan kelemahan suami, karena memang tidak ada suami sempurna. Jangan pernah membentak suami, bicarakan semuanya dengan baik-baik dan penuh kelembutan kepada suami. <Dimuat di Majalah Hadila Edisi November 2021>
Penulis: Cahyadi Takariawan (Konsultan keluarga Nasional dari Jogja Family Center)
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *