Hadila.co.id — Sepanjang perjalanan menuju tempat kerja, saya bertemu dengan beragam cara orang memperlakukan orang lain.
Ada orang yang mengendari mobil tiba-tiba membuka jendela lalu mengeluarkan kata-kata kasar dan sumpah serapah kepada pengendara motor yang hampir ia serempet, ada wanita yang mengacung-acungkan tangan memaki wanita lain di depan sebuah rumah, ada sekuriti dan office boy yang menyapa ramah para karyawan.
Ternyata masing-masing orang sama-sama punya mulut, tetapi digunakan dengan cara yang berbeda.
Aa Gym mengumpamakan mulut seperti cerek, dia mengeluarkan sesuatu sesuai isinya. Kalau di dalamnya air bersih, yang keluar bersih. Sebaliknya, kalau di dalam kotor, yang keluar pun kotoran. Karenanya, lihatlah yang keluar dari lisan seseorang, maka seperti itulah kualitas orang tersebut.
Hati-Hati dengan Mulut
Oleh sebab itu hati-hati dengan mulut. Bicara memang gampang, tetapi pertimbangkan efek dari yang kita bicarakan. Sebuah survei menunjukkan 80 persen kerenggangan hubungan dengan teman kerja disebabkan oleh kata-kata.
Lisan adalah anugerah Allah yang paling berpotensi menjerumuskan pada kebinasaan, sekaligus menentukan derajat seseorang. Derajat pertama, orang berkualitas, bicaranya selalu bermanfaat dan sarat hikmah, ilmu, solusi, atau zikir.
Kedua, orang biasa, cirinya mudah mengomentari apa pun yang dilihat atau didengar, walau tidak ada manfaatnya. Ketiga, orang rendahan, mudah mencela, mengeluh, dan selalu memandang dari sisi negatif, dan keempat, orang yang dangkal, selalu menceritakan kelebihannya dan ingin terus dihargai.
BACA JUGA: Cara Bijak Menyikapi Kesalahan
Bagaimana jika ada orang yang menghina kita? Atau membicarakan kejelekan kita? Untuk apa kita harus sakit hati bila ada yang menghina, padahal dia sedang memperlihatkan kehinaan diri sendiri. Perkataan hina hanya keluar dari hati yang hina, karena hati yang mulia tak memiliki kata-kata hina.
Karena itu, tenang saja. Tak usah repot sakit hati dan menghinakan diri dengan membalas. Kita tak akan menjadi hina karena dihina.
Bisa jadi, yang terjadi justru sebaliknya. Penghinaan akan jadi jalan kemulian bila kita sikapi dengan mulia. Yakinlah bahwa setiap perkataan akan kembali kepada dirinya sendiri. Mari jaga lisan kita! <>
Oleh: Jumadi Subur
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *