Empat Unsur Cinta agar Hidup Kian Bermakna

Hadila – Salah satu kelebihan manusia dibanding makhluk lainnya adalah perasaan cinta, yang muncul sebagai pemberian dari Allah Ta’ala. Namun tahukah Sahabat, apa saja unsur yang membentuk rasa cinta itu?

Ternyata, cinta bukan unsur tunggal, tetapi tersusun dari berbagai komponen dasar yang saling melengkapi satu dengan yang lainnya. Unsur-unsur dasar cinta menurut Erich Fromm adalah:

Pertama, perhatian (care). Tidaklah Sahabat dikatakan mencinta, jika Sahabat tidak memiliki perhatian terhadap apa yang dicintai. Dalam dimensi Ketuhanan, jika Sahabat cinta kepada Allah, pasti akan memiliki perhatian yang sangat tinggi terhadap-Nya, bukan saja perintah-Nya, tetapi bahkan isyarat-isyarat dari-Nya.

Dalam dimensi kemanusiaan, cinta adalah perhatian aktif pada kehidupan dan pertumbuhan dari apa yang Sahabat cintai. Hal ini terlihat jelas dari perhatian tulus seorang ibu kepada anaknya, atau perhatian penuh terhadap kekasih hati dari dua orang yang saling mencinta.

Jika Sahabat mencintai pasangan hidup, harus ditunjukkan dalam perhatian yang tulus kepadanya. Perhatian terhadap kondisinya, perasaannya, keinginannya, keluarga besarnya, perhatian terhadap aktivitasnya, hobinya, dan lain sebagainya.

Kedua, tanggung jawab (responsibility). Bagaimana Sahabat mengatakan cinta, jika tidak memiliki rasa tanggung jawab? Dalam dimensi Ketuhanan, cinta menuntut seseorang untuk memiliki tanggung jawab pembelaan terhadap Allah. Sahabat tidak rela ketika agamanya dilecehkan dan dinistakan.

Dalam dimensi kemanusiaan, jika Sahabat benar mencintai kekasih hatinya, maka Sahabat sangat bertanggung jawab atas keselamatan dan kebahagiaan dirinya. Tanggung jawab dalam arti sesungguhnya adalah suatu tindakan yang sepenuhnya bersifat sukarela.

Bertanggung jawab berarti siap berkorban demi sesuatu atau orang yang dicintai, secara sepenuhnya sukarela. Jika Sahabat mencintai Indonesia, maka Sahabat rela untuk berkorban dalam menjaga keutuhannya. Jika Sahabat mencintai pasangan hidup, harus  ditunjukkan dalam tanggung jawab yang tulus. Tanggung jawab untuk menafkahinya, melindungi, menjaga, dan membahagiakannya.

Ketiga, rasa hormat (respect). Saat Sahabat memiliki respect maka itulah tanda bahwa Sahabat memiliki rasa cinta. Dalam dimensi Ketuhanan, ini adalah pengagungan. Jika cinta Allah, Sahabat harus mengagungkan Allah.

Dalam dimensi kemanusiaan, respect bukanlah merupakan perasaan takut dan terpaksa. Rasa hormat merupakan kemampuan untuk melihat seseorang sebagaimana adanya, menyadari individualitasnya yang unik. Rasa hormat berarti kepedulian bahwa seseorang tumbuh dan berkembang secara unik, dan mungkin saja berbeda dengan dirinya.

Bagaimana Sahabat mengatakan cinta, tetapi selalu melecehkan, menghina, dan mengejek orang yang Sahabat cintai? Anda bahkan tidak memiliki rasa hormat sama sekali. Itu artinya Anda tidak cinta. Jika Sahabat mencintai pasangan hidup, harus Anda tunjukkan dalam sikap menghormati, menghargai, memuliakan, juga mengagumi. Jika mencintai pasangan hidup, Anda tidak akan menghina, melecehkan, merendahkan, menistakan, dan mengejeknya.

Keempat, pengetahuan (knowledge). Cinta itu “ilmiah”, ada unsur ilmu dan pengetahuan yang menyertainya. Dalam dimensi Ketuhanan, keimanan kepada Allah harus berlandaskan ilmu yang benar, maka “fa’lam annahu laa ilaha illallah”. Fa’lam adalah perintah untuk mengilmui.

Dalam dimensi kemanusiaan, cinta pun harus dibangun dengan ilmu, tidak boleh membabi buta. Mengetahui koridor, batasan, dan pedoman mencintai. Mengetahui sesuatu yang dicintai. Mengenali orang yang dicintai, bahwa dirinya memang layak dicintai.

Jika Sahabat mencintai pasangan hidup, Anda harus mengenalinya dengan baik. Mengenali kepribadian, karakter, kondisinya, termasuk mengenali perubahan dalam dirinya.

Keempat unsur cinta, perhatian, tanggung jawab, rasa hormat, dan pengetahuan, mempunyai keterkaitan satu sama lain. Semuanya merupakan sindrom sikap yang terdapat dalam pribadi yang dewasa, yaitu dalam pribadi yang mengembangkan potensi dirinya secara produktif. <Dimuat di edisi cetak Majalah Hadila> 

Penulis: Cahyadi Takariawan (Penulis, Konsultan Keluarga Nasional)

Berita Lainnya

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos