Hadila – Asalamualaikum, Ustazah. Bagaimana cara mendidik anak supaya memiliki sifat pemberani, tidak mudah diremehkan, tetapi juga tidak menyakiti orang lain. Saya punya anak perempuan usia TK. Di sekolah, dia selalu jadi korban bully oleh teman-temannya. Anak saya tidak mau melawan, meskipun disakiti. Misalnya saat makan bekal, makanan anak saya direbut temannya, dia tidak melawan. Memang di dalam kelas itu ada sekelompok anak perempuan lain yang sudah kayak membentuk geng gitu, meskipun masih TK. Mereka sering mengganggu anak saya. Gurunya sudah sering mengingatkan, tapi masih diulangi lagi. Mohon solusinya, Ustazah, bagaimana supaya anak saya jadi lebih berani melawan saat disakiti. Terima kasih.
Konsultan: Sinta Yudisia Wisudanti, M.Psi., Psikolog (Penulis, Pengamat Dunia Anak)
Wa’alaikumsalam Wr. Wb. Kasus bullying atau perundungan memang bukan kejadian sepele. Sering kali pihak orang tua dan sekolah terlambat menyadari, bahkan terlambat mengambil tindakan terhadap situasi bullying. Baik pelaku maupun korban, harus sama-sama mendapatkan pendampingan.
Bully ibarat rantai setan, siapa yang mendahului atau siapa yang diajari, sama-sama membingungkan. Pelaku terkadang merupakan korban bully berkepanjangan dan ia ganti menindas orang lain. Sementara korban juga mengalami penderitaan fisik dan psikis yang tidak ringan.
Rekam Bukti Perundungan
Pertama, catat atau bahkan rekam beragam kejadian yang dapat menjadi bukti perundungan. Kenapa? Sebab dengan adanya data dan fakta, orang tua dapat lebih bijak mengambil keputusan. Ketika melaporkan ke sekolah dan memberi tahu orang tua pelaku, tidak terkesan mengada-ada dan hanya sekadar melindungi ananda. Tanggal, tempat, kronologi kejadian perlu dicatat. Kalau ada bekas luka juga perlu didokumentasikan.
Kedua, rasionalitas harus didahulukan meski sebagai orang tua pasti merasa emosi ketika ananda menjadi korban. Jangan mengambil jalan pintas seperti melabrak pelaku atau pihak sekolah. Segera pertimbangkan langkah-langkah penting apa saja yang harus diambil.
Ketiga, diskusikan dengan intens kepada pihak sekolah. Kita perlu menyadari bahwa sekolah memiliki banyak urusan. Laporan dari satu pihak boleh jadi terabaikan, bukan karena sekolah tidak ingin menyelesaikan. Namun, beban yang bertumpuk dapat menjadikan laporan kita tidak segera direspons. Teruslah mengontak wali kelas atau guru yang dapat memberi solusi. Bila pertemuan di sekolah tidak memungkinkan, mintalah izin kepada guru tersebut untuk bertemu di luar jam sekolah.
Menjelaskan kronologi kejadian bullying butuh waktu panjang. Perlu dipilih waktu yang tepat dan cepat untuk menyelesaikan segera.
Keempat, ajak ananda untuk terus berkomunikasi.Tanyakan pelan-pelan bagaimana urutan kejadian, hingga bullying tersebut terjadi. Pastikan ananda tidak dalam kondisi tertekan ketika menceritakan itu semua, dan orang tua terkesan memaksa untuk bercerita hal yang tak menyenangkan.
Setelah mendapatkan cerita lengkap dari ananda, galilah emosinya. Apakah ia marah? Sedih? Kecewa? Sakit hati? Bantu ananda untuk dapat mendefiniskan pikiran dan perasaannya. Bantu ia menyampaikan emosi-emosinya. Peluklah bila ia sangat sedih dan marah.
Ajarkan Anak Berani Berpendapat
Kelima, ajarkan ananda untuk berani berpendapat. Kemampuan ananda untuk bertahan, berkata-kata, membela diri; semua berawal dari rumah. Ketika ia diberi ruang untuk mengekspresikan diri, termasuk emosi positif dan negatifnya, ananda akan belajar berani menunjukan dirinya di muka umum. Kalau ia suka akan bilang suka, sebaliknya juga demikian.
Sering kali, anak korban bullying adalah anak-anak yang di rumah merasa tertekan atau sebaliknya, anak yang terlalu dimanja dilindungi. Ia selalu takut untuk mengambil tindakan. Takut jika berbeda pendapat. Takut bila tak punya teman. Takut jika diejek. Takut jika disakiti. Mengajarkan anak untuk sedikit demi sedikit mengemukakan pendapat, akan membuat dirinya kuat ketika harus berbenturan dengan orang lain.
Keenam, ajarkan ananda untuk dapat menolong dan mempertahankan diri sendiri. Apa yang akan dilakukannya bila satu kali dilukai? Tiga kali disakiti? Tujuh kali diganggu? Orang tua perlu mengajarkan ananda cara bertahan. Misal, melindungi tubuh dengan tas bila dipukul teman. Berlari ke ruang guru ketika teman-teman mengganggu, jika tak mampu melawan sendiri.
Tak mudah memang, tapi layak dicoba. Keputusan memindahkan ananda ke sekolah lain adalah pilihan terakhir. Di sekolah yang baru, bila rasa percaya diri dan kemampuan komunikasi tidak bagus, akan terulang kejadian yang sama. <Pernah dimuat di Majalah Hadila Edisi Agustus 2022>
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *