Hadila.co.id — Ayat Al-Qur’an yang mencela dunia sangatlah banyak, bahkan sebagian besar mencakup pencelaan terhadap dunia, memalingkan manusia dari dunia, mengajak mereka menuju kehidupan akhirat.
Allah Swt menyifatkan dunia dengan firman-Nya, “…Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.” [Q.S. Al-Mukmin: 39]
Rasulullah pun menggambarkan dunia dalam salah satu sabdanya, “Aku sama sekali (tidak memiliki keakraban) dengan dunia, perumpamaanku dengan dunia adalah bagaikan seseorang yang ada di dalam perjalanan, dia beristirahat di bawah sebuah pohon rindang, lalu dia pergi dan meninggalkannya.” [H.R. Ahmad, at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan al-Hakim disahihkan Syaikh al-Albani]
Karena banyaknya kesibukan dunia dan pekerjaan di dalam kehidupan ini, Rasulullah memberikan perhatian khusus kepada umatnya untuk mempersiapkan sebuah hari perjalanan dan berbekal diri untuk kehidupan akhirat.
BACA JUGA: Perhatian Allah dalam Kondisi Genting
Siapa yang dirinya bergantung pada dunia yang fana dan berjalan dengan terengah-engah di belakang materi dunia, maka semua itu akan memalingkan dirinya dari ketaatan, ibadah, dan dari melaksanakan kewajiban tepat pada waktunya.
Sedangkan mengumpulkan kekayaan dunia secara halal dengan menggunakannya di jalan yang halal adalah sebuah ibadah dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah. Adapun jika mendapatkannya dengan cara yang haram atau menggunakannya di jalan yang haram, maka hal itu merupakan sebuah bekal yang menjerumuskan pelakunya ke dalam api neraka.
Manusia Tak Boleh Lalai
Dunia adalah materi yang nampak di hadapan manusia, di dalamnya ada sebuah karunia. Yaitu bumi beserta isinya, karena bumi adalah tempat tinggal bagi manusia. Sedangkan apa yang ada padanya berupa pakaian, makanan, minuman beserta kebutuhan biologis.
Semuanya hanya merupakan makanan badan orang yang sedang berjalan menuju Allah. Manusia tidak akan menetap di dunia kecuali dengan semua ini. Sebagaimana unta yang tidak akan bisa melakukan perjalanan menuju haji kecuali dengan dipenuhi berbagai macam kebutuhannya.
Maka siapa yang mengambilnya sebatas yang dianjurkan, berarti dia akan terpuji. Dan siapa yang mengambilnya melebihi batas kebutuhan, maka kejelekan akan menghampirinya, kemudian dia menjadi tercela.
Manusia sama sekali tidak boleh lalai dalam memenuhi kebutuhannya—karena unta tidak akan sanggup melakukan perjalanan kecuali jika semua kebutuhannya telah terpenuhi.
Tidak diragukan bahwa orang yang menggunakan dunianya untuk ketaatan adalah sebuah kebaikan yang sangat agung, dia bersedekah dan berinfak dengannya, dia pun ikut serta di dalam menebarkan ilmu dan membangun masjid dengannya.
Menyiapkan Kehidupan Akhirat
Ini adalah sebuah karunia yang sangat besar dari Allah, yaitu bahwasanya Dia mengarahkan harta tersebut untuk menggunakannya pada hal-hal yang bermanfaat baginya di kehidupan yang sesungguhnya kelak, akhirat.
BACA JUGA: Konsekuensi Ujian Allah Swt
Dunia terkadang datang dan pergi, dari kecukupan kepada kekurangan, dari senang kepada tidak senang (sempit), dia tidak akan terus-menerus dan tidak tetap dalam satu keadaan. Inilah ketetapan Allah kepada makhluk-Nya, sebenarnya manusia berlari di belakang fatamorgana, bertahun-tahun dan berhari-hari, lalu dia akan mati.
Maka barang siapa yang merenungi akibat dari kehidupan dunia, niscaya dia akan berhati-hati mengarunginya. Dan siapa saja yang meyakini panjangnya perjalanan (akhirat), maka dia akan mempersiapkan bekal untuk perjalanan tersebut. <Dari Berbagai Sumber>
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *