Hadila.co.id – Tetap produktif, tetap beraktifitas, tetap bekerja di usia pensiun itu bukan hanya soal materi. Melainkan lebih pada passion, yang membuat hidup lebih ‘hidup’. Yang membuat jiwa ‘kaya’ dan bahagia. Demikian yang dapat disimpulkan Hadila saat berbincang dengan Hj. Siti Arina Mariyam (70th), pensiunan PNS, yang masih aktif sebagai Bidan Klinik Ibu & Anak Solopeduli. Berikut obrolan kami.
Selepas pendidikan, saya ditugaskan ke Rumah Sakit di berbagai wilayah. Dari Jogjakarta, Bandung, sampai kemudian memutuskan tinggal di Solo sembari menemani Ibu. Karena merupakan perawat generasi awal yang dididik kebidanan, saya kemudian diamanahi juga untuk membimbing calon bidan diantara tugas rutin harian.
Tak Perlu Takut Pasca Pensiun, dalam Islam Tak Ada Pensiun
Sewaktu menjadi PNS, saya ditugaskan di Puskesmas Purwodiningratan. Karena suka beraktivitas kemasyarakatan saya sering dikirim (turba) ke wilayah bencana, penyuluhan di daerah, ditunjuk sebagai tim pemberantasan penyakit menular seksual, dll. Juga aktif di organisasi keprofesian salah satunya Ikatan Bidan Indonesia (IBI). Organisasi kemasyarakatan salah satunya pokja IV PKK.
Waktu itu saya menempati rumah dinas puskesmas, dan harus tetap melayani pasien darurat diluar jam buka puskesmas. Hingga setelah tinggal di rumah pribadi, melayani pasien sebagai Bidan Praktik Mandiri (BPM) di luar jam dinas. Saat itu (1980) saya juga diajak untuk merintis dan mengelola Rumah Bersalin (RB) Purwodiningratan (sekarang Klinik dr. Johan)
Tetap Produktif Pasca Pensiun, Tetap Berpenghasilan dan Terhindar dari Barbagai Penyakit
Intinya, karena diri sudah ‘terpanggil’, saya terbiasa memaksimalkan potensi dan skill profesi saya. Hingga sampai setelah menikah pun saya berusaha mengatur rumah sebaik mungkin agar bisa tetap aktif dan produktif. Alhamdulillah, rumah ‘tertata’ dengan baik, aktivitas diluar rumah pun berjalan lancar. Suami pun mendukung.
Saya pensiun di tahun 2000. Selain sebagi BPM dirumah saya juga masih bertugas di RB Purwodiningratan hingga genap 30 tahun masa kerja. Tahun 2009 saya memutuskan mengundurkan diri dari RB tersebut.
Selanjutnya saya bergabung di Rumah Bersalin Gratis SOLOPEDULI (sekarang Klinik Ibu dan Anak SOLOPEDULI). Berawal dari informasi di koran, saya sampaikan keinginan bergabung di yayasan sosial tersebut. Saya sampaikan bahwa saya tidak lagi muda, namun ingin berkontribusi. Akhirnya saya di Klinik sampai saat ini. Dirumah saya juga masih melayani pasien, cuma hanya layanan periksa. Kalau untuk partus saya bawa pasien ke klinik.
Tetap Produktif Saat Pensiun itu, Bagian Dari Doa
Aktivitas lain masih saya ikuti, di IBI meski tidak seaktif dulu. Ditambah aktivitas di organisasi keislaman. Salah satunya di Aisiyah. Masih tidak jauh dari keprofesian, yaitu di unit Bina Kesehatan (Binkes). Dimasyarakat saya ditunjuk sebagai pembina posyandu lansia.
Saya tidak bisa diam sepanjang masih ada kontribusi yang bisa saya berikan, sesuai kemampuan saya. Meski sudah pensiun saya merasa masih mampu. Meski tidak sekuat sewaktu masih muda, masih ada hal-hal yang bisa saya maksimalkan. Aktivitas dan produktivitas ini adalah bagian dari doa saya kepada Allah, agar senantiasa diberikan kesehatan. Alhamdulillah, sampai saat ini masih bisa kemana-mana, masih bisa bantu-bantu usaha suami, ikut acara-acara kantor, dll.
Prinsip saya dengan tetap produktif, pasti akan mendapatkan sesuatu. Ibarat pepatah Jawa tuno santak bathi sanak. Minimal keuntungan mendapatkan sanak (saudara). Karena kita bergerak, bertemu banyak orang. Bukankah sebagian rezeki kita datangnya dari pertemuan dengan orang lain? Dari silaturahmi? Contoh ringannya saja. Saya pernah kebanan dijalan, tahu-tahu dibantu orang yang dengan tulus tak mau saya beri imbalan. Katanya, istri nya dulu pasien saya.
Ibu Rumah Tangga atau Ibu Bekerja, Semua Pilihan Ada Konsekuensinya
Bukan sekadar materi bisa kita dapatkan dari tetap produktif meski berada di usia pensiun. Sesuatu yang lebih dari itu, lebih besar nilainya, lebih membahagiakan bisa kita peroleh. Materi ibarat ‘bonus’nya, yang bisa kita gunakan untuk kebaikan yang lain lagi.
Pensiun itu seharusnya tidak perlu membuat galau. Tidak juga menjadi hal yang bisa menghentikan kita meraih kebahagiaan ataupun mencapai kedamaian dan kesejahteraan di rumah. Sepanjang masih bisa produktif, lakukan. Sepanjang masih bisa memberikan kontribusi kepada masyarakat, berikan. Siapa yang memberi maka akan juga menerima. <Hj. Siti Arina Mariyam – Bidan Klinik Ibu dan Anak SOLOPEDULI>