Hadila.co.id — Kegagalan itu bukan untuk diratapi, tetapi dihadapi. Sahabat, mari kita bicara soal cara menghadapi kegagalan. Pernahkah Sahabat merasa gagal dalam kehidupan ini? Saya yakin semua orang pasti pernah mengalaminya. Entah itu gagal dalam skala besar, atau pun dalam skala kecil.
Dalam kehidupan, pasti ada saat-saat di mana kita merasa semua rencana yang telah disusun dengan sangat matang, ternyata tidak berjalan sesuai dengan yang kita harapkan. Ya, jangan risau, semua orang mengalaminya. Bukan Sahabat saja.
Saat remaja, nilai ulangan yang jelek atau gagal masuk ke sekolah-sekolah favorit barangkali membuat kita merasa menjadi orang paling gagal sedunia. Pun saat kita memasuki usia dewasa. Ketika hendak mencari pekerjaan, begitu sulit untuk mendapatkannya. Atau saat beragam keinginan-keinginan kita yang lain, tak bisa terpenuhi sesuai yang kita harapkan. Mendapati ketidakberhasilan seperti itu, respons dari kebanyakan kita tentu berbeda-beda. Ada yang marah-marah atau bahkan menangis hebat.
Padahal sesungguhnya respons-respons tersebut sama sekali tak akan memperbaiki keadaan. Itu bukan termasuk cara terbaik untuk menghadapi kegagalan. Barangkali, kita akan merasa tenang dalam waktu singkat setelah mengekspresikan perasaan tersebut, tetapi itu tak akan memperbaiki kegagalan yang telah terjadi.
Kegagalan Bukan untuk Diratapi
Seiring dengan berjalannya waktu, kebanyakan dari kita akan mengalami metamorfosis pemikiran terhadap apa yang disebut gagal. Kegagalan bukan untuk diratapi, tetapi untuk diterima, ikhlas. Toh, Allah pasti masih memberikan keberhasilan-keberhasilan dalam berbagai sisi lain kepada kita.
Namun, apakah Sahabat pernah merasa aneh jika kita “seolah” ikhlas dan bersyukur dengan kegagalan yang ada? Mengikhlaskan sesuatu yang menjadi keinginan kita memang bukan perkara mudah. Jika kita ikhlas begitu saja, lalu mengingat dan mensyukuri keberhasilan-keberhasilan lain yang kita terima—dengan kata lain menerima apa pun yang terjadi pada diri kita, tanpa berusaha lebih baik lagi.
Hal ini pada kenyataannya justru hanya membuat hidup menjadi stagnan. Ini sama saja dengan mengambil pilihan hidup dalam zona nyaman, tanpa mau berusaha mencari tahu hal-hal yang menyebabkan timbulnya suatu kegagalan.
Menghadapi Kegagalan dengan Mencari Akar Permasalahan
Pada akhirnya, menanggapi sebuah kegagalan tidak hanya cukup menerimanya dengan ikhlas begitu saja. Ya, setiap mengalami kegagalan, kita memang harus ikhlas. Namun, tak bisa berhenti sampai di situ saja. Ada hal-hal yang harus ditelusuri jauh lebih lanjut. Apa masalah kita, hingga kita tak mampu mencapai titik keberhasilan?
Satu poin penting di sini adalah, bahwa setiap kegagalan tentu memiliki akar permasalahan. Sudah menjadi sebuah kemustahilan bagi seseorang yang telah mempersiapkan sesuatu hal dengan sempurna, tetapi pada akhirnya akan menemui kegagalan. Pasti ada yang salah. Pasti ada cacat.
Menyadari akar permasalahan jauh lebih bermanfaat ketimbang kita meratapi kegagalan itu sendiri. Orang-orang yang berhasil di luar sana, sebagian besar pasti pernah mengalami kegagalan dalam hidupnya. Namun mereka senantiasa berjuang, mencari titik pangkal yang menyebabkan kegagalan tersebut. Hingga pada akhirnya, mereka mengkaji ulang, dan mencobanya kembali.
Try try try… Coba, coba, dan coba lagi. Tidak akan ada yang sia-sia. Setiap perjuangan pasti memberikan hasil yang setara dengan proses usaha yang dilakukan. Tentu kita masih sangat lekat dengan pepatah klasik, bahwa kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda. Ya, itu memang nyata.
Setiap usaha yang kita lakukan, sudah pasti akan memberikan hasil akhir. Entah itu kegagalan atau keberhasilan. Jika itu kegagalan, berarti kita harus mencobanya kembali. Tentu dengan persiapan yang jauh lebih matang, dengan amunisi-amunisi yang jauh lebih kuat, sebab kegagalan setidaknya telah memberikan kepada kita sebuah pelajaran berharga untuk lebih memperbaiki diri, memperbaiki proses, memperbaiki konsep, memperbaiki segala hal yang masih tampak cacat.
Sejatinya, kegagalan adalah kunci untuk menuju kesuksesan. Dalam kegagalan, kita hanya perlu berdamai dengannya; ikhlas menerima, menemukan sebab, lantas senantiasa memperbaiki dengan penuh harapan. Seperti inilah cara terbaik menghadapi kegagalan. Ingat, Allah berfirman dalam Alquran Surah Asy-Syarh ayat 5, “Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” <Dari Berbagai Sumber>