“Apabila salah seorang di antara kamu berangan-angan, maka hendaklah dia memperbanyaknya karena sesungguhnya dia sedang memohon kepada Tuhannya.” [H.R. Thabrani dari Aisyah Ra]
Hadis ini disebutkan Imam As-Suyuti dalam Al-Jami’ Ash-Shaghir (532) dan disahihkan Syaikh Nashiruddin Al-Albani dalam Shahihul Jami’ (437).
Angan-angan (mimpi) memiliki kekuatan yang besar bagi kehidupan seorang Muslim. Karenanya, dalam hadis ini Rasul Saw memerintahkan kepada kita agar memiliki mimpi yang besar, yang akan memandu dan mengarahkan kita dalam menjalani kehidupan menuju apa yang kita impikan, yaitu kebahagiaan di dunia dan keselamatan di akhirat. Tentu saja mimpi ini harus disandarkan kepada Allah sebagai sebuah doa yang kita panjatkan dan kita harapkan pengabulannya kepada-Nya. Jika mimpi adalah sebuah doa, maka kita harus membangun mimpi yangbaik sesuai syariat
Angan-angan yang Diperbolehkan
Suatu angan-angan (mimpi) diperbolehkan apabila memenuhi beberapa syarat berikut.
Satu, tidak mengangan-angankan sesuatu yang haram. Karena mengangan-angankan sesuatu yang haram adalah kemaksiatan hati yang termasuk perbuatan dosa.
Dua, tidak melalaikannya dari akhirat. Karena angan-angan yang membuat seorang Muslim lalai dari urusan akhiratnya; menunda amal kebaikan dan berlarut-larut dalam dosa, termasuk thuhul ‘amal (panjang angan-angan) yang diharamkan dan membinasakan.
Tiga, bukan sesuatu yang mustahil diwujudkan, baik menurut syariat maupun menurut akal dan sunnatullah.
Empat, bersungguh-sungguh untuk merealisasikannya. IbnuQayyim berkata, “Seseorang yang mengharapkan sesuatu, pasti pada dirinya terdapat kecintaan terhadap apa yang diharapkannya, takut kehilangan apa yang diharapkannya, berusaha meraihnya dengan semaksimal kemampuan.” Harapan tanpa ketiganya, termasuk angan-angan kosong.
Angan-angan yang diperbolehkan, memiliki fungsi-fungsi yang sangat penting, di antaranya:
Satu, penunjuk arah tujuan. Mimpi akan menjadi peta bagi seorang Muslim dalam mengarungi kehidupandunia, sehingga lebih cepat dan terarah dalam merealisasikan hal-hal yang akan mendatangkan kemaslahatan baginya.
Dua, memberikan kekuatan. Mimpi akan memberikan kekuatan yang luar biasa bagi pemiliknya, sehingga dia mampu merealisasikan apa-apa yang sulit diwujudkan oleh orang-orang yang tidak pernah bermimpi.
Tiga, menentukan prioritas. Seseorang yang telah menetapkan mimpi, tidak mudah tergoda untuk melakukan hal-hal yang menurutnya tidak mendukung perealisasian mimpinya. Dia akan memiliki prioritas yang jelas dalam menata agenda kegiatan dan melakukan berbagai aktivitas, demi merealisasikan mimpinya.
Empat, menambah nilai pekerjaan. Cita-cita dan mimpi seseorang akan memberikan nilai tambah pada setiap pekerjaan yang dilakukannya. Karena sekecilapa pun pekerjaan yang dilakukan, akan menjadi batu-bata bagi bangunan mimpinya.
Lima, memprediksi masa depan. Dengan memiliki mimpi seseorang dapatmenggambarkan masa depannya. Hal itu karena Allah akan menakdirkan apa yang menjadi harapan hamba-Nya. Seseorang akan menjadi apa yang diimpikannya.
Memperbesar Angan-angan
Seorang Muslim hendaknya memiliki mimpi yang besar dan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mewujudkannya. Karena mimpi adalah doa dan permohonan kepada Allah, sedangkan Allah Maha Kaya. Sudah sepatutnya apabila kita tidak memohon kepadanya kecuali sesuatu yang sangat besar dan berarti bagi kita. Hal itu sebagai suatu adab dan etika untuk mengagungkan dan memuliakan-Nya.
Semakin besar impian seseorang, maka dia akan semakin bersungguh-sungguh dalam mewujudkannya, menjauhkan diri dari hal-hal yang kecil dan sia-sia, serta menyibukkan diri dengan hal-hal yang besar dan bermanfaat. Mimpi yang besar akan lebih menantang, memacu rasa penasaran dan adrenalin untuk mencoba.
Mewujudkan Angan-angan
Seseorang yang memiliki mimpi yang tinggi tidak cukup mengangan-angan dalam hati. Dia harus menuliskan setiapnya dan menaruhnya di dinding, di atas meja, atau di halaman depan agendanya, seseorang akan dapat melihatnya setiap waktu untuk memperteguh dan mengingatkannya pada mimpinya.
Disamping menuliskannya, dia harus mengikrarkan mimpi tersebut agar semangat dan tekadnya semakin bergelora, karena antara hati dan lisan memiliki hubungan yang sangat erat. Sedangkan tekad dan semangat merupakan amalan hati yang dapat dikukuhkan dengan ikrar secara lisan.
Selanjutnya, mimpi hendaklah di-setting positif, sehingga memberikan dorongan yang kuat dan arah yang jelas untuk mewujudkan cita-cita tersebut. Mimpi juga harus spesifik, agar lebih fokus, terarah, dan mudah untuk direalisasikan. Apabila dia telah berhasil mewujudkan satu impian, dia dapat membangun mimpi yang lainnya.
Mimpi juga harus memiliki alasan kuat, agar kesiapan dan kelayakan diri untuk meraih mimpi tergambar jelas sehingga jelas pula memperteguh semangatnya dalam merealisasikan.
[Penulis: Fakhruddin Nursyam, Lc. Penulis buku Trilogi Arbain: Tarbawiyah, Da’awiyah, danRuhiyah. Dimuat di Majalah Hadila Edisi November 2016]