Hadila.co.id – Perlahan matahari semakin rendah. Sinar semakin memerah. Waktu Asar sudah bergeser beberapa saat yang lalu. Pertanda Maghrib akan menggantikan posisi Asar. Kita semua dianjurkan dan pasti dicontohkan langsung oleh Nabi agar membaca dzikir-dzikir sore. Agar siang kita akhiri dengan kalimat-kalimat thayyibah. Dan agar malam hari kita masuki gulitanya dengan dzikir dan doa perlindungan.
Di antara hadits yang menyampaikan hal tersebut adalah, dari Abdullah bin Mas’ud berkata: Rasulullah jika memasuki waktu sore beliau membaca, “Kami masuki sore dan kerajaan milik Allah. Segala puji bagi Allah. Tiada Ilah kecuali Allah, Maha Tunggal, tiada sekutu bagi Nya.” [HR. Muslim].
Dalam Kitab Al Wabil Ash Shayyib, Ibnu Qoyyim menjelaskan kata Shobah (pagi) dan Masa’ (sore) yang diperintahkan untuk berdzikir, “Yaitu antara Subuh sampai matahari terbit dan antara Asar sampai terbenamnya matahari. Allah berfirman: ‘Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang’. [Al Ahzab: 41-42]. Kata Ashila, Al Jauhari berkata: Yaitu waktu yang ada antara Asar sampai Maghrib.”
Jelang Ramadhan, Mari Pahami Puasa Sebagai Salah Satu dari Lima Pilar Agama
Maka Nabi akan menyibukkan diri menutup hari itu dengan berdzikir setelah Salat Asar. Lisan beliau akan basah membaca ayat demi ayat, dzikir demi dzikir dan doa demi doa. Menutup siang. Mengawali malam. Menguatkan keimanan. Mengokohkan tawakkal. Memohon perlindungan. Meminta kesehatan.
Selanjutnya Nabi pergi menemui semua istrinya. Dari Aisyah berkata: Rasulullah Saw suka dengan manisan (kue) dan madu. Jika beliau telah selesai shalat Asar, beliau berkeliling menemui istri-istrinya dan mendekat ke mereka. [HR. Bukhari dan Muslim].
Jelang Ramadhan, Mari Pahami Puasa Sebagai Salah Satu dari Lima Pilar Agama
Satu per satu rumah istri beliau diketuk. Pintu dibuka. Senyum ramah menyambut. Suami tercinta itu hadir. Masuk dengan penampilan terbaik seorang laki-laki. Diciumnya sang istri. Dipeluknya. Kemudian berbincang. Memang tidak terlalu lama pertemuan itu. Kemudian beliau pergi dan mengetuk pintu berikutnya. Begitulah hingga 9 istri itu ditemui satu per satu. Dan beliau berakhir di rumah istri yang mempunyai jatah malam itu. “Dari Aisyah berkata: Tidak ada hari yang dilalui Rasulullah Saw, kecuali beliau berkelling kepada kami semua. Istri demi istri. Beliau mendekat, menyentuh tetapi tidak mencampuri. Hingga beliau berakhir pada istri yang mempunyai jatah malam itu”. [HR. Ahmad].
DR. Abdul Wahhab Ath Thurairy menjelaskan dalam bukunya Al Yaum An Nabawi, “Terkadang mereka berkumpul di rumah istri yang mempunyai jatah malam itu. Di mana waktu Asar tidak cukup untuk beliau mengelilingi semua istrinya, maka mereka pun berkumpul di rumah istri yang mempunyai jatah malam itu. Nabi dan para istri pun berbincang bersama dengan semua drama terindah dalam rumah terindah di dunia itu. Para sahabat terkadang mengirimkan hadiah bagi keluarga Nabi pada saat-saat seperti itu.” Dari Anas berkata: Bahwa Nabi Saw mempunyai 9 istri. Cara beliau membagi harinya adalah beliau tidak mendatangi istri urutan pertama kecuali setelah selesai yang kesembilan. Mereka berkumpul setiap malam di rumah istri yang mempunyai jatah malam.
Menua di Masjid, Hidup Hanyalah Soal Waktu
Perbincangan ringan antara Rasulullah dengan istrinya juga direkam dengan baik oleh hadits. Ini salah satu contoh perbincangan sore itu di rumah Hafshah ra; “Bahwa Jabir bin Abdillah berkata: aku diberitahu oleh Ummu Mubasyir bahwa dia mendengar Nabi Saw berkata saat sedang bersama Hafshah: ‘Insya Allah tidak akan masuk neraka mereka yang ikut baiat di bahwa pohon (Hudaibiyah).’ Hafshah berkata: ‘Tidak begitu ya Rasulullah’. Rasul pun menegurnya. Hafshah membaca ayat: ‘Dan tidak ada seorangpun dari padamu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan’. [Maryam: 71]. Nabi pun menjawab: Allah azza wajalla berfirman ‘Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut’. [Maryam: 72]” [HR. Muslim]
Hukum Mengambil Keuntungan 100 Persen atau Lebih dalam Perdagangan
Nabi menutup harinya dengan berdzikir dan berdoa, doa adalah inti ibadah. Agar selalu berhubungan dengan Allah. Baik saat mengawali siang ataupun mengawali malam. Kemudian, satu per satu rumah istri beliau ketuk. Didatangi dengan sebaik suami yang membawa sebongkah kebahagiaan. Dari senyuman, ciuman, pelukan bahkan hadiah yang terkadang dibawa oleh para sahabat untuk Nabi dan istri-istrinya.
Kemudian perbincangan sepasang suami istri yang disaksikan oleh sore itu begitu bermakna. Bukan saja keakraban dan kemesraan yang terbangun. Perbincangan pun begitu berisi. Membahas ayat, kebaikan, kemuliaan. Begitulah sore yang khusyu’ dan syahdu berpadu dengan cinta dan kemesraan. Untuk menutup hari itu. Menyambut gelapnya malam.
Kemudian merebahkan punggung setelah penat seharian dalam perjuangan dan da’wah. Selimut malam pun hadir. Dengan keridhoan dan kebahagiaan yang merasuki jiwa istri. Sebagai hadiah dari suami terbaik. Shalawat dan salam selalu terkirim untukmu, wahai suami terbaik, ya Rasulullah.
<Sumber: Majalah Hadila Edisi September 2014>