Hadila.co.id — Tidak ada yang tahu kepada siapa dan bagaimana hidayah Allah berupa nikmat iman dan Islam akan diberikan. Inilah yang terjadi pada Diana (25), mantan aktivis remaja Kristen yang resmi menjadi mualaf 8 tahun silam karena menemukan Islam sebagai agama paling bisa diterima oleh logika dan nuraninya.
Ditemui Hadila di kantornya, di sebuah bank syariah terkemuka di Solo, Diana yang pernah sangat menutup diri dengan Islam ini menceritakan kisah perjalannya sebagai mualaf.
Menemukan Kejanggalan
Diana yang awalnya antipati, justru ‘dihadapkan’ pada Islam setelah mamanya menikah dengan lelaki muslim asal Solo. Meski demikian, loyalitas dan keyakinan pada Kristen masih sangat kuat.
“Kelas 6 SD papa meninggal dan setelah aku SMP mama menikah lagi dengan seorang muslim lalu menjadi mualaf. Meski mama mualaf, saat itu aku tak mau ikut-ikutan. Prinsipku agama itu pilihan hati bukan sekadar asal ikut,” tutur Diana.
Kepindahannya ke Solo dan melanjutkan pendidikan SMA, membuatnya bertemu banyak teman muslim. “Banyak teman muslim yang mengubah pandanganku soal Islam. Aku mulai penasaran dan mencari tahu soal Islam agar memiliki dasar yang kuat untuk membenci,” lanjut Diana.
Dalam upayanya, Diana justru dibuat dengan berbagai kejanggalan tentang agamanya (Kristen-Red). Kejanggalan pertama; Islam secara tegas mengakui adanya Isa, sementara Kristen menolak Muhammad Saw.
“Dalam Islam juga ada kisah Isa, yang dalam Kristen disebut Yesus. Ceritanya mirip. Bedanya kalau di Islam Isa sebagai nabi sedangkan jika di Kristen sebagai Tuhan,” ungkap Diana.
Kejanggalan itu mendorongnya mempelajari Islam lebih dalam, “Dalam Alquran aku menemukan bahwa setiap zaman itu ada nabinya, dan setiap umat harus mengikuti nabi terbaru. Kita diminta ikut ajarannya Nuh, Ibrahim, Isa, dan yang terakhir Nabi Muhammad. Nah, mikirku apa pengikut Isa dulu nggak terima dan menolak Muhammad sebagai nabi terakhir, padahal kan jelas tidak disebutkan bahwa Isa adalah nabi terakhir.”
Diana juga menemukan kejanggalan pada Alkitab. Dalam Kristen ada dua kitab; perjanjian lama dan perjanjian baru. Kitab perjanjian lama diturunkan sebelum Isa lahir yang isinya hampir sama dengan Alquran. Sedangkan kitab perjanjian baru diturunkan setelah Isa lahir yang kemudian membuat kitab perjanjian lama sudah tidak berlaku.
Dalam Surah Imamat, Kitab perjanjian lama disebutkan daging babi, bangkai, dan hewan bertaring merupakan makanan haram. Namun dalam Kitab perjanjian baru, semua dibolehkan.
“Kalau mereka mengatakan halal-haram tidak berlaku lagi karena merupakan isi Kitab Perjanjian Lama, lantas kenapa dalam setiap khotbah dan sekolah Minggu mereka masih menggunakan isi kitab perjanjian lama seperti 10 hukum Kitab Taurat dan kisah-kisah nabi terdahulu? Ini kan seolah menunjukan adanya pemilihan ayat dan menggampangkan saja. Sedangkan dalam Islam, dari zaman Nabi Muhammad sampai sekarang isinya jelas dan sama,” ungkap Diana.
Kebenaran itu ‘memaksa’ Diana untuk mengakui bahwa dalil Allah yang menyatakan Alquran dijaga langsung oleh-Nya adalah benar.
Pencarian Kebenaran
Rasa ingin tahu Diana berlanjut. Kali ini, Diana benar-benar ingin menemukan kebenaran, yang mungkin dapat dia temukan dalam Islam. Ada dalil dalam Alquran dan Alkitab perjanjian baru yang menyatakan bahwa pada hari kiamat Isa (Islam)-Yesus (Kristen) akan turun ke bumi.
Dalam Alkitab, Yesus turun ke bumi sebagai Tuhan juru selamat Umat Kristiani. Sedangkan di Islam, Isa turun sebagai nabi untuk menyelamatkan umat Islam dengan melawan Dajjal. Yang membuat Diana ‘tercengang’ adalah bahwa dalam Islam, dijelaskan secara detail bahwa Nabi Isa turun bukan sebagai pembawa risalah baru, melainkan membenarkan risalah Muhammad Saw. Isa akan berkata kepada para ahli kitab (Umat Kristen) tentang kenabiannya. Nabi Isa bahkan mempertanyakan kenapa Umat Kristen menyembahnya, padahal dia bukan tuhan.
Maka pencarian Diana pun berakhir sudah. Islam menyentuh logika dan nuraninya.
Kutemukan Ujungnya
Diana resmi menjadi mualaf saat kelas 3 SMA (2008), “Teman-teman seagamaku dulu pada curiga kalau aku pindah ke Islam, lantas bertanya. Mereka tanya karena aku yang dulu sangat aktif ke gereja, kok jadi jarang datang? Ya kujawab saja aku sibuk dan sering keluar kota,” ungkap Diana yang saat itu belum bisa mengakui keislamannya lantaran masih perlu menyelesaikan ujian nasional agama.
Seusai ujian nasional selesai dan kuliah, Diana terang-terangan mengakui keislamannya. Bahkan langsung memakai jilbab.
“Dari Surah Al-Kafirun, jelas bahwa Islam adalah agama paling toleran. Dan tidak kutemukan pada agamaku dulu, yang selalu membawa misi ‘mengajak ke gereja’ di balik semua kebaikan kepada penganut agama lain. Sekarang aku sangat bersyukur menjadi muslim. Aku resmi mengucapkan kalimat syahadat saat papa tiriku ada di Mekah,” syukur Diana.
Menurut Diana, saat seseorang ingin mencintai sesuatu, seharusnya dia akan mencari tahu lebih tentang sesuatu itu. Perjalanan Diana untuk taat dan mencintai Tuhan, membuatnya ingin mengetahui semua kebenaran tentang Yesus, dan ternyata kebenaran yang dia cari berujung pada Allah Swt.<Rahmawati Eki>
Pada Rubrik Mualaf Majalah Hadila Edisi November 2014, dengan tema “Digital Parenting”
Editor: Ibnu Majah