Hadila.co.id – Hujan yang sangat dinantikan oleh semua warga kerajaan katak pun datang. Bagi mereka, hujan adalah pesta. Mereka akan bercengkerama dan mendendangkan syair-syair syukur dan pujian sepanjang hari kepada Allah, Sang Pemberi hujan.
Dito, sangat senang pada hujan. Namun, menjadi benci saat menyadari bahwa ia tidak bisa bersuara keras seperti yang lain. Ia minder. Saat teman dan saudaranya berdendang, Dito selalu menyelinap mencari tempat yang sepi. Menyendiri. Seperti kali itu, ia terlihat duduk melamun di atas batu.
“Dit, sedang apa?” tanya Ato, karib Dito.
“Eh, tidak apa-apa kok, To. Aku hanya ingin sendiri,” jawab Dito.
Dongeng Anak: Opay, Si Tupai yang Pemurung
“Tadi aku sedang bermain kejar-kejaran bersama Pinto. Tidak sengaja aku melihatmu sendirian. Aku menjadi mengkhawatirkanmu. Kata ayah, kita harus lebih hati-hati. Sebab saat ini bukan saja ular, tapi juga banyak manusia yang mengincar bangsa kita untuk dimangsa.”
“Manusia memangsa kita!?” Dito merinding.
“Ah, lupakan. Tapi kalau boleh tahu, kenapa kamu sekarang lebih suka menyendiri?”
Berat hati Dito menjawab, “Aku minder. Malu. Suaraku tidak sebaik dan selantang mereka.” Lirihnya serak.
Dongeng Anak: Pinokio Si Boneka Kayu Berhidung Panjang
“Dit, suaramu bagus kok,” ucap Ato sambil membisikkan sesuatu ke Dito. Mereka kemudian tampak riang bercanda hingga petang, lalu pulang ke rumah masing-masing setelah menyepakati untuk bertemu esok hari.
Keesokan harinya Ato mengajak Dito ke rumah Bunda Bening, pemilik panti rehabilitasi. Ato pun menceritakan tujuan kedatangannya. Bunda Bening mengajak mereka untuk berkenalan dengan semua katak penghuni panti itu. Di sana mereka melihat beberapa katak seusianya yang sedang bermain dengan gembira. Tenyata mereka semua katak difabel. Ada yang bisu, tuli, buta, gagap, atau anggpota tubuhnya tak lengkap. Bunda Bening juga memperlihatkan banyak piala dan piagam yang telah diraih oleh katak-katak penghuni panti itu dalam berbagai ajang perlombaan.
Dongeng: Tiko, Si Tikus Cerdik
“Dit, mereka saja bisa berprestasi, maka kamu pasti lebih bisa. Dengan bersyukur, kelebihanmu akan muncul. Asah kemampuan itu dengan rajin berlatih. Bunda yakin dibalik suaramu yang katanya tidak lantang tersimpan prestasi besar,” nasihat Bunda Bening.
Dito tertegun. Sejak saat itu, Dito tak lagi minder. Ia yang biasanya selalu bersuara pelan saat berdendang, kini berani keras. Semua kawan dan saudaranya pun senang akan perubahan ini. Mereka jadi tahu kalau ternyata suara Dito sangatlah merdu. Dia pun banyak mendapatkan penghargaan atas kelebihannya tersebut.<Moh. Romadlon>