Hadila.co.id — Usai menggelar acara inti Musyawarah Nasional V Jaringan Sekolah Islam Terpadu Indonesia (Munas V JSIT Indonesia), panitia melanjutkan rangkaian acara Munas dengan menggelar Webinar Parenting Nasional dengan tema, “Menjadi Orang Tua Inspiratif untuk Generasi Emas 2045”, Jumat (24/12). Kegiatan dilaksanakan secara online melalui platform Zoommeting, dan diikuti oleh kurang lebih 800 peserta dari seluruh Indonesia.
Ada tiga pembicara yang berpartisipasi dalam agenda webinar ini. Diawali oleh dr. Piprim Basarah Yanuarsa, Sp.A (K), Ketua Umum PP Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Lalu dilanjutkan oleh Kak Seto Mulyadi, Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI), dan ditutup oleh Arie K. Untung, public figure dan pemerhati anak.
Pentingnya Menjaga Kesehatan Anak
dr. Piprim dalam paparannya banyak membahas soal berbagai penyakit yang kerap menjangkit anak-anak di Indonesia. Bukan hanya penyakit fisik saja, tetapi juga penyakit mental. “Saat ini tercatat ada banyak sekali anak-anak yang memiliki permasalahan dengan kesehatan mental mereka,” ungkapnya.
Berbagai penyakit yang terjadi pada anak tersebut, jelas dr. Piprim, disebabkan oleh banyak sekali hal. Salah satunya adalah akibat terlambatnya diagsosis terhadap kondisi anak.
“Anak itu kan investasi terbaik yang dimiliki orang tua. Jadi punya anak yang saleh-salihah itu nilainya jauh lebih tinggi dibandingkan harta benda yang sudah sirna. Dan perlu kita ketahui bahwa kebutuhan dasar tumbuh kembang anak itu ada 3, yaitu asuh, asih, dan asah. Ketiga kebutuhan dasar ini harus sudah mulai dipenuhi sejak masih di dalam rahim ibu,” paparnya.
Mendidik Anak Jadi Generasi Saleh-Salihah
Ia melanjutkan, dalam mendidik seorang anak agar menjadi generasi yang saleh-salihah, kita sebagai orang tua terlebih dahulu harus menjadi contoh. Maka, kita pun harus menjadi orang tua yang saleh dan salihah. Namun, selain itu, kita juga harus memiliki pengetahuan yang baik dalam tumbuh kembang anak. Salah satunya knowledge dalam permasalahan kesehatan anak.
BACA JUGA: Dahsyatnya Karunia Anak Perempuan
“Sehingga anak-anak akan senantiasa tumbuh secara sehat, sehingga bisa mewujudkan harapan untuk menjadi anak yang saleh-salihah,” ujar dr. Piprim.
Di samping itu, dalam perkembangan zaman, kita juga harus semakin berhati-hati dengan informasi hoaks yang biasanya dikait-kaitkan dengan perkara agama. Sebab, ini sangat berbahaya, apalagi jika berkaitan dengan tumbuh kembang anak. Oleh sebab itu, dr. Piprim menyarankan agar orang tua dapat berkolaborasi dengan berbagai pihak, untuk dapat mengatasi berbagai permasalahan tersebut.
“Masalah gadget juga menjadi keprihatinan kita semua. Anak di bawah 2 tahun sebenarnya dilarang untuk diberikan gadget. Bahkan, para pengusaha salah satu merek gadget, melarang anak-anaknya untuk memakai gadget, sebab dunia anak-anak itu bermain atau berinteraksi dengan buku,” jelas dr. Piprim.
Ia mengungkapkan bahwa ada banyak pasiennya (anak-anak) yang punya masalah kesehatan akibat gadget. Oleh sebab itu, dr. Piprim berpesan agar orang tua benar-benar membatasi akses gadget untuk anak-anak.
BACA JUGA: Jangan Tinggalkan Generasi yang Lemah Secara Finansial
“Nah, kalau anak tantrum kalau tidak diberi gadget bagaimana? Alihkan fokus anak dari gadget, salah satunya bisa dengan mengajak anak melakukan berbagai kegiatan. Bisa sepedaan, bermain, dan sebagainya,” kata dr. Piprim.
Ia juga berpesan kepada para orang tua agar banyak mencari ilmu dari sumber yang kredibel dalam mengawal tumbuh kembang anak. “Jangan mudah terpengaruh isu yang berkaitan dengan kesehatan, karena itu akan sangat berpengaruh dengan kondisi anak-anak kita,” pesannya.
Mendidik Anak ala Kak Seto
Selanjutnya, Kak Seto mengawali paparannya dengan menjelaskan soal empat hak utama yang harus dimiliki anak. Keempat hak tersebut adalah hak hidup, hak tumbuh kembang, hak perlindungan, dan hak didengar suaranya (berpartisipasi).
“Di masa pandemi ini, di mana anak harus melakukan proses belajar secara online, memunculkan berbagai permasalahan,” ungkap Kak Seto.
Hal tersebut terjadi karena berbagai faktor yang saling berkesinambungan. Mulai dari sulitnya belajar online yang diakibatkan oleh susahnya jaringan internet, atau anak harus berbagi kuota dengan orang tua yang work from home, hingga pada akhirnya memunculkan berbagai tekanan antara anak dan orang tua. Dalam sebuah penelitian, ada 13 persen anak di Indonesia yang mengalami depresi akibat konflik yang terjadi dengan orang tua di masa pandemi.
“Dari situ kemudian memunculkan keinginan anak untuk kembali sekolah secara offline. Namun, di masa pandemi, kegiatan sekolah offline atau tatap muka harus benar-benar dipersiapkan secara matang. Di sini, peran serta berbagai pihak sangat diperlukan guna menghadirkan proses pembelajaran secara tatap muka yang sehat,” jelas Kak Seto.
BACA JUGA: Cara Menjaga Anak dari Siksa Api Neraka
Sebagai orang tua, lanjut Kak Seto, sesekali merasa marah kepada anak adalah hal yang wajar. Namun, pelampiasan kemarahan tersebuh harus disalurkan secara tepat. Jangan pernah membentak ataupun memelototi anak ketika sedang marah. Sampaikan marah dengan baik, berikan nasihat-nasihat kepada anak dengan tutur kata yang lembut agar ia tidak melakukan hal-hal yang membuat orang tua marah.
“Setiap anak adalah ibarat aneka warna-warni bunga-bunga indah di taman kita, maka sebagai orang tua kita harus siapkan tanah yang subur dan perawatan yang baik agar ‘bunga-bunga’ ini bisa tumbuh dan merekah menjadi bunga yang semakin indah. Sehingga anak bisa menjadi Generasi Emas 2045,” pungkasnya.
Pengalaman Arie Untung dalam Mendidik Anak
Di sesi ketiga, Arie K. Untung menyampaikan beberapa pengalamannya dalam mendidik anak. Menurutnya, konsep parenting yang disampaikan dalam agama Islam adalah ilmu parenting terbaik dalam mendidik anak.
“Jika kita lihat kisah-kisah terdahulu, banyak pemuda baru berusia belasan tahun sudah menjadi sultan, sudah berjuang untuk Islam. Jadi dasar pendidikan mereka harus kita contoh dan adaptasi dalam mendidik anak-anak kita,” ungkapnya.
Arie juga sedikit menyinggung soal caranya bersama keluarga dalam mendidik anak di masa pandemi. Diakuinya, mendidik anak secara mandiri di masa pandemi ini bisa dibilang cukup sulit. “Anak kadang akan lebih manja karena tahu diajari oleh ayah atau ibu sendiri,” ujarnya.
Namun, imbuh Arie, itu adalah tantangan bagi orang tua. Di sini, orang tua tidak hanya dituntut untuk mengajari, tetapi juga senantiasa mempelajari sesuatu yang baru. “Masa pandemi ini juga membuat kita paham bahwa peran guru sangat luar biasa dalam mendidik anak-anak kita. Kita mendidik satu anak kita saja, terasa sulit. Lalu, para guru bisa mendidik banyak siswa. Itu sangat luar biasa,” ungkap Arie.
BACA JUGA: Mau Pasang Target kepada Anak? Perhatikan 5 Hal Berikut Ini…
Selanjutnya, Arie menceritakan soal perbedaan karakter anak-anaknya. Baginya, perbedaan karakter yang dimiliki oleh anak-anak itu memerlukan penanganan khusus dari orang tua. Orang tua perlu banyak diskusi dengan anak (never ending taaruf) agar kita bisa lebih mengenal anak-anak kita.
“Saya dengan istri juga masih dalam proses belajar dalam mendidik anak. Bagi kami, mendidik anak itu ibarat bercocok tanam, ketika petani menanam benih di tanah yang baik, maka pasti akan tumbuh menjadi bibit yang baik. Bahkan, benih yang ditanam di tanah yang gersang pun kalau diberi perawatan yang baik, juga bisa tumbuh menjadi bibit yang baik,” ungkap Arie.
Artinya, jelas Arie, orang tua itu seperti tanah. Orang tua yang baik, mampu mendidik anak menjadi baik pula. Di samping itu, orang tua yang mau bersinergi dengan berbagai pihak untuk memberikan pendidikan terbaik bagi anak, insya Allah juga bisa menjadikan anak-anak mereka pribadi yang baik. <Ibnu Majah>
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *