Hadila.co.id – Aku besar dalam lingkungan yang baik. Meski demikian, aku jauh dari Allah. Setelah lulus dari pendidikan militer, aku ditugaskan jauh dari kotaku. Tak lagi kudengar suara bacaan Al-Qur’an ayah selepas sholat malam, juga suara ibu yang membangunkanku untuk shalat.
Aku ditugaskan di sebuah jalan tol. Lama kelamaan, hidupku bagai terombang-ambing, banyak waktu luang namun ilmu terbatas. Aku jenuh dan merasa sebatang kara. Sampai suatu hari terjadi peristiwa tak terlupakan.
Waktu itu, aku dengan dengan seorang teman sedang bertugas, dikagetkan oleh suara kecelakaan mobil. Kami segera berlari menuju tempat kejadian. Sungguh tragis. Pengemudi mobil pertama, telah tewas. Sementara dua awak mobil kedua, kritis. Setelah evakuasi, remanku berinisiatif menuntun mereka mengucapkan kalimat syahadat. Tetapi sungguh mengherankan, dari mulut mereka malah meluncur syair-syair lagu.
Muhasabah, dan Cara agar Terus Mengingat Allah
Seumur hidup, belum pernah kusaksikan orang sekarat, dengan kondisi seperti itu. Mereka pun meninggal. Tiba-tiba aku menjadi takut mati. Selang enam bulan dari peristiwa itu, sebuah kejadian mirip terjadi. Seorang lelaki muda turun dari mobilnya di sebuah terowongan menuju kota, untuk mengganti ban yang kempes. Ketika ia berdiri di belakang mobil, tiba-tiba sebuah mobil lain berkecepatan tinggi menabraknya. Lelaki itu terpental, bersimbah darah.
Aku dengan teman jaga, segera menghampirinya. Kami bawa ia menuju rumah sakit. Ketika mengangkatnya ke mobil, kudengar ia menggumamkan sesuatu. Ternyata ia melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an, dengan suara amat lemah. Selama hidup aku tak pernah mendengar suara bacaan Al Quran seindah itu. Tubuhku merinding.
Dalam perjalanan, tiba-tiba suara itu berhenti. Aku menoleh ke belakang. Kusaksikan dia mengacungkan jari telunjuknya lalu bersyahadat, lalu kepalanya terkulai. Aku melompat ke belakang. Dia telah wafat. Tak terasa air mataku menetes.
Menengok Rumah Masa Depan dan Pemutus Kenikmatan
Sesampainya di rumah sakit, jenazah dipersiapkan untuk diantar ke rumah keluarganya. Entah kenapa aku ingin sekali mensalatkan dan mengantarkannya ke kuburan sebagai penghormatan terakhir.
Saat dirumahnya, salah seorang saudaranya mengisahkan bahwa almarhum gemar menghafal Al-Qur’an. Saat kecelakaan ia hendak menjenguk neneknya di desa. Itu rutin ia lakukan sambil menyantuni para tetangga nenek yang dhuafa. Ketika tejadi kecelakaan, mobilnya penuh dengan sembako yang akan dibagi-bagikannya.
Saat itu, seolah hari pertamaku di dunia. Aku benar-benar bertaubat dari kebiasaan burukku. Mudah-mudahan Allah mengampuni dosa-dosaku di masa lalu dan memberiku kesudahan hidup yang baik. <NN, dbs>