Dunia Hanya Episode untuk Persiapkan Kehidupan Setelah Kematian

Dunia Hanya Episode untuk Persiapkan Kehidupan Setelah Kematian
Sumber gambar: google.com

Hadila.co.id — Hidup disebut perjalanan karena memiliki awalan, proses, dan tujuan. Maka, kehidupan kita di dunia ini, tak lain dan tak bukan, hanya untuk mempersiapkan kehidupan abadi kelak, kehidupan setelah kematian.

Sebagai seorang muslim, kita yakin bahwa tidak ada akhir, tidak ada tujuan hidup selain kehidupan di kampung akhirat dalam keridaan Allah Swt.

Sehingga kehidupan dunia hanya episode dari mempersiapkan diri untuk mencapai tujuan.

Bahkan kematian pun sejatinya bukan akhir, melainkan bagian masa atau tempat menuju kehidupan tersebut.

Gerbang Kehidupan Setelah Kematian

Kematian adalah gerbang menuju kehidupan kedua seorang manusia, yaitu kehidupan setelah kematian, kehidupan akhirat yang kekal.

Tidak ada rumah bagi seseorang untuk ditempati setelah kematian, kecuali rumah yang ia bangun sebelum matinya.

Jika ia membangun rumahnya (tatkala masih hidup) dengan amalan kebaikan, maka rumah yang akan ditempatinya setelah mati pun akan baik pula.

Orang cerdas adalah mereka yang dapat menahan hawa nafsunya dan beramal untuk kehidupan setelah kematian” begitu Rasulullah Saw berpesan.

Menjemput Kematian Husnulkhatimah

Agar kita tidak menyesal kemudian, dan bisa menjemput kematian dengan husnulkhatimah, maka ada beberapa hal harus kita lakukan.

Pertama, menjadikan hidup sebagai ibadah.

Kedua, menjadikan hidup sebagai tempat ujian, bersyukur dalam kemudahan dan ketaatan, bersabar dalam kesulitan, bertobat dan beristigfar tatkala terjerumus dalam maksiat.

Ketiga, memperbaiki kualitas amal kita dengan ilmu, ikhlas dan mengikuti ajaran Rasul.

Keempat, fokus terhadap apa yang akan kita bawa atau wariskan (sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat dan anak saleh yang mendoakannya).

Mari penuhi akhir salat-salat kita dengan napas panjang dan istigfar. Bermuhasabah, menengok dengan hati dan pikiran, tentang rumah rumah masa depan kita kelak.

Menyadarkan diri bahwa usia dan kematian menjadi sedemikian dekat, sementara kita belum cukup ‘berdandan’ untuk pertemuan dengan-Nya.

Mencoba memahami, betapa Tuhan telah meninggalkan pesan cinta, sebuah nasihat berharga yaitu kematian orang-orang terdekat.

Lalu tutup dengan permohonan penuh harap akan husnulkhatimah. Semoga Allah memasukkan kita ke dalam hamba-hamba-Nya yang di seru dengan seruan, “Yaa ayyatuhannafsul muthmainnah irji’i ilaa Robbiki rhodhiyatan mardhiyyah fadkhuli fii ‘ibaadi wad khulii jannati.” <>

 

Pernah dimuat Hadila Edisi Juni 2014

Ibnu
EDITOR
PROFILE

Berita Lainnya

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos