SOLO, HADILA – Ketua Pusat Studi Ekonomi Islam Uversitas Sebelas Maret (PSEI UNS) Surakarta, Falikhatun mengatakan Indonesia ini penduduk muslim mencapai 87,5% namun jumlah praktisi keuangan syariah masih minim.
“Hal ini disebabkan masih rendahnya tingkat literasi keuangan syariah di Indonesia,” kata Falikhatun ketika menjadi narasumber seminar nasional keuangan syariah Himpunan Mahasiswa Program (HMP) Pendidikan Akuntansi UNS, Sabtu (14/9/2019).
Keberadaan sosok praktisi keuangan muslim bagi sebuah negeri yang mayoritas muslim ini, menurut Falikhatun, sangat penting. Mengapa? Karena hal itu kata Fali, sapaan akrab doktor akuntansi ini, termasuk untuk memenuhi hajat hidup seorang muslim dalam hal bermuamallah.
Oleh karenanya, lanjut diaa, di Indonesia dengan tingkat literasi keuangan syariah yang baru 8,11% masih perlu ditingkatkan untuk meningkatkan tingkat inklusi keuangan syariah sebanyak 11,06%.
“Siapa yang harus melakukan sosialisasi supaya literasinya tinggi? Ya kita semua punya kewajiban untuk mensyiarkan syariah yang muslim terutama kalau literasi tinggi maka diharapkan inklusinya semakin tinggi,” tambahnya.
Inklusi artinya mereka yang memiliki rekening di bank syariah semakin banyak. Semakin banyak orang yang memiliki rekening bank syariah secara otomatis tingkat inklusi keuangan syariah semakin naik dan tinggi. Hal berikutnya setelah literasi sukses maka perlu segera dilakukan inklusi, ada pengetahuan maka ada aksi.
Langkah teknisnya, lanjut Fali, dari perbankan syariah harus melakukan aksi jemput bola, mendatangi calon nasabah. Namun untuk saat ini dengan sumber daya manusia yang menguasai sistem keuangan syariah terbatas maka belum bisa dilakukan. Tetapi ada pilihan lain seperti pemanfaatan teknologi m-banking misalnya bisa dimanfaatkan.
“Mahasiswa yang ingin bekerja di lembaga akuntansi syariah harus mulai belajar tentang keuangan syariah, SDM masih sangat kurang di tahun 2030 Indonesia butuh banyak lulusan S1 keuangan syariah sehingga kita tidak nomor sepuluh terus syukur-syukur masuk lima besar,” terang Fali.
Pada kesempatan tersebut di hadapan dosen, para guru, mahasiswa calon guru Fali menghimbau agar pengetahuan tentang keuangan syariah mulai diperkenalkan. Misalnya di dalam kurikulum pendidikan akuntansi mulai dimasukkan pengetahuan, mata kuliah pilihan tentang keuangan syariah. Keuangan syariah tidak hanya berbicara tentang komponen perbankan saja namun juga berbicara hal- hal lain seperti asuransi syariah, pasar modal syariah, pegadaian syariah dan segala aspek perekonomian yang mengandung syariah.
“Semua elemen keuangan syariah (di atas -Red) tidak berbicara bunga tapi berbicara bagi hasil dan hal ini perlu diperkenalkan kepada anak didik, mahasiswa tentu guru, dosen dan para pendidik harus selalu meng-upgrade dirinya agar tidak ketinggalan,” jelas Fali. (***)