Guru dan Kendala Pembelajaran Daring | Oleh: Hatif Sulistyawan

Guru dan Kendala Pembelajaran Daring | Oleh: Hatif Sulistyawan

Hadila.co.id — Pemerintah Indonesia secara resmi mengumumkan kasus Covid 19 di Indonesia pada awal Maret 2020, sementara wabah tersebut sudah terdeteksi di Wuhan, Cina sejak akhir tahun 2019.

Pengumuman resmi tersebut mengawali perjalanan bangsa Indonesia mengarungi problem besar yang diakibatkan oleh dampak yang ditimbulkan oleh wabah Covid 19 yang akhirnya telah memengaruhi berbagai aspek kehidupan warga, baik itu aspek ekonomi, aspek religi, aspek sosial, aspek politik, aspek budaya, dan juga berdampak pada bidang pendidikan di Indonesia.

Dampak Covid 19 telah memberikan pengaruh dalam berbagai sektor yang luar biasa, dampak tersebut beruntun, berantai dan saling terkait yang menyebabkan sendi-sendi kehidupan manusia berubah dalam pola normal menjadi tidak normal.

Interaksi antar manusia yang awalnya berjalan wajar dan normal biasa-biasa saja menjadi berjarak, bahkan pada awal awal pandemi lebih khusus lagi ketika terjadi lonjakan kasus Covid, interaksi menjadi sangat berjarak yang disebabkan oleh kebijakan lock down dan karantina, dan semua upaya tersebut tidak lain dalam rangka mencegah penularan dan penyebaran virus corona.

Dalam konteks pendidikan di sekolah/madrasah, maka Covid 19 telah membawa pola pengajaran dari model klasikal tatap muka antara siswa dan guru menjadi model pengajaran online yang berbasis IT atau pembelajaran daring. Guru sebagai pengajar juga mengalami perubahan pola yang sama dengan siswa yang dilakukan melalui mekanisme pembelajaran daring dengan format WFO dan WFH.

Dalam konteks pembelajaran online ini ada yang berubah secara fundamental terkait dengan tidak terlaksananya pembentukan karakter siswa karena siswa yang diajar tidak dalam satu ruang kelas, tidak dalam satu kawasan pendidikan dan tidak pula bertemu dalam pengajaran tatap muka, sehingga guru akan sulit untuk mengawasi, memantau, mengendalikan, memberi contoh, menindak, membimbing, memotivasi secara langsung terhadap siswa yang nantinya akan mampu mengubah karakter anak dari tidak baik menjadi baik, dari tidak tahu menjadi tahu, dan sebagainya.

Dalam aspek finansial timbul pula masalah bagi sebagian besar orang tua atau siswa yang tidak mempunyai HP, yang punya HP pun masih terkendala minimya anggaran untuk membeli kuota, yang punya pulsa bisa saja terkendala dengan letak geografis yang tidak terjangkau oleh sinyal operator seluler.

Selain problem di atas yang kompleks, maka berdasarkan pengalaman kami sebagai guru, kami akan memaparkan kendala-kendala dalam pelaksanaan pembelajaran online dalam berbagai sisi, baik itu sisi kebijakan pemerintah, sisi operator sekolah/madrasah, sisi guru, sisi siswa, sisi orang tua siswa, dan juga sisi media pembelajaran.

Merujuk pada paparan di atas, bahwa Covid 19 telah memberikan dampak luar biasa dalam bidang pendidkan yang telah mengubah secara fundamental model pembelajaran tatap muka menjadi model pembelajaran online yang berbasis IT. Untuk lebih mengetahui kendala yang muncul dari penerapan pembelajaran online, maka kami akan sampaikan beberapa kendala tersebut dalam berbagai perspektif, antara lain:

1. PERSPEKTIF KEBIJAKAN PEMERINTAH

Secara resmi pemerintah telah mengumumkan kasus Covid 19 di Indonesia pada awal Maret 2020 setelah sebelumnya membantah dan berusaha menutupi kasusnya dengan tujuan untuk tidak menimbulkan kepanikan di masyarakat.

Langkah tersebut kemudian disusul dengan berbagai upaya agar wabah tersebut tidak meluas. Sayang, langkah-langkah tersebut tidak dilakukan secara ketat dan menyeluruh karena mungkin tidak membayangkan menjadi sebuah wabah yang sangat panjang dan berdampak luas.

Langkah antisipatif pemerintah dalam menekan penyebaran virus yang setengah hati tersebut berimbas pada kebijakan pemerintah yang berubah-ubah, sehingga berpengaruh juga pada dunia pendidikan, seperti meliburkan siswa sementara, kemudian meliburkan total siswa dalam pembelajaran, dan sampai akhirnya muncul kebijakan untuk pembelajaran online.

Kebijakan pemerintah yang berubah-ubah dalam menangani Covid 19 tersebut tentu juga berdampak pada satuan tingkat pendidikan di masing masing sekolah/madrasah yang selalu menunggu instruksi kebijakan dari pusat, sehingga terkesan lambat dan itu juga akhirnya berpengaruh pula pada pemilihan model dan media pembelajaran online yang digunakan oleh  masing-masing sekolah yang juga berbeda.

2. PERSPEKTIF SEKOLAH/MADRASAH

Sekolah/madrasah dalam hal pelaksanaan pembelajaran online tidak mungkin menerapkan pola yang berbeda dengan kebijakan pemerintah pusat karena wabah Covid 19 merupakan pandemi nasional yang otomatis penanganannya juga terpusat.

Kebijakan pusat ini akhirnya menjadikan sekolah gamang untuk menerapkan pembelajaran tatap muka terbatas, atau tatap muka sistem shift, atau tatap muka bergilir dalam tiap jenjang atau juga model tatap muka home visit dengan protokol ketat.

Kendala tersebut jelas memengaruhi kebijakan sekolah/madrasah dalam melaksanakan pembelajaran sampai akhirnya muncul instruksi untuk pembelajaran online dari pusat, di mana dalam pembelajaran online tersebut siswa tetap belajar atau sekolah, tetapi tidak lagi dalam konsep tatap muka di sekolah melainkan belajar online di rumah, sementara guru tetap mengajar dari sekolah (WFO) dan dari rumah (WFH).

Terjadinya pergeseran model pembelajaran yang baru tersebut tentunya pihak sekolah harus segera beradaptasi dengan kesulitan kesulitan yang muncul terkait dengan kendala kendala yang dihadapi oleh guru, siswa, orang tua, maupun juga masyarakat luas dalam menyikapi wabah Covid 19.

3. PERSPEKTIF GURU

Guru sebagai elemen penting dari proses pembelajaran juga memberikan sumbangan masalah yang terkait dengan kemampuan guru yang tidak merata dalam penggunaan IT. Sebelum adanya pembelajaran online, IT dipergunakan sebagai alat bantu mengajar, tetapi setelah adanya pandemi, maka IT menjadi komponen utama yang penting dalam pembelajaran.

Kemudian problem yang kedua saat itu adalah belum adanya keseragaman dalam penggunaan model dan media pembelajaran online, apakah harus memakai model Google Class Room, atau model E-Learning, atau model Zoom, atau model WA, atau yang lainnya karena masing-masing guru menggunakan kebijakan sendiri-sendiri, yang penting materi tersampaikan.

Masalah lain yang timbul adalah guru tidak bisa membentuk karakter siswa lewat pembelajaran online karena tidak berinteraksi langsung secara riil, sehingga ucapan, tindakan, dan pembiasaan-pembiasaan yang baik tidak bisa dilaksanakan, lebih utamanya lagi guru tidak bisa mengawasi selama proses pembelajaran online berlangsung, artinya guru sangat sulit memantau aktivitas siswa.

4. PERSPEKTIF SISWA

Siswa sebagai objek utama dalam pembelajaran online juga banyak mendapatkan kendala karena kebiasaan siswa yang secara konvensional terbiasa melakukan pembelajaran tatap muka secara klasikal, kemudian berubah drastis harus belajar di rumah yang secara kultural tidak biasa mereka lakukan, apalagi dilakukan secara online.

Problem siswa tersebut berlanjut dari cara pandang siswa yang salah ketika belajar di rumah, mereka mengira dengan belajar di rumah itu berarti libur, tidak ada pembelajaran, padahal hakikatnya mereka tetap sekolah, hanya saja tidak lagi dilakukan di sekolah dengan tatap muka, tapi dilakukan di rumah secara online.

Fakta tersebut terbukti ketika dilaksanakan pembelajaran online justru siswa ada yang di luar rumah, sedang main ke tempat teman atau saudara, sedang bekerja, atau sedang bepergian dan aktivitas lain yang tidak ada kaitannya dengan kegiatan belajar yang sudah dijadwalkan.

Kendala yang juga tidak kalah kompleksnya bagi siswa adalah kemampuan finansial siswa dalam menyediakan anggaran khusus untuk pembelian kuota, belum lagi kendala sinyal yang disebabkan oleh kontur geografis tempat tinggal siswa, sehingga kita temukan banyak kasus mereka harus naik gunung, naik atap, atau pergi ke rumah teman atau tetangga yang punya wifi demi untuk mendapatkan sinyal.

5. PERSPEKTIF ORANG TUA SISWA

Orang tua siswa adalah pihak yang penting dalam proses pembelajaran online karena merekalah pengganti guru sebagai pengawas, pemantau, pengendali aktivitas siswa di rumah, pendorong semangat belajar, dan juga fasilitator segala kebutuhan siswa selama pembelajaran.

Sayang, tidak semua orang tua menyadari peran tersebut karena beberapa alasan dan keterbatasan. Ada yang orang tuanya terdidik dan melek IT, insya Allah bisa meng-handle tugas guru di rumah, apalagi didukung oleh kemampuan finansial yang memadai sekaligus menyadari bahwa pembelajaran online di rumah hakikatnya adalah belajar terjadwal juga seperti di sekolah.

Sebaliknya bagi orang tua yang tidak memilik kesadaran dan kemampuan di atas tentu akan menjadi kendala yang menghambat dalam pembelajaran online, sehingga yang terjadi orang tua tidak tahu kalau anaknya di rumah itu sebenarnya tetap punya kewajiban belajar, akibatnya orang tua lalai memantau siswa dalam kegiatan sehari-hari di rumah, terkait dengan pembelajaran online.

6. PERSPEKTIF MEDIA PEMBELAJARAN

Pada awal masa pandemi Covid 19 siswa diliburkan total sampai batas waktu tertentu, tetapi seiring perkembangannya, ternyata Covid 19 tidak semakin turun fluktuasinya, tapi malah semakin tinggi, angka yang terpapar sekaligus korban yang meninggal, sehingga diputuskan untuk melaksanakan pembelajaran online.

Karena pembelajaran online selalu merujuk pada perkembangan Covid 19 dan kebijakan pusat, maka pihak sekolah awalnya tidak ada keseragaman dalam memilih media pembelajaran berbasis IT, sehingga guru diberikan kebebasan untuk memilihnya, kemudian baru ada instruksi pusat, dalam hal ini Kementerian Agama, untuk menggunakan E-Learning, sementara yang di bawah Kemendiknas menggunakan Google Class Room, dan ada juga yang menggunakan WA atau juga Zoom.

Tentu saja pemilihan media pembelajaran tersebut sangat bergantung pada kemampuan IT masing-masing guru, kemudian siswa, dan juga seberapa jauh partisipasi siswa dengan media yang dipilih guru atau juga media yang lebih mudah untuk bisa diakses siswa.

Pemilihan media ini tentunya juga diharapkan semakin mempermudah komunikasi guru dengan siswa, tetapi faktanya siswa sudah telanjur menikmati longgarnya aktivitas di rumah, sehingga media apa pun yang dipilih guru, tetap saja partisipasi siswa dalam pembelajaran online sangat rendah.

Demikian paparan singkat mengenai kendala-kendala yang kami temukan selama pelaksanaan pembelajaran daring, tentunya kendala-kendala tersebut tidak menjadikan guru, siswa, orang tua siswa, pihak sekolah/madrasah, masyarakat dan juga pemerintah menjadi abai terhadap pentingnya pendidikan bagi siswa didik, utamanya dalam membangun karakter siswa dalam perspektif kedaruratan selama pandemi berlangsung.

Semoga tulisan pendek ini bermanfaat untuk semua pihak yang berkepentingan terhadap kemajuan pendidikan di indonesia. Aamiin. <>

Ibnu
EDITOR
PROFILE

Berita Lainnya

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos