Hadila.co.id–Guru perlu tahu 5 bingkisan rahasia anak didiknya. Seperti dalam sebuah seminar pendidikan, narasumber Munif Chatib (konsulat pendidikan, penulis buku Sekolahnya Manusia dan Gurunya Manusia) menyatakan bahwa seorang pendidik sejatinya mendapat 5 bingkisan yang dibawa anak.
Bingkisan yang saat orangtua/ pendidik membukanya, haruslah memperhatikan cara yang dipakai. Ibarat berbagai produk minuman dengan berbagai kemasan -ada yang botol ada yang kaleng-, tentu berbeda cara membukanya.. Begitu pun dengan kelima bingkisan tersebut.
Bingkisan pertama adalah bintang.
Setiap anak adalah bintang juara. Ia akan menyinari dunia sekelilingnya. Sebagai pendidik, jangan biarkan sinarnya redup. Apalagi menghalanginya dengan gumpalan-gumpalan mendung ciptaan kita berupa persepsi negatif kita pada anak, semisal “anak nakal” atau “anak bandel” Ganti persepsi itu menjadi “anak hebat”, “anak cerdas” kemudian yakini. Maka anak kita pun akan menjadi bintang.
Bingkisan kedua adalah samudra.
Kemampuan anak seluas samudra, tidak sekadar kognitif saja. Anak juga memiliki kemampuan afektif dan psikomotorik. Seharusnya anak yang berhak mendapatkan predikat pintar bukan hanya yang unggul dalam pelajaran matematika atau IPA saja. Anak yang suka membantu teman, santun juga berhak disebut anak pintar. Pintar pada ranah afektifnya. Maka sebagai pendidik, hendaknya tidak mempersempit luasnya samudra kemampuan anak menjadi ‘parit kecil’; kognitif saja.
Bingkisan ketiga adalah harta karun.
Setiap anak memiliki harta karun; kemampuan terpendam. Yaitu kecerdasan majemuk (multiple intelligences). Sehingga tidak ada anak yang bodoh. Yang ada hanyalah hambatan dalam diri anak karena pemberian stimulus yang tidak tepat. Sebagai pendidik, kita harus mengupayakan pemberian stimulus yang tepat agar kecerdasan anak ter-eksplore.
Bingkisan keempat adalah penyelam (discovering ability).
Kalau kita percaya bahwa kemampuan anak seluas samudra dan didalamnya terdapat harta karun, maka kita harus menjadi penyelam untuk menemukannya. Fokus pada aku menjadi apa untuk anak, bukan kenapa anakku seperti ini. Menyelam dengan kepekaan, memberi apresiasi bermakna kepada anak, sekecil apapun kebaikan ia tunjukkan.
Bingkisan kelima adalah bakat.
Bakat terbangun dari rasa suka. Bisa jadi itu yang akan mengantarkannya mampu berkarya dan mengatasi masalah. Namun tidak semua rasa suka adalah bakat. Oleh karena itu cermati dan dukung bakat anak.
Jika kelima bingkisan itu dapat terbuka, maka akan kita dapati anak-anak akan tumbuh menjadi masterpiece, karya agung Tuhan. <A’thirizqiani Mahbubah, Pengajar di MI Masaran II, Munjungan; Rubrik Kolom Guru Kita Hadila Edisi 83 Mei 2014>