Perintah berpuasa Ramadan adalah untuk membuat kita menjadi hamba yang bertakwa, sebagaimana firman Allah, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” [Q.S. Al Baqarah (2) : 183]
Seluruh rangkaian ibadah di Bulan Ramadan, sejak dari makan sahur, berpuasa, berbuka puasa, Salat Tarawih, tilawah Alquran, iktikaf dan berbagai ibadah lainnya, adalah bagian yang utuh untuk membuat kualitas takwa dalam diri. Dalam konteks kehidupan keluarga, ini adalah bagian yang sangat penting untuk menguatkan keutuhan, kebahagiaan, dan keluarga harmonis.
Keluarga Takwa
Keluarga yang dibangun di atas landasan takwa, memiliki kehidupan yang terhormat dan bermartabat. Takwa adalah sebaik-baik pondasi dalam kehidupan, yang akan sanggup menghantarkan manusia kepada kebahagiaan di dunia hingga akhirat.
Kebahagiaan yang hakiki, bukan semata-mata kebahagiaan sementara atau berpura-pura bahagia. Takwa adalah sikap jiwa yang takut, tunduk dan taat kepada Allah, ditunjukkan dengan melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan-Nya.
Di Bulan Ramadan, semua anggota keluarga bangun untuk melaksanakan sahur, dirangkai dengan Salat Subuh berjamaah. Kemudian, diteruskan doa dan zikir, serta tilawah Alquran. Siang hari tetap berkegiatan sebagaimana hari-hari biasa, bekerja, mencari penghidupan, menunaikan amanah profesi, dan lain sebagainya. Namun, di Bulan Ramadan ditambah dengan memperbanyak tilawah, zikir, doa, istigfar, infak, sedekah, maupun amal kebaikan lainnya.
Harapannya, seluruh rangkaian ibadah di Bulan Ramadan akan menghantarkan semua anggota keluarga menjadi hamba-hamba Allah yang bertakwa. Semakin meningkat kualitas takwa, semakin meningkat pula taraf kebahagiaan dalam rumah tangga. Keluarga harmonis.
Perhatikan janji Allah bagi orang-orang bartakwa. Dalam Alquran Surah At Talaq ayat 2-5 Allah menjelaskan bahwa, barang siapa yang bertakwa kepada-Nya, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar, memberi rezeki dari arah yang tiada disangka-sangka, menjadikan kemudahan dalam urusan, menghapus kesalahan-kesalahan, serta melipatgandakan pahala.
Baca juga: “Rumus Tiga” untuk Kebahagiaan Keluarga
Jalan Keluar dari Setiap Persoalan
Banyak keluarga yang terlilit berbagai persoalan pelik hingga mereka tidak bisa keluar dan menyelesaikan persoalan itu dengan baik. Hal ini tampak dari banyaknya pasangan suami istri yang memilih perceraian sebagai solusi penyelesaian masalah yang cepat, instan, praktis dan pragmatis. Di Indonesia, rata-rata perceraian di angka 350.000 kejadian setiap tahun.
Hal yang harus dievaluasi pertama kali adalah kualitas takwa mereka. Apakah suami, istri dan anak-anak sudah menjadi orang bertakwa? Apakah keluarga sudah menjadi keluarga takwa? Sebab jika mereka adalah orang-orang bertakwa, akan diberikan jalan keluar dari setiap persoalan yang dihadapi. Konflik, pertengkaran, persoalan kerumahtanggaan, semua bisa diatasi dengan mudah karena Allah berikan jalan keluar.
Kemudahan dalam Setiap Urusan
Dalam kehidupan keluarga, ada urusan domestik, pengasuhan dan pendidikan anak, pengelolaan keuangan, pemenuhan kebutuhan, sarana dan fasilitas kehidupan seperti rumah, alat transportasi, alat komunikasi dan sebagainya. Semua urusan orang bertakwa, dijanjikan oleh Allah untuk mendapat kemudahan. Keluarga harmonis dijauhkan dari kesulitan dalam mengelola berbagai urusan dalam kehidupan.
Kemudahan dalam Rezeki
Allah menjanjikan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Ini menandakan, keluarga akan memiliki jaminan kehidupan yang mencukupi, karena ketakwaan mereka. Jika keluarga mendapat jaminan kecukupan dalam rezeki, tentu sudah tidak perlu ada lagi yang dikhawatirkan. Kehidupan keluarga harmonis dapat tercapai.
Betapa bahagia orang-orang yang mendapat jaminan jalan keluar dari setiap persoalan, kemudahan dalam setiap urusan serta rezeki. Keluarga akan berada dalam suasana yang nyaman dan bahagia. Mereka bisa kokoh dan memiliki kondisi yang harmonis karena mudah keluar dari permasalahan, urusannya serba lancar, dan rezekinya dimudahkan.
Dengan demikian, usai Ramadan nanti, jika kualitas takwa berhasil kita dapatkan dan kita tingkatkan, niscaya akan meningkat pula keharmonisan dan kebahagiaan dalam keluarga. Suami dan istri akan bertambah rukun, kompak, dan mesra. Itu semua menandakan hasil puasa berupa meningkatnya kualitas takwa berhasil didapatkan. Puasa benar-benar menghasilkan takwa, bukan semata-mata lapar dan dahaga.
Inilah salah satu tolok ukur dan alat evaluasi keberhasilan Ramadan. Namun, jika usai Ramadan justru pecah perang besar dalam keluarga, muncul konflik yang tak mampu diredam, muncul persoalan yang tak mampu diselesaikan, ini menandakan tidak ada kualitas takwa yang didapat. Puasa tidak membawa peningkatan takwa, justru meningkatkan amarah dan sikap permusuhan antar-anggota keluarga. Maka, perlu evaluasi atas puasa dan rangkaian ibadah lainnya di bulan Ramadan.
[Penulis: Cahyadi Takariawan, Trainer dan Konselor di Jogja Family Center. Dimuat di Majalah Hadila Edisi Juni 2017]