Hijrah Bisa Berujung Riya, Muzammil Hasballah: “Luruskan Niat Hanya karena Allah!”

Hijrah Bisa Berujung Riya, Muzammil Hasballah: “Luruskan Niat Hanya karena Allah!”

Hadila.co.id – Kerohanian Islam (Rohis) Al Abidin Bilingual Boarding School (ABBS) Surakarta menyelenggarakan kajian bersama Ustaz Muzammil Hasballah, S.T. di Masjid Sudalmiyah Rais, Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Sabtu (23/11).

Kegiatan bersama pemuda yang terkenal sebagai Qari dan Dai Nasional ini mengangkat tema Hijrahmu Jalan Surgamu.

Mengawali ceramahnya, pemuda kelahiran Aceh, 21 September 1993 ini melantunkan beberapa bacaan ayat suci Alquran dengan suara merdunya.

Ia kemudian mulai membagikan pengalamannya terkait dengan tema yang telah ditetapkan. “Menurut teman-teman, hijrah itu apa?” tanya Muzammil kepada audiensi.

Beberapa jenak kemudian, ia menjabarkan jawaban atas pertanyaannya sendiri. Menurut Founder Qari Community tersebut, hijrah secara umum bisa berarti berpindah, shift, move.

BACA JUGA: Edukasi Kesehatan Reproduksi, Klinik SOLOPEDULI Gelar Seminar Pranikah

“Saat ini, istilah hijrah memang kerap menjadi trending di kalangan masyarakat. Baik tua ataupun muda, laki-laki ataupun perempuan. Semuanya,” ungkap alumni Teknik Arsitektur, Institut Teknologi Bandung (ITB) tersebut.

“Kalau zaman dulu, di masa kerasulan Muhammad Saw, hijrah adalah berpindahnya dakwah dari Makkah ke Madinah. Namun sekarang, hijrah pengertiannya bisa jauh lebih luas. Bisa hijrah diri, hijrah hati, hijrah perasaan—move on, dan sebagainya,” tambahnya.

Selanjutnya, Muzammil banyak membahas soal siroh Nabi Muhammad Saw kala melakukan proses hijrah yang dipenuhi dengan berbagai tantangan. Sesekali, ia juga menyisipkan bacaan ayat suci Alquran di sela-sela penjelasannya dengan suara yang khas ala seorang qari.

“Dari perjuangan Rasul dahulu, bisa disimpulkan apa teman-teman? Hijrah adalah sesuatu yang luar biasa, banyak tantangan. Kalau kita ingin hijrah dari maksiat menjadi sosok yang lebih baik, jalannya pasti tak akan mudah,” papar Muzammil.

BACA JUGA: Kepala SDIT Nur Hidayah Juarai Best Practice Kepala Sekolah JSIT 2019

“Setan itu pasti tidak akan rela kita berhijrah menjadi baik. Kalau kita berjuang keras, setan yang—tingkatannya mungkin sebagai ketuanya setan—juga akan semakin keras untuk menggoda dan menghalang-halangi kita,” lanjutnya.

Menurut ayah dari satu orang putri ini, kegiatan hijrah yang tidak benar, bisa menjadi sarana riya yang tidak kita sadari. “Teman-teman perlu ingat kalau riya itu jauh lebih samar daripada penampakan semut hitam yang berjalan di kegelapan malam,” tegas Muzammil. Maksudnya, kita mungkin ingin menjadi baik, tetapi dengan cara yang kurang tepat, sehingga justru timbul rasa bangga (pamer) atas perubahan kita. Kita berubah untuk ditunjukkan kepada orang-orang, bukan karena Allah. Inilah yang bisa jadi wujud riya yang tidak kita sadari—sangat samar.

“Oleh sebab itu, kita harus mempersiapkan hijrah dengan baik. Jangan hijrah hanya untuk menuruti omongan orang. Terkait amalan, nggak peduli apa kata orang. Dahulukan Allah, luruskan niat, lakukan semuanya yang terbaik hanya untuk Allah, bukan yang lainnya,” jelas Muzammil.

BACA JUGA: Pentingnya Forum Orang Tua dan Parenting di Sekolah untuk Pantau Perkembangan Anak

Rasulullah, tambahnya, adalah sosok yang paling tepat untuk kita jadikan panutan dalam proses pelaksanaan hijrah (dalam hal apa pun).

“Semua yang dilakukan Rasulullah itu memiliki faedah yang luar biasa. Bahkan untuk hal-hal kecil sekalipun. Cara tidur beliau, misalnya. Tidur dengan posisi seperti saat Rasulullah tidur, memberikan manfaat yang luar biasa bagi kesehatan, dan juga hal-hal lainnya,” ungkap Muzammil.

“Kesimpulannya adalah, kita semua perlu mengikuti sunah Rasulullah untuk mencapai tujuan hijrah yang terbaik, sebab beliau adalah panutan terbaik yang pernah ada. Insya Allah, dengan niat yang baik, Allah akan memberi kemudahan,” pungkasnya. <Ibnu Majah>

Ibnu
EDITOR
PROFILE

Berita Lainnya

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos