Hadila.co.id – Perbuatan buruk tidak akan pernah menguntungkan. Allah menggambarkan perbuatan buruk seperti debu yang berada di atas batu, lalu hilang ditimpa air. Pelaku keburukan akan menemukan bahwa tidak ada hasil yang dibawa dan dinikmati oleh mereka, kecuali kejadian naas atau nasib sial saja.
“Dan orang-orang yang kufur, perbuatan mereka bagaikan debu di atas batu yang hilang sebab kena air. Mereka tidak menyadari hingga mereka tahu bahwa mereka tidak mendapatkan apapun dari perbuatan yang mereka lakukan, sementara itu mereka justru mendapati perhitungan atas perbuatannya. Dan Allah maha cepat membalas.” [Q.S. An Nuur (24): 39]
Anugerah Istimewa dari Allah saat Kehamilanku
Maka, seringkali kita melihat seseorang yang menemukan ujung perbuatan yang buruk yang tidak seindah bayangan sebelumnya:
Perampok, justru akhirnya menemukan ajal, bukan menikmati hasil rampokan. Seseorang yang mencuri, tersadar telah berada di alam baka karena tewas di hajar massa. Penjudi yang tersadarkan, tapi dalam keadaan rumah dan harta bendanya sudah berpindah tangan. Koruptor yang ketika hasil korupsiannya sudah habis, lalu ketakutan dan ngumpet disana-sini. Pembunuh yang tidak seberani saat membunuh ketika kasusnya terungkap. Orang kikir yang tidak menemukan bantuan ketika ia mengalami kesulitan.
Karyawan yang tahu-tahu memegang surat pemberhentian tidak hormat sebab kebanyakan mangkir atau ngemplang uang kantor. Bos atau pemimpin sewenang-wenang, yang akhirnya bisa juga menangis sebab sudah tidak bisa berjalan lagi (stroke). Seseorang yang tidak bisa lagi tertawa ketika minum-minum sebab jantung, paru-paru dan lambungnya telah hancur.Seseorang yang begitu mudah berganti pasangan, yang kemudian harus menyesali seumur hidup karena terkena penyakit mematikan. Seorang perempuan yang hamil karena mengobral murah keperawanannya. Dan seterusnya.
Sebelum perbutan buruk terjejak, sebelum kesalahan terbuat, adalah keindahan yang selalu terbayang sebagai kenikmatan atau keuntungan. Nyatanya, setelah setan menghilang, tragedi yang mengenaskan yang terpampang di depan mata. Inilah faktanya! Setan selalu mempermainkan kita. Ia kipasi satu perbuatan hingga kita menganggapnya indah, menyenangkan, dan menguntungkan. Sebab, ia mau memperdaya kita.
Akal sehat yang jernih, ditunjang oleh kebersihan hati dan pondasi iman dan takwalah yang akhirnya dapat menyelamatkan kita dari perbuatan sia-sia. Lebih baik, kita pikirkan akibat suatu perbuatan terlebih dahulu, sebelum sesal kemudian. Banyak hal yang sia-sia dalam hidup ini bila langkah keburukan yang terjejak.
<Sumber: Majalah Hadila Edisi Agustus 2014>