Inilah Beberapa Cara Meraih Haji Mabrur Sesuai Sunah

Inilah Beberapa Cara Meraih Haji Mabrur Sesuai Sunah

Hadila.co.id — Meraih haji mabrur pasti menjadi harapan bagi setiap umat yang telah melaksanakan rukun Islam ke lima tersebut. Haji mabrur adalah haji yang baik, haji yang amalnya diterima Allah. Lantas, bagaimana agar seorang jemaah haji mampu maraih haji mabrur? Bersama H. Bambang Nugroho Putro, S.P., Ketua Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) Mandiri, Hadila mengulas beberapa hal terkait pelaksanaan ibadah haji.

Bagaimana tips untuk bisa menunaikan ibadah haji dengan lancar dan khusyuk?

Allah berfirman, “Sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah…” [Q.S. Al-Baqarah (2): 196]. Jadi ada beberapa poin yang perlu dicermati.

Pertama, rangkaian ibadah ini betul-betul lillahi ta’ala. Meluruskan niat karena Allah, meluruskan motivasi ibadah haji bukan sekadar memenuhi rukun, tetapi juga berharap ada kebaikan yang akan didapat orang lain atas ibadah kita. Misalnya menyiapkan doa terbaik untuk keluarga, tetangga, dan lain-lain.

Kedua, seorang yang hendak melaksanakan ibadah haji harus menyempurnakan ilmu. Harus paham betul rangkaian ibadah haji dari awal sampai akhir. Di samping itu, dia juga harus menyempurnakan niat dan persiapan fisik.

Calon jemaah haji asal Indonesia sebagian besar adalah orang-orang dengan risiko tinggi terkait kesehatan, mereka sudah berusia di atas 60 tahun. Maka, entah kita berangkat haji di usia yang ke berapa, kondisi fisik harus benar-benar dipersiapkan.

Kemudian, kesempurnaan akhlak. Saat melaksanakan ibadah haji, kita akan bersama dengan orang-orang yang belum benar-benar kita kenal secara detail. Oleh sebab itu, kita harus mempersiapkan akhlak untuk menjadi lebih sabar, pemaaf, mau menolong orang lain, dan sebagainya. Harapannya, jemaah haji bisa merasa nyaman saat melaksanakan ibadah.

Pada kondisi seperti apa seseorang berkewajiban menunaikan ibadah haji?

Dalam Alquran Surah Ali Imran ayat 97, Allah menyebutkan, “…Dan di antara kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana…”

Dalam ayat tersebut ada istilah istitaah (diberi kemampuan oleh Allah). Istitaah ini berkaitan dengan berbagai hal, seperti finansial. Baik finansial keberangkatan, meliputi bekal perjalanan dan sebagainya, termasuk bekal yang ditinggal di rumah. Jangan sampai berangkat haji, tetapi anak-anak ditinggal tanpa bekal apa pun.

Kemudian, istitaah juga termasuk kendaraan dan keamanannya. Terkait hal ini, pemerintah Indonesia telah menambahkan istitaah di bidang kesehatan, yaitu calon jemaah haji harus sehat, baik secara fisik maupun mental.

Oleh sebab itu ada orang yang dikategorikan istitaah (mampu memenuhi semua persyaratan), istitaah dengan persyaratan (misalnya harus ada pendampingan), dan ada yang dikategorikan tidak istitaah karena memiliki problem (biasanya penyakit parah).

Apa syarat sah dan rukun haji yang harus dilakukan agar meraih haji mabrur?

Rukun haji adalah hal yang harus dilakukan, sebab jika tidak dilaksanakan maka hajinya tidak sah. Hal ini berhubungan dengan umrah, sebab orang yang melaksanakan ibadah haji pasti melakukan umrah.

Dimulai dari ihram (niat), tawaf (mengelilingi kakbah) di Masjidil Haram, sai (lari kecil antara Safa-Marwa), dan tahalul (mencukur rambut kepala).

Dalam rukun haji, salah satu hal terpenting adalah wukuf di Padang Arafah pada 9 Zulhijah. Bahkan, karena sangat pentingnya wukuf, Rasulullah menyampaikan, “Al hajju Arafah (Haji adalah Arafah),” sebab puncak (inti) ibadah haji adalah wukuf di Arafah. Inilah yang membedakan ibadah haji dan umrah.

Sehingga, ketika ada seorang jemaah haji yang telah menjalankan rukun umrah, kemudian sakit hingga harus dirawat di rumah sakit, pada 9 Zulhijah pemerintah Arab Saudi akan melaksanakan ‘safari wukuf’. Orang-orang yang sakit akan dibawa ke Padang Arafah dengan ambulans, lalu mereka berada di sana beberapa saat, dan setelah selesai dikembalikan ke rumah sakit.

Apa tandanya jika seseorang dikatakan telah meraih haji mabrur?

Ibadah haji juga sama dengan ibadah yang lain seperti salat, puasa, dan sebagainya. Kita tidak tahu apakah ibadah kita diterima Allah atau tidak. Namun, ada ciri-ciri atau kriteria bagi mereka yang ibadahnya diterima Allah.

Misalnya, orang yang telah meraih haji mabrur setelah pulang haji menjadi semakin bertambah takwa, sebab bekal terbaik haji adalah ketakwaan kepada Allah. Dia menjadi sosok yang makin rendah hati.

Jangan sampai setelah berhaji, ketika mendapat suatu undangan yang menyebutkan namanya tanpa gelar ‘H’ atau ‘Hj’ di depannya, lalu tidak terima dan marah-marah.

Selain itu, ciri meraih haji mabrur juga dapat dilihat dari kebiasaannya. Dulu saat melaksanakan ibadah haji, di Makkah mereka sangat semangat melaksanakan ibadah. Maka, bagaimana kebiasaan yang baik ini bisa dibawa ketika kembali ke Tanah Air.

Kemudian, ibadah sosialnya juga semakin baik. Kepada tetangga lebih pengertian dan care (peduli), kepada mereka yang membutuhkan bantuan lebih memiliki sikap mental tangan di atas. Jika demikian, insya Allah dia telah meraih haji mabrur. <Ibnu Majah>

Ibnu
EDITOR
PROFILE

Berita Lainnya

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos