Hadila.co.id – Kadang-kadang di dalam rumah tangga sering kali kita temui, antara suami istri yang membandingkan pasangannya dengan orang lain. Membandingkan pasangan dengan orang lain adalah hal yang tidak baik, hal ini karena pasangan Anda adalah pilihan terbaik yang sudah ditentukan oleh Allah Swt.
Acap kali ungkapan pembanding seperti “Lihat tuh Pak, tetangga sebelah. Suaminya rajin nemenin istrinya ke pasar.”, “Istri temanku dikasih uang sekian cukup untuk sebulan.”, “Suami temanku memberikan semua kartu banknya pada istri.”, “Mbok ya sesekali seperti ibu tetangga, pandai berdandan.” keluar dari mulut seorang suami maupun istri.
Ketidakpuasan akan pasangan hal yang wajar dan sering terjadi. Mau menikah melalui proses perkenalan panjang atau pendek, sejatinya pernikahan adalah berkumpulnya dua manusia yang berbeda latar belakang dan kebiasaan. Pasti banyak gesekan.
Sudah Berkeluarga namun Tertarik dengan Orang Lain? Coba Renungkan Ini
Gesekan timbul dari rasa tidak puas dan menuntut pasangan sesuai konsep ideal yang ada dalam pikiran. Dalam kondisi ini, mata menjadi lebih nyalang melihat sekitar. Tertangkaplah sosok-sosok yang, ndilalah nampak sangat sempurna, jauh dibanding pendamping saat ini.
Harus kita pahami lebih dulu, sosok (nampaknya) sempurna itu hanya kita lihat sesekali. Bisa jadi, sekadar mendengar cerita, bertemu pun tidak. Ada tangkapan sekilas yang pastinya bukanlah gambaran utuh sosok itu.
Suami tetangga itu memang rajin menemani istri ke pasar, tapi amat cemburuan. Istri teman yang diberi uang berapapun cukup itu, sebenarnya berhutang pada rentenir tanpa sepengetahuan suaminya. Suami yang memberikan semua kartu bank itu ternyata isi banknya minim karena gaji sudah dipotong pinjaman bank. Ibu tetangga yang dijadikan role model itu, ternyata punya pacar di kantornya.
Anak Mulai Kenal dengan Pacaran, Berikan Pemahaman Ini pada Anak Anda
Tangkapan mata kita tentang pasangan orang lain sudah pasti tidak utuh. Tidak bijak jika kemudian mengukur pasangan dengan tangkapan parsial itu (bukan apple to apple). Lagipula, sikap membanding-bandingkan, sangat kental dengan kurang syukur nikmat.
Iya, suami sulit diminta menemani ke pasar, tapi sangat telaten mengasuh anak. Benar, istri selalu tidak cukup jika diberikan uang bulanan, tapi sifatnya memang pemurah dan mudah tersentuh melihat penderitaan yang lain. Betul, suami tidak pernah terbuka tentang keuangan keluarga, tapi jika bertemu keadaan yang menuntut membantu keluarga besar, suami terdepan membuka dompet. Iya, istri lugu dan berpenampilan kampungan, tapi dia guru anak-anak yang disayangi banyak orang.
Saya selalu yakin pada firman Allah, bersyukurlah kamu, maka akan Aku tambahkan nikmatKu berlipat-lipat. Bersyukur atas nikmat pasangan yang diberikan Allah pada kita, saya percaya, adalah salah satu pintu pembuka semakin dekatnya pasangan akan sosok ideal yang kita inginkan. Bukankah mudah bagi Allah untuk itu?
So? Rumput tetangga lebih hijau? Mari kita sepakati, itu ilusi.
<MH>