Hadila.co.id – Di antara hikmah Ramadhan adalah yarmidhudz dzunuub (membakar dosa-dosa). Kesalahan dan dosa yang mesti kita bertaubat darinya adalah “merasa paling”. “Merasa paling suci,” adalah sebuah kesalahan pertama sebab yang diperintah adalah mensucikan diri bukan merasa paling suci.
Wallahu yuhibbul muththahhiriin adalah kesalahan selanjutnya, kesalahan “merasa paling tahu,” sebab yang diperintahkan adalah belajar bukan merasa paling tahu dan paling pintar.
Selanjutnya adalah fa’lam annahu laa ilaaha illallah, Kesalahan “merasa paling benar,” sebab yang diperintah adalah mengikuti kebenaran dan hidup bersama orang-orang benar.
Pensiunan Tak Menjadi Hambatan Berkarya bagi Seorang Muslim
wa kuunuu ma’ash shaadiqiin, Kesalahan “merasa paling sunnah”, sebab yang diperintahkan adalah meneladani Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pada semua sisi kehidupan, bukan hanya pada peribadatan saja.
Selanjutnya adalah Laqad kaana lakum fi rasuulillahi uswatun hasanah, Kesalahan ini adalah “merasa hebat dan kuat”, sebab kekuatan itu milik hanya milik Allah, selayaknya kita sebagai hamba merasa orang yang lemah yang selalu membutuhkan pertolongan Allah.
Meneladani Cara Nabi Mendidik agar Anak Menjadi Pribadi yang Sukses dan Beriman
Allah Ta’ala berfirman: “Maka, janganlah kalian merasa suci atas diri kalian, Dialah yang mengetahui siapa orang yang bertaqwa.” (Q.S. An Najm: 32)
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: Jika ada seseorang yang berkata “manusia telah rusak” maka dialah yang lebih rusak dari mereka. (H.R. Muslim No. 2623).
Faedah Surat Al Lahab, Hukuman bagi Orang yang Menentang Allah dan Rasulnya
Imam Ibnu Abdil Bar Rahimahullah berkata: Makna hadits ini, menurut para ulama adalah perkataan seseorang yang merendahkan dan mencela manusia serta kagum terhadap diri sendiri. Jika perkataan pada hadits ini dimaksudkan sebagai keprihatinan, kesedihan, dan rasa khawatir atas mereka lantaran keburukan yang mereka lihat dari perilaku manusia, maka itu bukan termasuk makna hadits ini.
Perbedaan kedua hal ini adalah untuk jenis pertama, dia menunjukkan begitu cinta dan ‘ujub/kagum atas dirinya, serta dengki kepada orang yang di atasnya, dan merendahkan manusia yang di bawahnya. Jenis kedua, dia tidak suka jika dirinya ikut melakoni keburukan yang disukai orang lain. (At Tamhid, 21/242) Demikian. <Ustadz Farid Nu’man, Pembina Pesantren Quran Subulun Najjah Depok/ alfahmu.id>
Join Channel: bit.ly/1Tu7OaC
Fanpage: https://facebook.com/ustadzfaridnuman
Kunjungi website resmi: alfahmu.id