Jangan Pelit di Saat Sulit

Jangan Pelit di Saat Sulit

Hadila – “Perbanyaklah memberi walaupun anda sedang susah.” (Ali bin Abi Thalib)

Jarum jam masih menunjukkan angka 06.30 WIB, ketika beberapa ibu-ibu dari organisasi Persaudaraan Muslimah (Salimah) berkumpul di perempatan Sate Dahlan, Sumber, Solo. Mereka kompak mengenakan baju bernuansa ungu.

Di depan warung sate yang pagi itu masih tutup, terdapat 250 nasi box yang sudah siap dibagi untuk siapa saja yang membutuhkan. Ketika panitia sudah siap, pembagian nasi box pun dimulai. Tak hanya di titik itu, pembagian nasi box juga dilaksanakan di empat titik lainnya yang ada di Solo, seperti di Serengan, perempatan Panggung, Stasiun Jebres, dan lainnya. Bukan hanya di Solo, acara serupa juga dilaksanakan di banyak tempat di seluruh Indonesia.

Senyum mengembang pun langsung terukir di wajah tukang becak yang pagi itu mangkal di depan Pasar Gilingan Solo, Sukoyo. Ketika tim dari Salimah menyerahkan nasi box, ia berkali kali mengucapkan terima kasih. “Maturnuwun sanget, Bu. Mugi berkah (terima aksih sekali, Bu. Semoga berkah),” ujarnya.

Ia menceritakan, penghasilannya sebagai tukang becak tidaklah menentu. Terkadang dalam sehari bisa dapat uang lumayan banyak, kadang sedikit, tak jarang pula pulang tanpa membawa uang serupiah pun. Namun bagaimanapun kondisinya, Sukoyo tetap berusaha bersyukur. “Dijalani aja Bu,” ujarnya singkat.

Senyum kebahagiaan juga dirasakan ratusan warga Solo lainnya yang pagi itu menerima bingkisan dari Salimah Surakarta berupa nasi box. Selain tukang becak, ada juga tukang kebersihan, tukang sampah, tukang parkir, para lansia, anggota majelis taklim binaan Salimah, dan lainnya.

Sejuta Bingkisan Salimah untuk Indonesia. Demikian tagline kegiatan pembagian bingkisan yang digelar Salimah serentak di seluruh Indonesia, Jumat (5/3). Kegiatan itu digelar dalam rangka memperingati milad ke-21 Salimah, 8 Maret 2021.

Ketua PD Salimah Surakarta, Riannawati, mengungkapkan menyambut Milad ke-21, Salimah berbagi kebahagiaan dengan mengadakan kegiatan Jumat Berkah dengan berbagi nasi box untuk mereka yang membutuhkan. Di masa pandemi yang menghantam banyak sektor ini, banyak masyarakat terdampak sehingga perlu disyiarkan terus semangat berbagi. “Diharapkan masyarakat juga mendapat getaran energi berbaginya, sehingga dampak kebaikan akan semakin meluas dan terasa,” ujarnya.

Kegiatan pembagian nasi box tersebut, terangnya, terlaksana karena partisipasi banyak pihak yang mendonasikan dananya, lalu diwujudkan dalam bentuk nasi box untuk masyarakat. “Meski kondisi saat ini cukup sulit secara ekonomi, alhamdulilah ada puluhan donatur yang mengamanahkan donasinya ke Salimah untuk Jumat berkah ini. Ini menjadi bukti kepedulian banyak pihak yang bersinergi untuk membantu sesama,” ujarnya.

Kisah lain tentang kepedulian yang sempat viral di dunia maya, ketika seorang penjual es jadul asal Yogyakarta, Mbah Jumiyo (70 tahun), rutin membagikan barang dagangannya untuk anak yatim duafa. Dilansir dari kitabisa.com, pada Senin (8/3), Mbah Jumiyo menjajakan es jadul dengan mengayuh sepeda tua dari rumahnya sejauh kurang lebih 20 km. Satu bungkus es jadul dijual seharga Rp2.000. Namun untuk orang-orang tertentu, ia bersedia membagikan es bungkus itu secara gratis. Hal ini terpampang dalam tulisan kertas di belakang gerobak usangnya, “Khusus Anak Yatim Gratis Es Jadul.”

“Kring…kring…kring. Es jadul, es jadul !! murah meriah.. Gratis untuk anak yatim!!” Demikian ia biasa menyapa para bpelanggannya.

Setelah Subuh, ia bersama istri membuat es jadul itu dengan peralatan seadanya. Setiap hari ia biasanya membawa 30 es jadul untuk dijual.

Mbah Jumiyo juga seorang muslim yang taat beribadah. Meskipun penghasilannya tak seberapa, Mbah Jumiyo selalu menyisihkan sebagian hasil jualannya untuk disedekahkan ke panti dan membelikan Al-Qur’an serta iqro untuk diberikan ke TPA sekitar rumahnya.

Pengasuh PPTQ Daarul Fath Boyolali yang juga mendapat amanah di Bidang Kurikulum Ilman wa Ruuhan BP2Q JS IT pusat, Ustaz Muhammad Amri, menjelaskan sedekah adalah suatu hal yang familiar di kalangan kaum muslimin karena ini merupakan amalan yang dianjurkan, dan pada titik tertentu menjadi wajib.  Berbagai kebaikan yang ada dalam sedekah banyak terurai dalam ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis-hadis. Dalam kisah kehidupan juga banyak kebaikan-kebaikan yang tersirat dalam kejadian-kejadian yang bisa diambil pelajarannya. Keutamaan sedekah antara lain:

Pertama, pahala berlipat. Allah Swt berfirman, “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. Orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah, kemudian tidak mengiringi apa yang dia infakkan itu dengan menhebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka.” (Q.S. Al Baqarah: 261-262)

Hal itu merupakan perumpamaan yang dibuat oleh Allah Swt untuk menggambarkan pelipatgandaan pahala bagi orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah dan mencari keridaan-Nya. Setiap amal kebaikan itu dilipatgandakan pahalanya menjadi sepuluh kali lipat, sampai kepada tujuh ratus kali lipat.

Perumpamaan ini lebih berkesan dalam hati daripada hanya menyebutkan bilangan tujuh ratus kali lipat, mengingat dalam ungkapan perumpamaan tersebut tersirat pengertian bahwa amal-amal saleh itu dikembangkan pahalanya oleh Allah Swt untuk para pelakunya, sebagaimana seorang petani menyemaikan benih di lahan yang subur.

Kedua, terhindar dari rasa takut. “Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka. (Q.S. Al-Baqarah: 262)

Maksudnya, tidak ada kekhawatiran bagi mereka dalam menghadapi masa mendatang, yaitu kengerian di hari kiamat.

Ketiga, terjauh dari kesedihan. “Dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (Q.S. Al-Baqarah: 262)

Yaitu tidak bersedih hati atas sanak keluarga yang mereka tinggalkan, tidak pula atas kesenangan dunia dan gemerlapnya yang terluputkan. Sama sekali mereka tidak menyesalinya, karena mereka telah beralih kepada keadaan yang jauh lebih baik bagi mereka daripada semuanya itu.

Keempat, sedekah adalah amalan yang ingin diulang orang yang telah meninggal. “Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata, “Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh.” (Q.S. Al-Munafiqun: 10)

Setiap orang yang melalaikan kewajiban pasti akan merasa menyesal di saat meregang nyawanya, dan meminta agar usianya diperpanjang sekalipun hanya sebentar untuk bertobat dan menyusul semua amal yang dilewatkannya. Tetapi alangkah jauhnya, karena nasi telah menjadi bubur, masing-masing orang akan menyesali kelalaiannya.

Kelima, mendapat kemudahan. “Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.” (Q.S. Ath-Thalaq: 7)

Ini merupakan janji dari Allah, dan janji Allah itu benar dan tidak akan disalahi-Nya. Makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya, “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (Q.S. Al-Insyirah: 5-6)

Keenam, sarana untuk masuk surga. Di antara ciri-ciri orang beriman dalah bersegera dalam kebaikan sebaigamana Allah gambarkan dalam Firman-Nya: “(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (Q.S. …

Di antara kebaikan yang dilakukan orang beriman adalah dalam keadaan susah dan dalam keadaan makmur, dalam keadaan suka dan dalam keadaan duka, dalam keadaan sehat dan juga dalam keadaan sakit, mereka rajin berinfak dalam semua keadaan. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat yang lain, yaitu firman-Nya, “Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara sembunyi dan terang-terangan.” (Q.S. Al-Baqarah: 274)

Makna yang dimaksud ialah bahwa mereka tidak kendur dan lupa oleh suatu urusan pun dalam menjalankan ketaatan kepada Allah Swt. Mereka membelanjakan harta untuk keridaan-Nya serta berbuat baik kepada sesamanya dari kalangan kaum kerabatnya dan orang-orang lain dengan berbagai macam kebajikan.

Tentunya proses sedekah ataupun infak ini berdarkan kemampuan yang dimiliki. “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (Q.S. Al-Baqarah: 286)

Allah Swt telah berfirman, “Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya.” (Q.S. Ath-Thalaq: 7)

Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya, “Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup. Dan mendustakan pahala yang terbaik. maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar.” (Q.S. Al-Lail: 8-10)

Maksudnya kikir dengan apa yang ada pada sisi (milik)nya. Ikrimah telah mengatakan dari Ibnu Abbas, bahwa makna ayat ini ialah kikir dengan hartanya dan merasa dirinya telah cukup, tidak memerlukan Allah Swt.

“Dan ayat-ayat lain yang semakna cukup banyak yang semuanya menunjukkan bahwa Allah Swt membalas orang yang berniat untuk mengerjakan kebaikan dengan memberinya kekuatan untuk mengerjakannya. Dan barang siapa yang berniat akan melakukan keburukan, Allah akan menghinakannya, dan semuanya itu berdasarkan takdir yang telah ditetapkan,” jelasnya. <Eni Widiastuti/Dimuat di Majalah Hadila Edisi April 2021>

Berita Lainnya

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos