Hadila.co.id — Pimpinan Pusat Muhammadiyah akan menggelar Muktamar Muhammadiyah pada 1 sampai 5 Juli 2020 mendatang di Surakarta. Penunjukan Surakarta sebagai tuan rumah Muktamar ke-48 ini sesuai dengan turunnya Surat Keputusan PP Muhammadiyah No.218/Kep/1.0/B/2017.
Terkait hal tersebut, konferensi pers dalam rangka Soft Launcing Logo Muktamar ke-48 Muhammadiyah dengan tema “Memajukan Indonesia Mencerahkan Semesta” digelar di ruang sidang BPH Gedung Induk Siti Walidah, Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Selasa (30/7). Acara soft launcing logo tersebut akan digelar besok, Rabu (31/7) di halaman depan Gedung Induk Siti Walidah, UMS.
Ketua PP Muhammadiyah, Dahlan Rais, dalam konferensi pers menerangkan bahwa wujud logo Muktamar ke-48 Muhammadiyah sekaligus logo Muktamar ke-48 Aisyiyah baru akan dilauncing (ditunjukkan) besok. Namun demikian, ia telah menjelaskan beberapa detail sekaligus penjelasan wujud logo tersebut.
“Logo Muktamar ke-48 Muhammadiyah ini mengandung bentuk gunungan angka 48 dalam tulisan Arab, sebagai simbol dari muktamar 48 yang menjelaskan estafet dari periode ke periode menuju babak baru, yang menunjukkan langkah pergerakan dinamis dalam mencapai tujuan Muhammadiyah sebagaimana dicita-citakan KH Ahmad Dahlan,” terangnya.
Ia selanjutnya memaparkan bahwa gubahan gunungan dibentuk dari angka 48 dalam kaligrafi Arab tersebut menggambarkan arsitektur dan kaligrafi. Kedua hal ini melambangkan peradaban dan seni Islam yang bernilai tinggi.
Sementara itu, angka 8 yang berbentuk seperti anak panah menghadap ke atas dalam logo tersebut melambangkan perkembangan dan tujuan organisasi dalam membangun atau membangkitkan peradaban Islam yang berkemajuan.
Tak sampai di situ, Dahlan juga menjelaskan tentang background dari gunungan dalam logo merupakan simbolisasi dari alam semesta sekaligus menggambarkan lintas gerak sinar atau cahaya yang mencerminkan dinamisasi gerakan dakwah dan tajdid (modernisasi) pencerahan Muhammadiyah di Indonesia yang terus menerus bergerak dinamis melewati ruang dan waktu guna mencerahkan semesta sebagai aktualisasi Islam berkemajuan yang menyebarkan misi rahmatan lil’alamin.
Di sisi lain, logo juga berbentuk lingkaran. Hal ini menunjukkan keterus-menerusan tanpa putus melintasi batas.
Sedangkan semburat cahaya berbentuk 48 menggambarkan energi, kekuatan, martabat, dan kecerdasan serta dapat diartikan juga sebagai simbol pencerahan yang menggembirakan dalam muktamar ke-48.
Untuk jenis huruf yang digunakan dalam logo sebagai penulisan “Muktamar” dan tema adalah “Futura“. Jenis huruf ini mempunyai karakter yang kokoh, modern, dan futuristik dalam spirit Islam Berkemajuan untuk memajukan Indonesia dan mencerahkan semesta.
Sementara itu, Sofyan Anif, Rektor UMS, menyebutkan bahwa saat ini pembangunan gedung auditorium yang kelak akan menjadi tempat untuk kegiatan muktamar ke-48 Muhammadiyah telah mencapai 30 persen. Gedung ini nantinya akan mampu menampung 8.000 hingga 10.000 orang. “Perkiraannya, pada akhir Desember 2019 ini pengerjaan gedung akan rampung. Setelah itu akan dilakukan perawatan selama 6 bulan, sampai tiba saatnya dipakai untuk muktamar,” ujar Sofyan.
Sekretaris Umum Panitia Muktamar Pusat, M. Nurul Yamin, menambahkan bahwa pada kegiatan soft launcing logo, acara akan memadukan teknologi dan tradisi. Selain itu, pasca-soft launcing pun akan digelar grand launching. “Besok itu acara soft launcing logo Muktamar ke-48 Muhammadiyah dan Muktamar ke-48 Aisyiyah. Jadi setelah itu, tentu akan ada grand launcing. Nanti sekitar bulan November grand launcing muktamar akan digelar, sekaligus saat itu akan di-launcing theme song utama,” papar M. Nurul Yamin.
Selanjutnya, dalam press release disebutkan bahwa acara soft launcing logo Muktamar ke-48 Muhammadiyah yang akan diselenggarakan besok akan dihadiri oleh sejumlah tokoh, antara lain Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir; Ketua Umum Pimpinan Pusat Aisyiyah, Siti Noordjannah Djohantini; jajaran Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan Aisyiyah; Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin; serta warga Muhammadiyah dan Aisyiyah se-Soloraya. <Ibnu Majah>