Hadila.co.id — Hidup merupakan karunia dan takdir dari Allah Saw. Namun, juga pilihan. Karena kita diberi kesempatan dan pilihan seluas-luasnya di antara skenario sempurna-Nya. Miskin atau kaya, pintar atau bodoh, dan banyak pilihan lainnya.
Memiliki anak sehat adalah pilihan. Namun pada kenyataannya, kita tinggal di lingkungan yang tercemar oleh asap pabrik, misalnya. Sama saja dengan memilih untuk hidup tidak sehat. Alangkah baiknya jika kita memilih tempat tinggal yang kondusif, bebas dari polusi.
Memiliki anak yang saleh/salihah adalah pilihan. Namun, akan menjadi angan-angan kosong jika tidak dibarengi dengan ikhtiar dan doa untuk mewujudkannya. Kita menginginkan anak kita saleh/salihah, tetapi kita sendiri tidak menjadi orangtua yang saleh/salihah, hanya membesarkan namun tidak mendidik, hanya menemani namun tidak mendampingi, hanya menyuruh dan melarang namun tidak mencontohkan. Dengan kata lain, berarti memilih yang sebaliknya.
Memiliki anak yang pintar juga pilihan. Namun bukan mengambil pilihan tersebut tatkala kita hanya berhenti pada ingin kemudian tidak ada ikhtiarnya. Hampir tidak pernah menemani anak belajar, enggan mengajari anak mengaji, bahkan cenderung mengekang kreativitas anak.
Kalau kita memilih ingin menjadikan anak kita sehat, saleh, bahkan pintar, maka mau tidak mau kita harus berjuang untuk mewujudkannya dan senantiasa memohon kepada Allah. Itulah yang dimaksud dengan hakikat memilih di sini: adanya ikhtiar dan doa. Sebagaimana firman Allah, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.” [QS. Ar Ra’d (13): 11]
Sebagai seorang wanita, kita juga dihadapkan pada banyak pilihan. Bisa jadi bukan pilihan antara baik dan buruk, tetapi pilihan dengan konsekuensi yang berbeda. Salah satunya jenjang pendidikan yang ingin dicapai. Cukup hanya tamat SMA, sarjana, master, atau bahkan doktoral. Dengan jenjang tersebut, kita memiliki kebebasan dan pilihan kembali apakah kita akan berkarir di luar rumah, atau lebih memilih menjadi ibu rumah tangga. Jika memilih di rumah, ada pilihan (konsekuensinya) kembali. Begitu pun jika memilih di luar rumah.
Semua pilihan itu menentukan action yang harus diambil, seberapa besar ikhtiar dan doa yang kita lakukan. Karena hidup adalah pilihan dalam takdir-Nya, maka kita dituntut untuk cerdas dan jeli dalam mengambil keputusan: akan ke arah manakah langkah kita? Pilihan manakah yang akan kita ambil agar kita tak menyesal kemudian.
Akhirnya, semoga kita menjadi muslimah yang cerdas dalam menentukan pilihan. Mengimbangi setiap atau apa pun pilihan tersebut dengan ikhtiar dan doa. [Oleh: Nusrotul Bariyah, S.Pd., Bandung, Dimuat dalam Majalah Hadila Edisi Juni 2014]