Karena Salat, Allah Menyelamatkan Hidupku

Karena Salat, Allah Menyelamatkan Hidupku
Sumber gambar: dream.co.id

Hadila.co.id – Waktu itu aku memutuskan untuk salat, dan Allah menyelamatkan hidupku. Aku, mahasiswa di salah satu universitas negeri di Solo asal Magetan. Sore itu aku hendak menuju Solo dari Magetan, dengan menggunakan bus umum.

Di Terminal Maospati, saat menunggu bus jurusan Magetan-Solo, aku ingat bahwa dari rumah aku belum Salat Asar. Aku pun bergegas menuju musala yang ada di terminal itu.

Belum sampai ke musala, aku ragu. “Salat sekarang atau nanti saja? Jangan-jangan nanti ketika salat, busnya lewat. Jika itu bus terakhir, aku bakal kerepotan mencari angkutan umum yang lain,” raguku berkecamuk.

Akhirnya kuputuskan untuk tetap Salat Asar di musala itu. Aku berpikir pasti Allah tidak akan menyia-nyiakan hamba-Nya yang mengutamakan ibadah.

Selesai salat, kekhawatiranku terjadi! Bus yang kumaksud sudah lewat dan aku tidak tahu apakah masih akan ada bus yang lewat lagi atau tidak. Saat itu aku sangat kesal sekaligus menyesali keputusan mendahulukan salat.

“Jadi apes deh,” pikirku saat itu. Sempat mempertanyakan Allah dalam hati, “Bukankah seharusnya jika kita taat dan berusaha melaksanakan salat segera akan mendapatkan keberuntungan?”

Rasanya seperti mendapat perlakuan tidak adil, ingin marah, tetapi tak ada yang bisa kulakukan.

Aku pun menanti, berharap setidaknya masih ada bus terakhir yang lewat. Lama menanti, akhirnya bus terakhir lewat, dengan penumpang yang sudah penuh sesak tidak karuan.

Sungguh menyebalkan. Dengan terpaksa aku masuk ke bus sambil bergelantungan, berdesakan dengan penumpang lain yang begitu banyak. Rasa kesal dan menyesal terus saja memenuhi pikiranku.

“Tahu begini mending tadi ikut bus awal, kalau waktunya nggak cukup kan bisa salat di dalam bus. Kalau saja aku ikut bus awal, mungkin saat ini dapat tempat duduk nyaman dan bisa santai sampai ke Solo,” gumamku dalam hati.

Masuk daerah Ngawi, suasana makin pengap, jalanan macet. Kekesalanku memuncak. Sampai setibanya di sebuah ruas jalan, kulihat bus awal yang meninggalkanku saat aku salat tadi terlihat mengalami kecelakaan parah. Karenanya jalanan menjadi macet. Deg! Aku sempat terdiam.

Tak lama, bibirku spontan mengucap hamdalah berkali-kali. Bersyukur pada Allah. Penyesalan, kekesalan, dan prasangka burukku pada Allah hilang seketika. Berubah seratus delapan puluh derajat.

Ternyata Allah memilihkan yang terbaik untukku, menggerakkan hatiku untuk memilih salat saat itu, dan menyelamatkanku dari kecelakaan itu. Astaghfirullah, malunya aku pada-Mu ya Allah.<>

Oleh: Ari, Magetan.

*Dimuat Hadila Edisi November 2014

Ibnu
EDITOR
PROFILE

Berita Lainnya

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos