Hadila.co.id — Hari paling mulia di dunia ketika kita melihat keistimewaan di dalamnya adalah hari Jumat (Jummuah Mubarakah). Demikian pemaparan dari Ustazah Lulu Susanti dalam Kajian Muslimah bertajuk Wahai Muslimah, Pahami Fitrahmu. Acara ini diadakan oleh Komunitas Muslimah Nurul Huda di Masjid Nurul Huda Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Jumat (7/3).
Pertama, hari Jumat adalah hari di mana Allah menciptakan Nabi Adam di surga lalu diturunkan ke bumi. Kedua, sayyidul ayyam, yang bermakna tuannya hari. Sayyidul ini disebutkan dalam malam bulan Ramadan, malam lailatul qadar. Ketiga, waktu mustajab dalam berdoa.
“Rasulullah bersabda, waktu di mana doa kita diijabah oleh Allah yaitu di akhir waktu hari Jumat setelah asar, bisa juga ketika khutbah, dan antara azan dan ikamah,” terang Ustazah Lulu.
Keempat, dosa-dosa diampuni di hari Jumat. Maka berlomba-lombalah dalam kebaikan. Lantas, amalan yang sebaiknya dilakukan di hari Jumat antara lain memperbanyak selawat, membaca Surah Al Kahfi, dan sunah fitrah.
Lebih lanjut, Ustazah Lulu menerangkan bagaimana wanita diperlakukan sebelum datangnya Islam. Bangsa Arab terdahulu (jahiliah) memandang wanita sebagai sosok yang hina. Bangsa Hindustani terdahulu menganggap wanita itu jelek, racun, dan api. Bangsa Yahudi menganggap bahwa wanita adalah terlaknat sehingga dapat diperjualbelikan.
“Kenapa disebut terlaknat, karena dulunya Nabi Adam keluar dari surga karena seorang wanita,” terang Ustazah Lulu.
Kemudian ada bangsa Yunani kuno menjadikan wanita sebagai selir, dan masyarakat Persia mengusir wanita jika dalam keadaan menstruasi karena dianggap kotor, dan tidak suci.
Sementara itu, wanita setelah Islam, dalam Alquran Surah Al Hujurat ayat 13, An-Nahl ayat 97, dan An-Nisa ayat 19 dari hadis “Istaushu bin Nisa/Khayran” dijelaskan bahwa wanita adalah anugerah, bayi laki-laki dan wanita dimuliakan, mendapatkan keadilan, mendapat jatah waris, dan peraturan memiliki istri dibatasi dalam Islam.
Ustazah Lulu juga menjelaskan bagaimana peranan seorang wanita dalam Islam. “Yang pertama menjadikan pribadi taat, taat di sini adalah taat kepada Allah dan rasul dan kedua orang tua. menjadikan sahabat bagi suami, menjadikan pendidik bagi anaknya, serta bermanfaat bagi agama dan bangsa.” <Dina Septiana>