Hadila.co.id — Memiliki masa depan cerah tentu menjadi dambaan bagi semua orang. Namun, untuk mewujudkannya, memerlukan usaha yang tidak mudah. Semua butuh perjuangan. Selama kita masih bisa bernapas dengan bebas, semua perjuangan itu mestinya bukan perkara yang mustahil untuk dilakukan. Mari berjuang untuk masa depan kita, hingga anak cucu kita, supaya kelak generasi muslim dapat bertahan di tengah gempuran zaman.
Rasulullah pun senantiasa berjuang untuk mencetak masa depan yang cerah dan berkualitas bagi anak-anaknya. Ia merupakan sosok yang sangat penyayang terhadap anak-anak, baik terhadap keturunan beliau sendiri atau pun anak orang lain.
Abu Hurairah Ra meriwayatkan bahwa suatu ketika Rasulullah Saw mencium Hasan bin Ali dan didekatnya ada Al-Aqra’ bin Hayis At-Tamimi sedang duduk.
Dia kemudian berkata, “Aku memiliki sepuluh orang anak dan tidak pernah aku mencium seorang pun dari mereka.” Rasulullah Saw segera memandang kepadanya dan berkata, “Barang siapa yang tidak mengasihi, maka ia tidak akan dikasihi.” (H.R. Bukhari di Kitab Adab, hadis nomor 5538)
Di era sekarang, bukan hal mudah bisa mengasuh dan mendidik anak dengan baik dan proporsional. Apalagi bila ibu dan bapak dalam suatu keluarga, tidak memiliki bekal pengetahuan sebagai orang tua, terlebih dalam ilmu agama. Maka tidak heran, banyak anak-anak yang sulit diatur dan membuat orang tua pusing dalam mencari pola asuh dan cara mendidik yang sepatutnya diterapkan. Masa depan cerah? Jika begini caranya, tentu sulit didapatkan.
Tujuan utama mendidik anak dalam rumah tangga muslim, adalah mencetak masa depan yang cerah, yakni generasi islami. Sehingga orang tua harus memiliki bekal pengetahuan yang luas dan mapan, serta matang dalam ilmu agama. Orang tua wajib memberikan pendidikan, pengarahan, perlindungan, cinta dan kasih sayang kepada anak-anakanya. Tanggung jawab utama orang tua dalam keluarga adalah mengasuh dan mendidik anak sesuai syariat, berasaskan Alquran dan hadis.
Mencetak Masa Depan Cerah dengan Pembinaan Akidah dan Ibadah
Pembinaan kepribadian anak sejak dini yang seimbang mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan individu sang anak di masa depan. Kepribadian ini tidak bisa sempurna kecuali diarahkan, dibina dan dibimbing dari segala aspek.
Pertama, pembinaan akidah, yaitu melalui pengenalan kalimat tauhid, mengajarkan anak mencintai Allah, merasa diawasi oleh-Nya, memohon pertolongan kepada-Nya serta beriman pada qadha dan qadar. Anak-anak juga diajarkan mencintai nabi dan keluarganya, diajarkan Alquran, dan mendidik keteguhan akidah.
Kedua, pembinaan ibadah, ini adalah penyempurna dari pembinaan akidah. Dilakukan dengan mengajarkan salat, membiasakan anak dekat dengan masjid, membiasakan puasa dan bersedekah, mengenalkan ibadah haji serta zakat, dan sebagainya.
Adalah sebuah bentuk kesalahan paling besar jika bapak-ibu larut dalam kesibukan masing-masing, dan lupa mendidik anak, terlebih dalam mengajarkan ilmu agama. Walaupun alasan menjalani kesibukan ini semata-mata mencari rezeki untuk menafkahi anak-anak. Bagaimana pun masa depan cerah untuk anak juga merupakan prioritas.
Pembinaan Pendidikan dan Keteladanan untuk Masa Depan yang Cerah
Tidak ada pemberian yang baik dari orang tua kepada anaknya, selain memberi pendidikan yang baik. Demikian hadis dari Ayyub bin Musa yang berasal dari ayahnya, dan ayahnya mendapat dari kakeknya bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Tak ada yang lebih utama yang diberikan orang tua kepada anaknya melebihi adab yang baik.” (H.R. Tirmidzi dalam Kitab Birr wash Shilah, hadis nomor 1875)
Suri teladan yang dicontohkan Rasulullah tak sebatas pada pembinaan akidah dan ibadah, melainkan keteladan dalam segala hal. Usamah bin Zaid ketika masih kecil punya kenangan manis dalam pangkuan Rasulullah Saw, “Rasulullah Saw pernah mengambil dan mendudukkanku di atas pahanya, dan meletakkan Hasan di atas pahanya yang lain, kemudian memeluk kami berdua, dan berkata, “Ya Allah, kasihanilah keduanya, karena sesungguhnya aku mengasihi keduanya.” (H.R. Bukhari dalam Kitab Adab, hadis nomor 5544)
Demikian Rasulullah Saw bersikap kepada anak-anak. Secara halus beliau mengajarkan kepada kita untuk memperhatikan anak-anak. Beliau juga mencontohkan bagaimana seharusnya kita bersikap kepada anak dengan penuh cinta dan kasih, serta kelemahlembutan. Hal ini, kelak akan membentuk suatu kepribadian yang insya Allah dapat mengantarkan mereka untuk meraih masa depan yang cerah dan berkualitas.
Rasulullah sangat tidak suka orang tua yang membenci anaknya terlampau berlebihan, seperti orang tua yang suka memberikan sumpah serapah kepada anaknya yang sulit diatur atau telah menyakiti dirinya.
Setiap doa yang buruk, setiap ucapan laknat, dan setiap makian yang diucapkan bisa terkabul, lalu menjadi bentuk hukuman bagi dirinya atas semua amal lisannya yang tak terkendali.
Abu Hurairah Ra berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Ada tiga doa yang dikabulkan: doa orang yang teraniaya, doa musafir, dan doa (keburukan) orang tua atas anaknya.” (H.R. Tirmidzi dalam Kitab Birr wash Shilah, hadis nomor 1828).
Demikian orang tua dan setiap insan yang ada hubungan keluarga dan kerabat hendaknya saling bekerja satu sama lain, saling menasihati dan turut mendidik keluarga. Utamanya orang tua kepada anak, karena mereka sangat membutuhkan bimbingan dari orang tua. Maka orang tua hendaknya memelihara fitrah anak agar menjadi saleh, cerdas, dan bermanfaat bagi umat. <Dari Berbagai Sumber>