SEJUMLAH orang bertanya, atau bahkan mempertanyakan, penggunaan armada ambulan secara gratis. “Ini benar-benar gratis? Jangan-jangan nanti tetap ditarik biaya, ”kata seorang penelpon yang ingin menggunakan ambulans SOLOPEDULI.
“Iya… gratis 100%. Biaya operasional untuk delapan unit ambulans yang kami kelola ini semua dibiayai donatur. Mulai perawatan mobil, gaji pengemudi ambulans, semua sudah kami kalkulasikan, ”jelas Direktur Pendayagunaan SOLOPEDULI Harjito Saputro dalam sebuah kesempatan berbincang dengan Hadila.co.id .
Para pengemudi ambulan, Kata Harjito, dilarang keras menerima tips dari pengguna ambulan gratis. “Kami telah menerapkan bonus untuk para pengemudi yang mampu melayani masyarakat melebihi target. Fungsi driver sebenarnya sekaligus sebagai petugas humas. Para pengguna atau keluarga ambulan jika ingin meningkatkan sebagai donatur, akan langsung berhubungan dengan bagian penghimpun dana ( fundraising ) SOLOPEDULI, ”tambahnya.
Kata “gratis” hampir semua program yang dilaksanakan SOLOPEDULI untuk dhuafa, sejatinya tidak terlepas dari filosofi yang diusung lembaga amil zakat infak dan sedekah (Lazis) ini. Sejak awal didirikannya SOLOPEDULI 21 tahun silam, seperti yang ditulis dalam Buku “ 20 Tahun SOLOPEDULI: Keluar dari Zona Mimpi ” memang dikhidmatkan untuk membantu kaum dhuafa, mereka yang sedang mengalami kesulitan dalam kehidupannya.
Belum Lahir hingga Meninggal
Direktur Utama SOLOPEDULI Sidik Anshori menyebutkan bahwa SOLOPEDULI mengusung filosofi “ Menghadirkan Layanan Gratis dan Paripurna untuk Masyarakat Duafa, Sejak Belum Lahir hingga Meninggal Dunia ” untuk setiap program yang dijalankan.
“Nah komitmen ini harus kami pegang. Sampai saat ini, alhamdulillah SOLOPEDULI telah memiliki berbagai program yang menunjang filosofi tersebut, ”ujar Sidik Anshori.
Filosofi yang diangkat SOLOPEDULI tersebut, kata Sidik, sangat tahapan-tahapan kehidupan manusia. Akhirnya, program-program yang dijalankan pun senantiasa sesuai dengan kebutuhan manusia untuk setiap tahap kehidupan. “Ada yang mengistilahkan programnya ‘palugada’… apa yang lu minta gua ada…” katanya.
Dia mencontohkan, saat manusia belum lahir, atau masih berada dalam kandungan seorang ibu, misalnya, SOLOPEDULI telah memiliki program Klinik Gratis yang diperuntukkan bagi masyarakat duafa. “Ibu hamil dapat memeriksakan kehamilannya, hingga melahirkan di sini.”
Dalam proses memeriksakan kehamilan, atau ketika sedang sakit dan butuh berobat ke klinik atau pusat layanan kesehatan lainnya, SOLOPEDULI juga mempersiapkan program layanan ambulans gratis yang bisa mengantar pasien dari tempat tinggal ke tempat tujuan.
Nah, komitmen pelayanan gratis untuk duafa inilah yang terus dijalankan SOLOPEDULI. Tentu saja, kata Sidik, tanpa peran dan donatur SOLOPEDULI tidak bisa apa-apa. “Kami ditempatkan amanah zakat, infak, sedekah dari masyarakat. Insya Allah donasi yang para donatur sampaikan kepada kami akan tepat sasaran dan tepat manfaat, ”tambahnya.
Program ambulans gratis SOLOPEDULI sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 2005. Program ambulans gratis dipilih dikarena layanan ini dapat digunakan secara mobile ke berbagai tempat untuk membantu masyarakat yang membutuhkan. Ini sekaligus memperkenalkan keberadaan SOLOPEDULI ke khalayak yang lebih luas.
Program ambulans gratis, seperti dipaparka dalam buku 20 Tahun SOLOPEDULI, merupakan salah satu program yang menandai lahirnya kembali SOLOPEDULI setalah mengalami gejolak pasang surut dan hampir dibubarkan. Pasang surutnya SOLOPEDULI tidak melunturkan semangat personel yang saat itu sangat terbatas.
Keinginan untuk mewujudkan ambulans gratis semakin kuat hingga akhirnya SOLOPEDULI memperoleh hibah sebuah mobil L-300 dari Bank Indonesia (BI) yang kemudian dimodifikasi menjadi ambulans gratis pertama. Layanan ambulans gratis SOLOPEDULI berjalan dengan satu armada yang melayani masyarakat Solo dan sekitarnya.
“Pelayanan kesehatan yang memadai sangat dibutuhkan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Maka, kemudahan akses transportasi bagi warga khusunya mereka yang berasal dari kalangan dhuafa yang sedang terkena musibah sakit, meinggal dunia, atau bencana alam, dan sebagainya, menjadi kebutuhan yang urgen keberadaannya. Ambulans gratis SOLOPEDULI menjawab kebutuhan tersebut,” cerita Sidik.
Dalam perjalanan waktu, SOLOPEDULI kini mempunyai 8 armada ambulans gratis yang tersebar di berbagai wilayah seperti Solo, Boyolali, Karanganyar, Klaten, Sragen, Wonogiri, Aceh dan Lombok. Semua armada ambulans gratis siap melayani masyarakat dhufa 24 jam.
Tahun 2020, kata Direktur Pemberdayaan SOLOPEDULI Harjito, ambulans Lombok dan Aceh resmi dimandirikan, alias diserahkan pengelolaan sepenuhnya kepada mitra di Aceh dan Lombok tersebut. Baru-baru ini SOLOPEDULI mendapatkan hibah ambulans dari Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH), mobil tersebut menggantikan salah satu ambulans yang secara standarisasi sudah tidak layak untuk operasional.
Harjito menegaskan bahwa SOLOPEDULI dalam meningkatkan pelayanan menerapkan Standard Operating Procedure (SOP) layanan. SOP dimulai dari standarisasi armada untuk layanan harus sudah siap dari segi kebersihan dan permesinan. Selain itu pada masa pandemi ini juga diterapkan standarisasi penjemputan pasien driver ambulans harus menggunakan alat pelindung diri (APD) lengkap seperti, sarung tangan, masker, handsanitizer, dan lain-lain.
Mengelola armada ambulans gratis, menurut Harjito, tidaklah mudah. Selain biaya operasional yang termasuk tinggi dalam program regulam SOLOPEDULI, menjaga komitmen dengan pelayanan prima juga menjadi tujuan utama. “Alhamdulillah selama tahun 2000 silam, delapan ambulans gratis SOLOPEDULI telah dimanfaatkan masyarakat sebanyak 5.992 kali. Ini artinya, rata-rata setiap ambulans selama setahun digunakan 749 kali, atau 62 kali dalam sebulan, atau minimal sehari dua kali.”
Tentu saja ini tidak merata. Menurut Harjito, pengguna ambulans di Kota Solo misalnya, pada tahun 2000 silam mencapai 1.012 kali, atau 84 kali per bulan atau lebih dua kali perhari. “Dengan tingginya pelayanan ambulans gratis itu, biaya yang kami perlukan tentu juga tidak kecil. Setidaknya satu unit ambulans biaya operasionalnya bisa mencapai Rp7 juta – Rp8 juta. Karena itu, kami selalu berharap para donatur terus ikut berkomitmen untuk memelihara keberlangsungan ambulans gratis SOLOPEDULI ini,” tambah Harjito.
Iwan, salah satu driver ambulans Solo mengaku banyak pengalaman menarik selama mengemudi ambulans. “Saat layanan Ibu-ibu menuju ke salah satu RS sang ibu berulang kali mengucapkan terimakasih karena sudah dibantu ke RS, dan berulang kali juga ibu itu selalu menanyakan nama driver nya.”
Selain itu Iwan juga menceritakan saat layanan mengantar pasien dari RS ke kediamnya, belum sempat sampai rumah hujan lebat mengguyurr, jalanan yang sempit tidak bisa dilewati mobil, akhirnya pasien di dorong menggunakan drakbar dan di payungi menggunakan terpal. “Suka duka menjadi pengemudi ambulan sudah menjadi asupan sehari-hari bagi pengemudi,” ungkap Iwan. (***)
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *