Oleh : Cahyadi Takariawan (Konselor
Suami : “Bu, ini uang Rp 50.000, dicukupin ya buat 3 hari, syukur-syukur bisa buat seminggu.”
Istri : “Ya Pak, buat setahun juga bisa.”
Suami : “Wah alhamdulillah, beruntung banget aku, punya istri yang baik, cantik, dan hemat. Dibelikan apa Bu, uang Rp50.000 kok bisa buat setahun?”
Istri : “Ntar aku belikan kalender 2021 Pak..”
Masalah hidup berumah tangga sering kali merupakan tumpukan dari masalah-masalah kecil yang dibiarkan tanpa ada penyelesaian. Harusnya, suami dan istri segera duduk berdua membahas persoalan-persoalan keluarga agar tidak sampai menumpuk. Namun sayangnya, upaya untuk menyelesaikan masalah keluarga ini kadang terhalang oleh sikap suami atau istri yang malas berkomunikasi. Sikap malas berkomunikasi untuk membahas dan menyelesaikan masalah keluarga ini tentu ada sebabnya.
Ada beberapa sebab mengapa suami atau istri malas membahas permasalahan keluarga dengan pasangan. Di antaranya adalah sebagai berikut:
Pertama, belum menemukan chemistry kesejiwaan. Untuk bisa nyaman berkomunikasi antara suami dan istri, diperlukan sebuah rumus kimia tertentu (chemistry) yang bisa menciptakan kesejiwaan di antara mereka berdua. Jika suami dan istri masih menjadi dua pihak yang berbeda, belum satu jiwa, belum menjadi soulmate, wajar jika selalu terdapat gap atau kendala dalam berkomunikasi dengan pasangan. Suasana ini menjadi pemicu malas dalam berkomunikasi dengan pasangan. Chemistry ini harus ditemukan terlebih dahulu oleh suami dan istri.
Suami dan istri yang belum menemukan kesejiwaan, akan cenderung malas untuk melakukan komunikasi, apalagi yang dianggap tema berat, seperti membahas masalah keluarga. Kadang ada kecurigaan, bahwa sang istri tengah menuduh dan mengadili suami. Atau kecurigaan, bahwa sang suami akan marah dan menyalahkan sang istri. Suasana ini muncul akibat belum adanya kesejiwaan antara suami dan istri.
Kedua, pembicaraan yang tidak jelas. Kadang ketika istri ingin menyampaikan suatu hal kepada suami, tidak bisa membahasakan dengan jelas, sehingga pembicaraannya terkesan melingkar-lingkar dan bertele-tele. Suami merasa capek menunggu inti dari pembicaraan sang istri yang terlalu panjang dan tidak segera bisa dipahami maksudnya. Akhirnya suami malas mendengarkan dan malas diajak membicarakan masalah keluarga. Begitu juga sebaliknya.
Hendaknya suami dan istri belajar menyampaikan pokok pembicaraan dengan simpel, santai tetapi jelas. Dengan cara seperti itu, akan membuat pasangan segera mengerti apa yang dimaksudkan, dan tidak menimbulkan salah persepsi atau salah pengertian.
Ketiga, ada yang mendominasi pembicaraan. Ketika suami dan istri duduk berdua membahas masalah keluarga, berikan waktu yang seimbang untuk masing-masing menyampaikan pendapatnya. Jika suami atau istri terlalu mendominasi pembicaraan, tidak akan terjadi dialog yang sehat, karena berlangsung searah. Satunya mendominasi pembicaraan dan satunya hanya diam mendengarkan. Pihak yang diam akan menjadi pihak yang tertekan.
Biasakan berbicara dengan bergantian. Berikan waktu dan kesempatan yang memadai untuk pasangan menyampaikan keinginan, pikiran, gagasan, kehendak atau pendapatnya. Atau sekadar curahan hatinya. Jika kedua belah pihak mendapat kesempatan berbicara yang lapang, akan membuat suasana nyaman dalam komunikasi.
Keempat, waktu, dan tempat yang tidak tepat. Waktu yang tidak tepat dapat menjadi penyebab pasangan suami dan istri malas membahas masalahnya. Jangan menyepelekan pemilihan waktu untuk membicarakan permasalahan keluarga dengan pasangan. Walau kelihatan sangat teknis, hal ini berpengaruh besar dalam keberhasilan sebuah komunikasi. Ketika pasangan sedang dalam keadaan lelah karena baru saja datang dari tempat kerja dan belum sempat istirahat lalu Anda memaksanya untuk berbincang serius tentang masalah keluarga, pasti ia merasa tidak nyaman.
Tempat untuk melakukan pembicaraan masalah keluarga juga sangat menentukan. Kadang suami dan istri merasa terganggu oleh keributan anak-anak di rumah, atau oleh rutinitas kesibukan rumah tangga, sehingga tidak nyaman untuk berbincang berdua membahas masalah. Oleh karena itu, untuk membicarakan masalah keluarga kadang perlu tempat lain, bukan di rumah, jika memang di rumah tidak kondusif untuk melakukan pembicaraan ini.
Kelima, tidak ada variasi. Suami atau istri pasti akan bosan membicarakan masalah yang berulang-ulang dan seperti tidak pernah selesai. Jika ada suatu masalah yang sudah pernah dibahas secara panjang lebar sebelumnya, jangan diangkat lagi dalam waktu yang sangat dekat. Jika tema permasalahannya selalu sama, akan membuat pasangan malas membicarakan kembali karena seakan-akan hidupnya habis untuk satu masalah itu saja.
Selingi pembicaraan dengan tema-tema lain, agar tidak menimbulkan kejenuhan dalam pembicaraan. Variasi dalam tema, cara menyampaikan, pilihan waktu, pilihan tempat, pilihan suasana, gaya komunikasi dan sebagainya, menjadi penting untuk membuat suasana yang selalu segar dan tidak monoton.
Demikianlah lima hal yang menyebabkan suami dan istri merasa malas untuk membahas masalah dengan pasangan. Maka hindarilah hal-hal di atas agar bisa selalu merasa nyaman dan nyambung berbincang dengan pasangan. Semua masalah bisa dibahas secara baik-baik tanpa perlu pertengkaran dan konflik yang semakin menjauhkan perasaan kebersamaan pasangan suami dan istri. <>