Hadila – Assalamu’alaikum Ustazah. Bagaimana cara mengatasi anak yang kecanduan media sosial? Dia bahkan sering mengikuti beberapa gerakan yang viral di media sosial. (Hamba Allah)
Konsultan: Sinta Yudisia. Psikolog
Wa’alakumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Kecanduan media sosial, memang menggejala saat ini. Anak-anak dan orang dewasa nyaris tak bisa terlepas dari gawai dan terus mengikuti apa yang tengah menjadi perbincangan hangat. Mengikuti berita atau hiburan yang ramai diminati, tak salah. Namun jika pikiran dan aktivitas terus tertuju padanya, tentu hal tersebut tak baik. Oleh karena itu, orang tua perlu mengetahui cara mengatasi kecanduan media social.
Anak-anak adalah pihak yang paling rawan terhadap berbagai macam serangan fisik maupun mental. Termasuk informasi-informasi yang berasal dari media sosial, yang seharusnya tertuju bagi orang dewasa saja. Kenyataannya, dengan semakin akrabnya anak bersama gawai, kasus kecanduan semakin meningkat. Termasuk kecanduan media sosial dan mengikuti hal-hal yang ada di dalamnya. Lagu, gerakan, konten dari media sosial yang tidak sesuai dengan anak tetapi dilakukan berulang oleh anak; akan membawa dampak buruk bagi kesehatan mentalnya.
Bagaimana cara mengatasi anak yang sudah kecanduan media sosial?
Pertama, curahkan kasih sayang dan perhatian. Berapa pun usia manusia, selalu membutuhkan kasih sayang dan perhatian. Dalam situasi apa pun, kasih sayang dan perhatian juga dibutuhkan, termasuk saat mendidik dan menegur anak-anak. Kasih sayang diberikan dengan cara memeluk, mencium, mendekap. Mengelus rambut dan punggung, termasuk di dalamnya. Bahkan tanpa berkata-kata pun, perlakukan secara lemah lembut ini sudah menunjukkan rasa kasih sayang.
Apakah perhatian adalah bentuk kasih sayang? Ya. Perhatian perlu diberikan ketika ingin meluruskan perilaku anak. Ajak ia salat berjamaah, tanyakan kondisinya akhir-akhir ini, tanyakan apakah ia sedih atau bahagia. Bisa juga membacakan buku-buku yang menarik minatnya. Perhatian bukanlah menghadiahkan suatu barang tapi tak ada komunikasi yang terbangun di dalamnya. Sisihkan waktu tertentu untuk menyampaikan kasih sayang dan perhatian. Ibaratnya, kita menyiapkan mentalnya agar dipenuhi kelembutan dan ketenangan; sebab akan mendiskusikan sesuatu yang serius, yang kemungkinan akan menyakiti perasaannya.
Kedua, ajak komunikasi. Bukalah komunikasi, betapa pun sulitnya. Walau anak marah, tak mau diajak bicara, bermuka masam, dan mengeluarkan suara keras ketika orang tua mengajaknya diskusi; teruslah ajak Ananda membuka diri. Tanyakan dulu apa kondisi hatinya saat ini. Bila ia sedang senang dan tenang, ajaklah untuk berbicara hal serius. Bila ia ternyata sedang tak enak hati, tangguhkan lain kali. Namun, tetap berikan sinyal. “Kalau nanti Kakak sudah tenang dan mau bicara, Bunda mau ngajak diskusi,ya.”
Semisal ananda bertanya, “Mau diskusi apa? Pasti aku cuma dimarahi!” Yakinkan ia bahwa kali ini orang tua tidak akan memarahinya. Sebaliknya, ingin mendengar apa keluh kesah dan pendapatnya. Pada akhirnya, ketika kesempatan diskusi terbuka, berilah pendapat orang tua terkait media sosial.
Ketiga, beri batasan. Ajak ananda berdiskusi terbuka tentang apa saja terkait hal baik dan buruk dalam hidupnya. Misalnya, kesukaannya makan cokelat. Kesukaannya menonton televisi terlalu dekat yang akan mengganggu kesehatan matanya. Kesukaannya minum susu dan bagaimana itu berpengaruh pada pertumbuhan tulangnya , dan seterusnya. Pahamkan bahwa segala sesuatu punya sisi baik buruk. Segala sesuatu punya batasan.
Semisal, cokelat enak dimakan, tetapi harus dibatasi karena bisa merusak gigi. Susu bagus untuk pertumbuhan tulang, tetapi harus dibatasi dan dikombinasi dengan asupan lain. Gawai pun demikian. Bagus untuk mendapatkan informasi, termasuk media sosial, tetapi tak boleh dipakai melewati batas.
Diskusikan batasan waktu, berapa jamkah sehari yang diberikan orang tua untuk menikmati hiburan? Berapa jam sehari untuk mengerjakan PR? Tontonan mana yang diizinkan dan mana yang dilarang? Mengapa tontonan yang tidak baik dilarang? Beri alasan masuk akal, dengan jelas dan tanpa emosi marah.
Keempat, tegas bersikap. Sampaikan pada ananda apa hukuman yang mungkin didapatkannya jika ia melanggar? Ajaklah ia membuat kesepakatan.
Misalnya ketika ketahuan menonton tayangan tak bagus dan menirukan gerakannya, orang tua akan mengingatkan perihal hukuman. Ketika larangan itu dilanggar tiga kali, maka konsekuensinya adalah pemotongan waktu menggunakan gawai. Usahakan jangan merampas gawai tetapi mintalah ananda untuk bertanggung jawab menyerahkan gawai tersebut pada orang tua untuk disimpan sebagai bentuk pertanggungjawabannya menjalani hukuman.
Kelima, beri alternatif kegiatan. Anak-anak butuh kegiatan untuk mengekspresikan imajinasi mereka. Sediakan berbagai macam aktivitas yang dapat memberikan hiburan, edukasi, aktivitas fisik. Olahraga, bermusik, melukis, menggambar, bermain boardgame atau yang lainnya. Banyak sekali aktivitas yang dapat dilakukan anak untuk mengisi masa kecil mereka. <Pernah dimuat di edisi cetak Majalah Hadila>
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *