Hadila.co.id — Ini adalah kisah pengabdian seorang anak pada ibunya. Suatu waktu Nabi Muhammad Saw ditanya oleh sahabatnya, “Ya, Rasulullah adakah orang yang paling disayangi Allah Swt selain engkau?”
Nabi Menjawab, “Ada, yaitu Salman al Farisi.” Lalu sahabat bertanya kembali, “Kenapa dia begitu disayang Allah, ya Rasulullah?” Kemudian Nabi bercerita tentang keistimewaan Salman.
Salman al-Farisi adalah seorang yang berasal dari keluarga miskin. Suatu hari, ibunya sangat ingin naik haji, padahal sedang dalam keadaan sakit hingga tak mampu berjalan. Salman juga tidak memiliki cukup uang untuk bisa menyewa hewan tunggangan agar bisa pergi ke Tanah Suci bersama sang ibu.
Namun, karena sayang dan cintanya pada Sang Ibu, akhirnya Salman memutuskan untuk mengantar ibunya naik haji dengan cara menggendong ibunya. Digendongnya sang ibu dari Kota Madinah menuju ke Kota Mekah. Melewati panasnya terik matahari ketika siang dan dinginnya malam hari serta beratnya gendongan yang ada di pundaknya. Di perlukan waktu berhari-hari untuk melaksanakan perjalanan itu sehingga tanpa terasa punggung Salman al-Farisi sampai terkelupas kulitnya.
Ketika akhirnya mereka sampai di Kota Mekah untuk melaksanakan ibadah haji mereka bertemu dengan Rasulullah. Bahagia sekali Salman beserta ibunya ini ketika mereka bertemu dengan utusan Allah yang sangat mereka cintai dan mereka rindukan.
Sembari melepas kerinduan, Salman lalu bertanya kepada Rasul, “Ya Rasul. apakah dengan seperti ini saya sudah membalas kebaikan orangtua saya? Saya menggendong ibu saya di pundak dari Madinah sampai Kota Mekah untuk melaksanakan ibadah haji.”
Seketika itu pula Rasul menangis. Kemudian Rasul menjawab dengan diiringi tangisnya yang tersedu-sedu, “Wahai Saudaraku, engkau sungguh anak yang luar biasa, engkau benar-benar anak saleh, tetapi maaf (sambil tetap menangis) apapun yang kamu lakukan di dunia ini untuk membahagiakan orangtuamu, apapun usaha kerasmu untuk menyenangkan orang tuamu, tidak akan pernah cukup membalas jasa orangtua yang telah membesarkanmu.”
Subhanallah, ternyata kebaikan Salman tidak cukup untuk ‘menukar’ atau membalas jasa dan kebaikan orangtuanya. Namun, meski demikian Salman telah menjadi seseorang yang disayangi Allah karena baktinya pada orangtua tersebut. []